Flores Timur (ANTARA) - Cornelius Varmollen Liu tampak antusias saat namanya dibaca untuk melakukan pencoblosan oleh petugas penyelenggara pilkada di tempat pemungutan suara (TPS) relokasi di Desa Lewolaga, Kecamatan Titihena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Senyum merekah terlihat dari bibir penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki itu usai dia mencoblos surat suara di dalam bilik.
"Terima kasih," jawab pria yang akrab disapa Corliu itu kepada petugas pemungutan suara (PPS) setelah memasukkan surat suaranya ke dalam kotak,"
Di belakang Corliu, terdapat barisan penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki lainnya yang dengan sabar dan tenang dan menunggu giliran menyalurkan hak suara mereka dalam pemilihan bupati-wakil bupati Flores Timur serta gubernur-wakil gubernur Nusa Tenggara Timur. Sejak pagi mereka telah memenuhi TPS relokasi, menanti pesta demokrasi lima tahunan itu.
Meski selama tiga pekan terakhir menjadi pengungsi mandiri di rumah kerabatnya di Desa Riang Kemie, Kecamatan Ile Mandiri, Corliu tetap antusias menyalurkan suaranya dalam Pilkada tahun ini. Ia menempuh jarak 45 km dengan kendaraan bermotor untuk bisa menggunakan hak konstitusionalnya di TPS relokasi.
Bagi Corliu, pahit dan rasa trauma menjadi penyintas erupsi Lewotobi Laki-laki bukan halangan dirinya untuk menggunakan hak pilih dalam Pilkada serentak pada 27 November 2024.
Ayah satu anak itu berujar, satu suaranya dalam pilkada dinilai sangat 'mahal' dan berarti. "Di balik satu suara itu ada harapan untuk pemimpin baru yang akan lahir melalui pemilihan langsung ini," kata Corliu.
Menurutnya, melalui pemimpin baru yang akan terpilih nanti diharapkan dapat mewujudkan setiap harapan masyarakat, dan dia bisa mengabdikan diri seutuhnya untuk mengurus kepentingan publik.
Bagi diri Corliu dan ribuan pengungsi lainnya, keputusan memilih dalam Pilkada 2024 ini tentu saja tidak sebatas berdasarkan visi dan misi dari para pasangan calon bupati-wakil bupati maupun gubernur-wakil gubernur. "Saat memilih ada terselip doa agar mereka yang terpilih nanti dapat memprioritaskan nasib para korban erupsi Lewotobi Laki-laki ini," kata Corliu.
Pemimpin hasil Pilkada 2024 diharapkan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat terdampak erupsi Lewotobi Laki-laki.
"Kebun dan ladang kami hancur terdampak erupsi," katanya.
Selain itu, atas penyelenggaraan Pilkada 2024 di posko pengungsian, Corliu mengapresiasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Flores Timur karena telah berupaya maksimal untuk menjamin hak suara para penyintas Lewotobi Laki-laki tetap dapat tersalurkan melalui TPS relokasi.
Sementara itu, Kepala Desa Nawakote Petrus Dua Puka mengaku animo masyarakat desa sangat tinggi untuk menggunakan hak pilih walaupun masih berada di kamp-kamp pengungsian di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka.
Sejak pagi, terdapat tiga unit mobil milik warga yang membantu mobilisasi pemilih dari Desa Nawakote yang berada di kamp-kamp pengungsian untuk memilih di TPS relokasi Posko Konga, Posko Lewolaga, Posko Bokang, Posko Kobasoma, Posko Lewoingu (Eputobi) dan Posko Ile Gerong.
"Jumlah pemilih sekitar 800 orang, pakai mobil ke sini bolak-balik bawa lebih dari 100 orang, ada juga yang pakai motor sendiri lebih dari 50 orang dan ada juga warga yang ngungsi di Sikka datang ke sini," kata Petrus.
Petrus mengaku telah memberikan imbauan bagi warganya agar menggunakan hak pilih melalui TPS relokasi yang disediakan penyelenggara.
Ia merasakan animo masyarakat yang tinggi untuk berpartisipasi dalam pilkada merupakan rasa tanggung jawab sebagai warga negara seperti yang ia rasakan.
Di tengah situasi gunung Lewotobi Laki-laki yang masih berstatus awas itu, KPU setempat menjamin para pengungsi dapat menggunakan hak pilih dalam masa tanggap darurat saat ini.
Ketua Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih Partisipasi dan Hubungan Masyarakat KPU Flores Timur Herman Yopi Latol menjelaskan bahwa tahapan pilkada serentak tetap dijalankan walaupun dalam kondisi tanggap darurat.
KPU telah melakukan pendataan dan jumlah pemilih terdampak erupsi di Kecamatan Wulanggitang dan Ile Bura berjumlah 4.145 orang.
Para pemilih tersebar di berbagai posko pengungsian dengan rincian sebanyak 1.005 pemilih di Posko Konga, 1.112 pemilih di Posko Lewolaga, Posko Bokang 396 pemilih, Posko Kobasoma 521 pemilih, Posko Lewoingu (Eputobi) 786 pemilih, Posko Ile Gerong 224 pemilih, dan Posko Desa Watotika Ile 101 pemilih. Para penyintas ini telah ditentukan untuk menggunakan hak pilih di 22 TPS relokasi.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Flores Timur Petrus Pedo Maran menyarakan bahwa seluruh unsur pemerintah berkolaborasi agar pelaksanaan Pilkada 2024 dapat berjalan dengan baik dan menjamin para pemilih menggunakan hak pilih.
Sebagai salah satu upaya mendukung pilkada, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Flores Timur berkoordinasi dengan Pemkab Sikka guna memobilisasi para penyintas yang memilih mengungsi di beberapa wilayah di Kabupaten Sikka dan wilayah perbatasan.
Baca juga: Artikel - Mengikis politik identitas dalam Pilkada NTT
Sebanyak dua unit bus dari Pemkab Flotim dan satu kendaraan dari Basarnas dikerahkan untuk memobilisasi pengungsi pemilih yang telah diminta berkumpul di Kantor Camat Alok Timur dan Kangae di Kabupaten Sikka.
Baca juga: Artikel - Mengawal suara rakyat demi Pemilu berkualitas
Para penyintas telah menyalurkan aspirasinya politiknya untuk memilih para pemimpin mereka. Harapannya, para pemimpin terpilih lebih peduli guna membawa pemulihan daerahnya sehingga lebih baik dan masyarakat terdampak bencana bisa lebih sejahtera.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Makna Pilkada 2024 dan harapan penyintas Lewotobi