Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau nelayan Manggarai Barat meningkatkan kewaspadaan saat berlayar di perairan laut karena kondisi tinggi gelombang dapat berubah dari yang sudah diprakirakan ketika akan ada awan Cumulonimbus atau awan petir.
"Adanya awan Cumulonimbus ini dapat memicu angin kencang durasi singkat dan juga meningkatkan tinggi gelombang," kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Seran dihubungi di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Senin.
Ia menambahkan kondisi gelombang perairan Selat Sape bagian utara diprakirakan dalam kondisi gelombang dalam kategori rendah berkisar 0,4-1 meter, namun untuk perairan bagian selatan kategori tinggi gelombang sedang dapat mencapai 1,5 meter.
Ia juga meminta nelayan dan pelaku aktivitas wisata bahari di Labuan Bajo untuk senantiasa memperhatikan informasi yang disampaikan BMKG demi keselamatan saat berlayar.
"Kami imbau perhatikan dan terus memperbaharui informasi cuaca dan tinggi gelombang dari BMKG untuk keselamatan di laut," katanya.
Ia menjelaskan akhir-akhir ini warga juga merasakan terik panas di Labuan Bajo, walaupun suhu maksimum yang terukur di alat BMKG berkisar 31-32 derajat Celsius.
Labilitas lokal dari dinamika atmosfer ini, ujar dia, membuat pemanasan permukaan tanah yang kuat, didukung oleh suhu permukaan laut di sekitar Manggarai Barat yg masih cukup hangat serta pengaruh angin darat-laut juga bisa memicu tumbuhnya awan konvektif seperti Cumulonimbus dan awan-awan hujan lainnya, terutama pada siang hingga malam hari.
Sebelumnya, Maria juga menjelaskan hujan intensitas ringan hingga sedang dalam dua hari terakhir di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat pada awal musim kemarau disebabkan fenomena tropis Kelvin dan Rossby di atmosfer.
"Fenomena atmosfer tersebut yang sedang melintasi di wilayah NTT termasuk di Manggarai Barat yaitu gelombang atmosfer tropis Kelvin dan Rossby," katanya
Ia menjelaskan saat melintasi suatu wilayah, gelombang atmosfer tropis Kelvin dan Rossby dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan, bahkan di tengah musim kemarau.
Gelombang Rossby masih aktif di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur hingga 10 Mei 2025, sedangkan untuk Manggarai Barat kondisi cuaca umumnya cerah berawan pada pagi hari dan mulai berawan pada siang hingga sore dan berpotensi hujan intensitas ringan hingga sedang di siang-malam hari.
"Hujan di musim kemarau adalah sesuatu yang lumrah, karena adanya gangguan atmosfer sementara yang memicu kondisi basah dan fenomena ini umumnya bersifat sementara hingga beberapa hari ke depan," ujarnya.
Ia mengimbau warga Manggarai Barat tetap mewaspadai dampak hujan yang terjadi dengan menghindari beraktivitas di area yang terbuka, seperti lapangan dan persawahan, ketika melihat awan gelap sudah mulai terbentuk untuk menghindari sambaran petir.
"Jika hujan yang terjadi sudah cukup lama, hindari perbukitan dan lereng yang rawan longsor serta perhatikan saat sedang beraktivitas di sungai atau kali yang merupakan daerah hilir, karena ketika hujan terjadi di arah hulu bisa saja terjadi banjir di sungai yang berada lebih di bawah," katanya.