103 titik panas di NTT berdasarkan hasil deteksi Lapan

id Hotspot

103 titik panas di NTT berdasarkan hasil deteksi Lapan

Salah satu titik kebakaran lahan di wilayah Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. (ANTARA FOTO/Novi Abdi)

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mendeteksi, saat ini terdapat 103 titip panas (hotspot) di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kupang (ANTARA) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mendeteksi, saat ini terdapat 103 titip panas (hotspot) di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Berdasarkan data titik panas dari citra satelit MODIS Terra dan Aqua, yang bersumber dari LAPAN, ada 103 titik panas di 16 kabupaten di NTT," kata Kepala Stasiun Meteorologi El Tari, Agung Sudiono Abadi kepada ANTARA di Kupang, Selasa (10/9).

Menurut dia, ada 16 kabupaten yang terpantau titik panas itu adalah Kabupaten Belu, Alor, Ende, Flores Timur, Sikka, Ngada, Nagekeo, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, Sumba Timur, Timor Tengah Utara (TTU), Lembata, Manggarai Timur, Kupang dan Timor Tengah Selatan (TTS).

Dari 16 kabupaten ini, titik panas terbanyak terdapat di Kabupaten Sumba Timur di Pulau Sumba yakni terdapat 79 titik panas.

Baca juga: Titik Panas Lebih Banyak di Pulau Timor

Titik panas tersebut tersebar pada sepuluh wilayah yakni Nggaha Ori Anggu, Ngadu Ngala, Karera, Kambata Mapambuhang, Tabundung, Pandawai, Lewa, Haharu, Umbu Ratu Nggay, dan Katikutana.

Agung Sudiono menjelaskan, titik panas dapat digunakan untuk identifikasi awal kejadian kebakaran hutan dan lahan.

Selang kepercayaan atau confidence level menunjukkan tingkat kepercayaan bahwa hotspot yang dipantau dari data satelit penginderaan jauh merupakan benar-benar kejadian kebakaran yang sebenarnya di lapangan.

Semakin tinggi selang kepercayaan, maka semakin tinggi pula potensi bahwa hotspot tersebut adalah benar-benar kebakaran lahan atau hutan yang terjadi, katanya.

Dia menjelaskan analisis data titik panas ini menggunakan data dengan tingkat kepercayaan mencapai 80 persen.

Kondisi ini dilakukan karena SiPongi sebagai sistem monitoring kebakaran hutan dan lahan, lebih fokus untuk dapat mendeteksi indikasi kebakaran hutan, dan lahan di lapangan dengan tingkat kemungkinan tertinggi.

Baca juga: Satelit Terra Mendeteksi 15 Titik Panas
Baca juga: Lima titik panas di wilayah Manggarai Barat-Timur