Kupang (ANTARA) - Kepala Bidang Diseminasi Infomasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hery Tirto Djatmiko mengatakan, sejumlah negara. termasuk negara tetangga Timor Leste telah mengadopsi Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang merupakan program unggulan BMKG dalam menata sistem ketahanan pangannya.
"Bahkan beberapa negara di barat telah menjadikan SLI sebagai pusat penelitian," kata Hery Tirto Djatmiko dalam arahannya pada pembukaan SLI-Sosialisasi Agroklimatologi Provinsi NTT di Kupang, Kamis (23/5).
Menurut dia, dalam era perubahan iklim yang terus berlangsung saat ini diperlukan adaptasi-adaptasi untuk mencegah terjadinya gagal tanam maupun gagal panen.
Artinya, adaptasi-adaptasi sangat diperlukan untuk menyesuaikan produksi pangan karena dampak dari perubahan iklim membuat tanaman pertanian menjadi puso dan gagal panen.
Secara nasional kata dia, wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), selalu diidentikkan dengan kekeringan. Namun, ada beberapa daerah di provinsi berbasis kepulauan itu yang menjadi lumbung pangan bagi masyarakatnya sendiri.
"Karena itu, melalui kearifan lokal dan informasi iklim dari BMKG, dapat membantu meningkatkan produksi pertanian di daerah ini, sekaligus membangun ketahanan pangan," katanya menambahkan.
Saat ini, kata dia, BMKG telah melatih 9.000 peserta SLI yang tersebar di 34 provinsi se-Indonesia, dimana 500-600 alumninya berada di NTT. Mereka adalah pegawai pada dinas pertanian, PPL, petani dan juga Babinsa, yang bertugas memberikan informasi iklim yang tepat bagi para petani.
"Dengan informasi iklim yang tepat, para petani bisa menanam pada waktu yang tepat sehingga bisa terhindar dari gagal tanam maupun gagal panen," demikian Hery Tirto Djatmiko.
Baca juga: SLI dinilai efektif tingkatkan produksi pertanian
Baca juga: SLI dukung ketahanan pangan di NTT
Banyak negara mengadopsi program SLI
Sejumlah negara. termasuk negara tetangga Timor Leste telah mengadopsi Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang merupakan program unggulan BMKG dalam menata sistem ketahanan pangannya.