Klaster tenun ikat tumbuhkan ekonomi Sumba Timur

id BI NTT

Klaster tenun ikat tumbuhkan ekonomi Sumba Timur

Produk tenun ikat Sumba yang dipasarkan melalui galeri tenun ikat di kampung adat Praingu Prailiu, Kabupaten Sumba Timur, Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. (ANTARA FOTO/Aloysius Lewokeda)

Klaster tenun ikat yang dikembangkan di kampung adat Praingu Prailiu, Kabupaten Sumba Timur, telah berhasil menumbuhkan ekonomi warga di wilayah timur Pulau Sumba itu.
Kupang (ANTARA) - Klaster tenun ikat yang dikembangkan di kampung adat Praingu Prailiu, Kabupaten Sumba Timur, telah berhasil menumbuhkan ekonomi warga di wilayah timur Pulau Sumba itu.

"Klaster tenun ikat di Sumba Timur ini sudah berhasil menumbuhkan perekonomian warga di sana, penghasilan mereka bahkan mencapai hingga Rp30 juta per bulan," kata Manajer Fungsi Koordinasi, Komunikasi dan Kebijakan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Andre Asa di Kupang, Selasa (30/4). 

Ia mengatakan, klaster tenun ikat tersebut dikembangkan sejak 2017 dan saat ini sudah mandiri dengan mengelola galeri tenun ikat. Saat ini, lanjutnya, terdapat sekitar 50 warga laki-laki dan perempuan yang mengandalkan galeri tenun ikat tersebut sebagai sumber pendapatan dalam rumah tangganya.

Menurutnya, keberadaan galeri tenun ikat ini tidak hanya memiliki manfaat ekonomi semata, namun juga sebagai salah satu objek wisata penyanggah di Sumba Timur.

"Karena wisatawan domestik dan mancanegara juga selalu datang ke sana, mereka belajar sekaligus mempraktikkan bagaimana budaya menenun tenun ikat Sumba dengan berbagai tahapan cara pembuatannya," katanya.

Andre mengatakan, pihaknya terus mendorong hadirnya sumber ekonomi masyarakat di provinsi setempat melalui pembentukan usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang dibagi dalam klaster-klaster sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Baca juga: BI NTT kembangkan pemasaran tenun ikat secara digital

Selain klaster tenun ikat, lanjutnya, BI NTT juga telah membentuk klaster komoditas volatile food menekan inflasi dengan membentuk klaster cabai merah di Kabupaten Sumba Barat Daya.

Selain itu, klaster bawang merah di Kabupaten Belu, klaster padi di Kabupaten Manggarai Barat, maupun klaster sapi yang terintegrasi dengan bawang di Kupang.

"Pengembangan klaster-klaster ini terus kami lakukan untuk mendukung fungsi BI terkait stabilitas moneter, harapan kami nantinya bisa menjadi percontohan untuk daerah-daerah lain di NTT," katanya.

Baca juga: Bank Indonesia kembangkan UMKM sebagai wisata penyangga di NTT
Baca juga: Kampung Adat Praingu Prailiu jadi galeri tenun ikat