Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Melki Laka Lena menilai riset yang dilakukan oleh Politeknik Negeri Kupang berupa Program Berdikari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) di Kabupaten Kupang dapat menjadi role model atau contoh pengembangan peternakan dan pertanian terintegrasi di NTT.
“Ini adalah hasil diskusi kami di Kantor Gubernur beberapa waktu lalu. Kami ingin memastikan metode ini menjadi contoh dan inspirasi untuk meningkatkan produktivitas peternakan di seluruh NTT,” kata Melki Laka Lena saat menghadiri kegiatan Diseminasi Hasil-Hasil Riset Program Berdikari Kemendikbudristek di Desa Merbaun Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang, Jumat.
Menurut dia, kesempatan itu menjadi momen untuk mengembalikan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi sapi.
Untuk melakukan riset, Kemendikbudristek menggandeng Politeknik Pertanian Negeri Kupang.
Politeknik Negeri Kupang diminta mengembangkan pakan konsentrat berbasis bahan baku lokal NTT untuk penggemukan sapi, dengan memanfaatkan putak sebagai sumber karbohidrat dan lamtoro sebagai sumber protein, yang diuji coba di Desa Merbaun.
Kemudian juga pendekatan pola Pertanaman Sen atau Three Sisters Planting, metode tanam “satu lubang tiga tanaman” (jagung, kacang nasi, dan labu) yang diuji coba di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
Dalam risetnya, Politeknik Negeri Kupang berkolaborasi dengan Persatuan Peternak dan Pengusaha Sapi Indonesia (PEPPSI) NTT.
Direktur Politeknik Negeri Kupang Johanis A. Jermias mengatakan kolaborasi dengan PEPPSI dalam riset tersebut dinilai strategis dalam memajukan sektor peternakan sapi NTT.
Uji coba sendiri telah dilakukan 13 Mei 2025 dengan 12 ekor sapi. Di mana hasilnya menunjukkan peningkatan bobot harian dari 0,7–1,7 kg/ekor menjadi 0,6–2,1 kg/ekor.
“Jika dikonversikan menjadi pendapatan peternak akibat pertambahan bobot sapi dan waktu pemeliharaan, inovasi ini berpotensi menambah pendapatan peternak hingga Rp33 hingga 283 miliar per tahun,” ujar dia.
Selain meningkatkan pertumbuhan bobot, pakan lokal juga terbukti mengurangi penyusutan sapi saat pengiriman antar pulau.
Dimana konsep kandang penggemukan modern yang diperkenalkan turut meningkatkan efisiensi pemeliharaan.
Sementara itu, uji coba pola Three Sisters di Kabupaten TTU menghasilkan peningkatan produksi jagung dari 2,3 ton menjadi 5,3 ton per hektare, sekaligus menyediakan pakan ternak dan benih.

