Babi Dominasi Populasi Ternak di NTT

id Babi

Babi Dominasi Populasi Ternak di NTT

Populasi ternak babi di NTT saat ini mencapai sekitar 1.871.717 ekor

Hingga tahun 2016, populasi ternak babi di wilayah provinsi berbasis kepulauan itu mencapai 1.871.717 ekor atau meningkat dari 1.812.449 ekor pada 2015.

Kupang (Antara NTT) - Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Dani Suhadi mengatakan populasi ternak babi, jumlahnya masih mendominasi ternak lainnya di Nusa Tenggara Timur.


Hingga tahun 2016, kata Dani kepada Antara di Kupang, Senin, populasi ternak babi di wilayah provinsi berbasis kepulauan itu mencapai 1.871.717 ekor atau meningkat dari 1.812.449 ekor pada 2015.

Jumlah populasi babi ini merupakan hasil pendataan milik peternakan rakyat yang diperlihara secara sporadis atau menyebar di tengah masyarakat.


Dinas Peternakan juga mencatat populasi ternak kambing yang mencapai 643 ekor pada 2016, kerbau sekitar 141.000 ekor, kuda lebih dari 114.000 ekor, sapi lebih dari 902.000 ekor dan domba lebih dari 65.000 ekor.

Menurut Dani, meskipun populasi babi merupakan yang terbanyak di NTT, pemerintah daerah ini tidak mengantarpulauakan ke daerah lain yang membutuhkan.

Kebanyakan ternak babi, katanya, dipakai untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat masyarakat dan untuk urusan sosial dan budaya maupun dijual.

"Banyak masyarakat kita yang membutuhkan hewan babi untuk pesta maupun untuk kepentingan acara-acara adat mereka," katanya.

Dani mengatakan rumah tangga yang memelihara babi jumlahnya bervariasi, ada yang satu hingga mencapai 10 ekor atau lebih untuk berbisnis.

Dari aspek penguatan populasi, katanya, pihaknya terus melakukan penghitungan ternak babi menggunakan sampling setiap enam bulan bekerjasama dengan dinas terkait di kabupaten/kota.

Selain itu, ternak babi di masyarakat juga selalu mendapatkan vaksinasi setiap tahun sesuai dengan permintaan dari kabupaten untuk mengantisipasi adanya serangan penyakit "hog cholera".

"Populasi babi ini terus kita jaga karena bisa mengimbangi kebutuhan daging di tingkat masyarakat sehigga ternak lain seperti sapi bisa lebih banyak kita antarpulaukan," katanya.