Penggunaan LPG di NTT 284 Metrik Ton

id LPG

 Penggunaan LPG di NTT  284 Metrik Ton

Gas Elpiji 12 kilogram

Dari jumlah 284 metrik ton tabung gas LPG tersebut, terdapat 216 metrik ton tabung gas LPG untuk ukuran 12 kg yang digunakan oleh konsumen di NTT.
Kupang (Antara NTT) - PT Pertamina Wilayah Nusa Tenggara Timur menyatakan selama tahun 2016 penggunaan tabung gas LPG di NTT mencapai 284 metrik ton (M/T).

"Untuk NTT penggunaan tabung gas LPG-nya masih sangat kecil jika dibandingkan provinsi Nusa Tenggara Barat yang mencapai 5.983 metrik ton di tahun 2016," kata Branch Marketing Manajer PT Pertamina Wilayah NTT Fanda Chrismianto di Kupang, Kamis.

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan penggunaan tabung gas LPG di NTT khususnya pendistribusian tabung gas LPG ke sejumlah daerah atau wilayah tertinggal, terluar dan terdepan (3T) di provinsi berbasis kepulauan itu.

Ia menjelaskan dari jumlah 284 metrik ton tabung gas LPG tersebut, terdapat 216 metrik ton tabung gas LPG untuk ukuran 12 KG yang digunakan oleh konsumen di NTT, sementara sisanya adalah tabung gas LPG berukuran 50 KG.

Fanda menjelaskan masih kecilnya penggunaan tabung gas LPG di NTT diakibatkan belum dilakukan konversi dari minyak tanah ke gas yang lebih murah harganya.

"NTB sudah konversi, jadi masyarakatnya sudah terbiasa dan nyaman pakai LPG. Lebih irit dan bersih," tuturnya.

Masih belum dilaksanakannya konversi minyak tanah ke gas tersebut di NTT karena memang saat ini pemerintah masih terus membangun infrastruktur berupa tempat penampungan gas di terminal BBM Tenau Kupang.

Pemerintah sendiri menargetkan akhir tahun 2018, pembangunannya telah selesai agar LPG yang murah dan terjangkau harganya bisa dinikmati oleh masyarakat NTT.

Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Ditjen Migas Setyorini Tri Hutami dalam kunjungan kerjanya ke NTT pada akhir Desember 2016 mengatakan pemerintah sendiri memang sudah menyiapkan pasokan gas buat NTT sehingga gas tersebut bisa dinikmati oleh masyarakat NTT.

Kemudian Kepala BPH Migas Andy Noorsaman Sommeng juga menilai Pertamina jangan terlalu terburu-buru dengan konversi minyak tanah ke gas, di saat belum ada tempat penampungannya.

 "Jangan kita lakukan konversi tetapi infrastruktur LPG belum tersedia dengan baik. Nanti bagaimana mensuplainya?," tambah dia.