Kupang (ANTARA) - Kantor Konsulat Jenderal (Konjen) Republik Rakyat China (RRC) di Denpasar, Bali sejak 18 Desember 2014, ternyata masih belum terlalu dikenal oleh sebagian besar rakyat di Nusa Tenggara dan Bali sehingga keberadaannya belum bisa berjalan optimal
Pembukaan Kantor Konjen RRC di Denpasar itu dilukiskan oleh banyak pihak sebagai salah satu upaya untuk mempererat hubungan dengan Indonesia serta memberi pelayanan kepada warga negara China yang membutuhkan informasi.
Konjen RRC di Denpasar, Bali (saat itu) Hu Yinquan mengatakan China dan Indonesia merupakan negara tetangga serta sahabat baik yang berseberangan laut dan merupakan hubungan mitra strategis menyeluruh serta salah satu hubungan bilateral yang paling dinamis dan berpengaruh di kawasan Asia Pasifik.
Sejak memasuki era keterbukaan, semakin banyak kunjungan-kunjungan tingkat tinggi antarpemerintahan dan hubungan antarkedua negara makin mendalam guna meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan.
Pendirian Konjen RRC di Denpasar itu merupakan hasil terbaru dari kerja sama kedua negara dalam mempermudah kunjungan antarkedua negara dan meningkatkan pertukaran kerja sama di berbagai bidang.
Dengan adanya Konjen RRC di Denpasar, tidak hanya bisa melayani para wisatawan yang semakin banyak berlibur ke Bali, namun juga memperdalam pemahaman terhadap China serta memudahkan kunjungan masyarakat khususnya Bali, NTB, dan NTT.
Kehadiran Konjen RRC di Bali diharapkan mampu mendorong kerja sama di bidang perdagangan, investasi dan infrastuktur antara ketiga provinsi di wilayah kerja Konjen dengan China.
Duta Besar RRC untuk Indonesia Xie Feng juga berharap agar Konjen China di Denpasar dapat mendorong pertukaran antara rakyat ketiga provinsi dengan China dan juga kerja sama ekonomi serta investasi kedua belah pihak.
Harapan Duta Besar RRT itu perlahan mulai menampakkan hasil. Pihak Konjen RRT di Denpasar juga mencatat bahwa sampai sejauh ini sudah belasan pengusaha asal China telah menanamkan investasi di wilayah Nusa Tenggara Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Di Denpasar, Bali, misalnya, perusahaan China telah melakukan investasi untuk 10 item proyek dengan nilai investasi sekitar 11 juta dolar AS. "Ini sesuatu yang cukup membanggakan," kata Konsuler Jenderal RRT di Denpasar, Bali Gou Haodong dalam Forum Investasi Sunda Kecil di Kupang.
Nilai investasi
Selain melakukan investasi di Bali, ada sekitar 11 investor asal China telah berinvestasi di Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan nilai investasi mencapai 1 juta dolar AS. Sedang, di NTT hanya satu investor asal China yang sedang berinvestasi di bidang industri budi daya mutiara.
"Artinya, boleh dilihat dari angka-angka tersebut bahwa potensi kerja sama antara China dengan tiga wilayah ini sangat besar. Kami akan terus mendorong pengusaha dari China untuk bekerja sama dengan pengusaha lokal melakukan investasi di wilayah Nusa Tenggara dan Bali," kata Gou Haodong.
Investasi China di wilayah Nusa Tenggara dan Bali, boleh dibilang kecil, karena wilayah investasinya tidak terlalu luas sehingga para pengusaha dari Negeri Tirai Bambu itu baru mampu menggelontorkan 11 juta dolar AS untuk aksi investasi mereka di Bali, NTB dan NTT.
Lalu, bagaimana dengan investasi China di Indonesia? "Investasi dari negeri Tirai Bambu di Indonesia sepanjang Januari-Juni 2019 telah mencapai 2,3 miliar dolar AS," ujar Gou Haodong.
"Dalam tahun ini, kerja sama China-Indonesia membawa hasil yang sangat signifikan di bidang investasi. Dalam bulan Januari-Juni 2019, misalnya, investasi Tiongkok di Indonesia sudah mencapai 2,3 miliar dolar AS atau 16,2 persen dari total investasi asing di Indonesia," katanya menegaskan.
Investasi China di Indonesia ini telah menempatkan negeri Tirai Bambu itu berada pada peringkat ketiga total investasi asing di Indonesia. "Bukan sesuatu yang sangat signifikan," ujar Gou Haodong.
"Tahun ini, Presiden Joko Widodo terpilih kembali, dan boleh dikatakan hubungan China-Indonesia sedang berada di titik sejarah yang terbaik, sehingga untuk kedua pihak ketika kita akan meningkatkan kerja sama dan investasi," katanya.
Gou Haodong juga memuji hubungan bilateral kedua negara terus berkembang dan mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan dalam beberapa tahun terakhir.
"Kerja sama yang saling menguntungkan juga terus mendalam. Kedua negara (RRT-Indonesia) terus memperdalam sinergi inisiatif Jalur Sutra Maritim Abad 21 China dan Konsep Poros Maritim Dunia Indonesia," katanya.
Hubungan ini telah meningkatkan investasi bilateral, memperluas kerja sama yang komprehensif di bidang infrastruktur, pertanian, perdagangan, bisnis e-commerce, keuangan, energi dan lainnya.
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat mengharapkan agar forum investasi Sunda Kelapa yang digelar Konsulat Jenderal RRC di Denpasar, Bali ini dapat melahirkan investor baru di provinsi berbasis kepulauan ini.
NTT punya potensi
"Kita harapkan, dengan forum ivestasi ini, investor dari China tidak pulang dengan tangan hampa, tetapi ada kesepakatan kerja sama investasi di daerah ini," katanya melalui sang isteri Julie Laiskodat.
NTT memiliki potensi yang luar biasa, baik di bidang kelautan dan perikanan, pertanian, infrastruktur dan lainnya yang belum digarap secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat daerah ini.
Potensi ini merupakan peluang investasi yang bisa dikembangkan oleh para pengusaha asal China dengan pengusaha lokal NTT. "Jadi tidak selesai di forum ini, tetapi ada kerja sama yang saling menguntungkan," kata Laiskodat.
Karena bagaimana pun, investasi ini sangat penting karena dapat memberikan kontribusi positif bagi pembukaan lapangan kerja, dan transfer tekonologi bagi rakyat NTT.
Gou Haodong mengatakan forum investasi yang digelar ini untuk membangun saling memahami antara perusahaan-perusahaan China dan pengusaha lokal dari wilayah Nusa Tenggara dan Bali.
Konjen China di Denpasar, Bali, telah berdedikasi secara aktif dalam mendorong kerja sama dan pertukaran informasi antara China dan tiga provinsi di Indonesia itu, baik di tingkat pemerintah maupun masyarakat.
"Saya sangat berharap, forum investasi kali ini dan berbagai kerja sama perdagangan ke depan, dapat terus menerus dan meningkatkan persahabatan antara China dan Indonesia yang telah berlangsung secara terus menerus dari generasi ke generasi," kata Gou Haodong.
Artikel - China mulai lirik Nusa Tenggara
Kehadiran Konjen RRC di Bali diharapkan mampu mendorong kerja sama di bidang perdagangan, investasi dan infrastuktur antara ketiga provinsi di wilayah kerja Konjen dengan China.