Kupang (ANTARA) - Kepala Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Eko Pranoto mengatakan bahwa stok beras yang dikuasi Bulog saat ini cukup melimpah setelah penyaluran bantuan sosial beras sejahtera (bansos rastra) dihentikan per 31 Agustus 2019.
"Beras kami menumpuk sangat banyak di gudang-gudang di seluruh NTT dengan stok saat ini mencapai 43.000 ton," kata Eko Pranoto kepada wartawan di Kupang, Selasa (24/9).
Dengan stok yang melimpah, kata dia, Bulog di daerah-daerah diperintahkan untuk melakukan penjualan secara masif melalui peluncuran ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) secara serentak di seluruh Indonesia pada Selasa (24/9).
Baca juga: Stok beras yang dikuasai Bulog NTT sebanyak 34.000 ton
Baca juga: Stok beras mencukupi kebutuhan masyarakat NTT selama 3,9 bulan
Dia menjelaskan, program bansos rastra telah dihentikan per 31 Agustus dan diganti dengan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sehingga penjualan beras diserahkan kepada mekanisme pasar. Namun demikian, Bulog tetap berperan melakukan stabilisasi harga dalam program BPNT sesuai surat edaran dari Kementerian Sosial.
"Dalam program BPNT ini swasta pun bisa terlibat, hanya saja dalam kenyataan harga beras masih tidak beraturan sehingga Bulog tetap diminta untuk masuk ke situ untuk stabilisasi harga," katanya.
Eko mengatakan, meski demikian sampai saat ini Bulog NTT belum maksimal melakukan penyaluran beras untuk program BPNT, seperti realisasi penyaluran beras yang dilakukan pada September 2019 baru mencapai 271 ton dari target sebanyak 362 ton.
Target penyaluran beras untuk BPNT di seluruh Indonesia sebesar 700.000 ton namun baru terealisasi 30.000 ton. "Untuk itu kami di daerah juga meminta dukungan teman-teman di Dinas Sosial maupun perbankan untuk bersama-sama berupaya agar beras Bulog bisa dijual maksimal kepada masyarakat," katanya.
Baca juga: Bulog NTT tambah stok 13.000 ton beras
Baca juga: Stok beras di NTT mencapai 27.000 ton
Stok beras melimpah setelah bansos rastra dihentikan
"Beras kami menumpuk sangat banyak di gudang-gudang di seluruh NTT dengan stok saat ini mencapai 43.000 ton," kata Eko Pranoto.