Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam Denny Abdi menilai surplus beras bukan sekadar pencapaian nasional, tetapi momentum strategis yang mengubah arah diplomasi Indonesia dalam menjalin kerja sama pangan dengan negara-negara di dunia.
"Surplus beras ini bukan hanya menjadi pencapaian nasional tetapi juga mengubah arah diplomasi Indonesia di luar negeri," kata Denny sebagaimana keterangan di Jakarta, Jumat.
Denny menyatakan kebanggaannya atas capaian Indonesia dalam mewujudkan swasembada beras secara cepat dan historis. Sebab pada tahun lalu masih ada pembicaraan mengenai rencana impor beras dari Vietnam, namun kini Indonesia justru mencatat surplus hingga 4 juta ton.
Menurut dia, pencapaian surplus beras terbesar dalam sejarah tersebut menjadi kebanggaan tersendiri bagi perwakilan RI di luar negeri, karena kini mulai membuka potensi ekspor.
"Tapi tahun ini saya sangat surprise, beliau (Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman) mengatakan kita sudah surplus beras sampai 4 juta ton. Kami di luar negeri yang tadinya membantu pengadaan impor sekarang justru mulai melirik pasar ekspor. Ini sangat membanggakan,” ucap Denny.
Menurut Denny, keberhasilan Indonesia mendekati swasembada beras akan berdampak pada hubungan dagang regional. Namun ia meyakini relasi bilateral Indonesia-Vietnam tetap kuat karena masih banyak peluang kerja sama di bidang lain, termasuk ketahanan pangan global.
Ia menilai kebutuhan pangan dunia masih sangat tinggi sehingga Indonesia dan Vietnam sebagai negara agraris memiliki tanggung jawab moral menjaga ketahanan pangan global.
Selain isu beras, Denny juga menyoroti pentingnya memperkuat komoditas strategis lain, khususnya susu, yang saat ini 80 persen kebutuhannya masih dipenuhi melalui impor.
Ia menyebut pemerintah sedang mendorong investasi besar dalam industri susu segar dengan memfasilitasi lahan dan kebijakan agar ketergantungan terhadap impor bisa dikurangi.
Produksi susu, menurut Denny, sangat penting untuk mendukung program makanan bergizi anak-anak, sekaligus menjaga devisa dan menciptakan ketahanan pangan domestik jangka panjang.
Ia menegaskan Kementerian Luar Negeri mendukung hilirisasi dan industrialisasi pertanian agar produk agrikultur Indonesia semakin berdaya saing dan menciptakan nilai tambah bagi petani.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebut stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang saat ini dikelola oleh Perum Bulog mencapai 4 juta ton lebih, angka tertinggi yang pernah dicapai Indonesia dalam waktu 57 tahun terakhir.
Oleh karena itu, Amran yakin target swasembada beras yang semula ditargetkan terwujud pada tahun ke-4 pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, dapat tercapai lebih cepat yaitu pada tahun ke-3.
“Target Presiden Prabowo dari awal rencana kita swasembada 4 tahun, kemudian 3 tahun. Mudah-mudahan tahun ini tidak ada impor,” kata Mentan Amran Sulaiman saat jumpa pers di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Senin (2/6).
“Stok (beras) kita sekarang ini ada 4 juta ton lebih, tertinggi selama 57 tahun, dan pernah kita capai 3 juta ton itu tahun 1984,” sambung Amran.