Kupang (Antara NTT) - Sejatinya peringatan Hari Bumi jatuh pada hari Sabtu (22/4) yang diwarnai pesta rakyat nelayan yang diadakan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) di Kupang.
Namun, pagi itu, sebelum sang rembulan hilang dari peraduannya, sekitar pukul 06.00 Wita, ribuan orang di Kota Kupang turun ke pesisir pantai.
Pemandangan ini tidak seperti biasanya jika dibandingkan dengan hari-hari kerja. Biasanya bukan pesisir pantai yang ramai, melainkan hiruk pikuk kendaraan yang mengantar para pekerja di kota itu untuk bekerja karena pada hari Jumat (28/4) itu adalah hari kerja.
Sebagian orang mengenakan baju berwarna hijau. Di depannya bertuliskan No More Marine Debris yang artinya jangan ada lagi sampah di laut.
Pesan inilah yang membuat ribuan warga kota itu turun ke pesisir-pesisir pantai, mulai dari pesisir Pantai Namosain, Pantai Teddys, Pantai Ketapang Satu, Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Oeba, PPI Oesapa, Pantai Pasir panjang, Pantai Lasiana, hingga kawasan wisata Mangrove di Oesapa.
Masing-masing memegang plastik sampah. Ada yang membawa parang ada juga sebagian yang hanya membawa plastik untuk mengumpulkan sampah di pesisir pantai sepanjang bibir pantai Kota Kasih itu.
Kawasan bibir pantai tumpah ruah oleh masyarakat setempat. Mereka seolah tak memikirkan bahwa pada hari Jumat adalah hari kerja di kantor.
Satu hal yang mereka pikirkan adalah membersihkan sampah pantai agar kelak pantainya bersih dan tak merusak pemandangan pantai di kota itu.
"Pesan dari NTT untuk Dunia Jang Ada Lai Sampah di Laut". Pesan ini menunjukkan bahwa dari provinsi kepulauan itulah pihaknya ingin mengajak semua masyarakat tidak hanya secara nasional, tetapi juga internasional untuk menjaga kebersihan pantai.
Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang Ikram M. Sangadji mengatakan bahwa kegiatan bersih pantai itu sebagai bagian dari kegiatan memperingati Hari Bumi.
Menurut dia, pantai sebagai lokasi atau kawasan wisata hendaknya selalu bersih agar indah dipandang mata.
Pesisir pantai selalu menjadi destinasi wisata. Namun, sayangnya keindahan pantai itu selalu tidak dijaga dengan baik kebersihannya oleh masyarakat atau wisatawan yang berkunjung ke kawasan itu.
"Oleh karena itu, kami gerakan ini. Kami ajak semua masyarakat di Kota Kupang untuk mulai dan bersama-sama menjaga kebersihan pantai dan bersama-sama membersihkan pantai, khususnya di kawasan pesisir," kata Ikram, Jumat (28/4).
Riset yang dipublikasikan di jurnal Science pada tanggal 13 Februari 2015 mengungkap bahwa Indonesia merupakan penyumbang terbesar kedua sampah plastik di lautan setelah Tiongkok.
Data tersebut diperoleh lewat pemodelan dengan memasukkan faktor skala pembangunan ekonomi negara, jumlah rata-rata sampah yang diproduksi, cara pengolahan sampah, serta jumlah populasi yang bermukim di radius 50 km dari garis pantai.
Kondisi itu tentu akan sangat memberikan dampak negatif bagi sejumlah biota laut juga berdampak bagi manusia.
Sementara itu, menurut data yang dilansir oleh Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih, total jumlah sampah mampu mencapai 68 juta ton pada tahun 2019. Begitu pula, sampah plastik yang diperkirakan mencapai 9,52 ton.
Limbah sampah sendiri berbahaya ketika sampai mencemari laut. Masalah ini perlu segera ditemukan jalan keluarnya. Jika tidak, flora dan fauna yang berhabitat di laut akan terkena dampak buruknya.
Tidak hanya itu, peneliti dari Universitas Georgia Jenna Jambeck juga menilai bahwa setiap tahunnya Indonesia mampu menyumbang sampah hingga 187,2 juta ton, sedangkan Cina mencapai 262,9 juta ton. Negara tetangga, seperti Filipina, berada di posisi tiga dengan produksi sampah ke laut sebesar 83,4 ton.
Hal inilah yang menjadi dasar mengapa BKKPN Kupang sebagai salah satu institusi yang bergerak di bidang konservasi kelautan berusaha mengajak dan mengajarkan masyarakat di provinsi kepulauan itu menjaga kebersihan laut.
Berdasarkan data Provinsi NTT, luas wilayah daratan sekitar 47.349,9 km2, wilayah laut hampir empat kali lipatnya, sekitar 200.000 km2. Dengan kondisi seperti ini, sesungguhnya potensi terbesar NTT berada di laut.
Jika pesisir yang dasar lautnya tidak dijaga, hal ini akan merusak potensi keluatan yang sesungguhnya sangat menguntungkan nelayan setempat.
Kegiatan bersih-bersih sampah pantai tidak hanya di pesisir, tetapi sebanyak 17 penyelam dari berbagai instansi juga turut membersihkan sampah dasar laut.
Peralatan satu demi satu dipersiapkan, mulai dari tabung oksigen, sepatu untuk menyelam, hingga baju khusus menyelam.
"Ada 17 orang penyelam yang akan membersihkan pesisir pantai ini. Mereka berasal dari instansi yang berbeda-beda," kata Pimpinan Selam Sersan Satu J. Lamek yang juga anggota TNI AL Lantamal VII Kupang.
Lokasi menyelamnya sendiri berkisar dari pantai pasir panjang saja karena lokasi pantai pasir panjang dinilai mempunyai puluhan kilogram sampah yang dapat menggangu ekosistem laut.
Dari hasil bersih-bersih sampah, baik di pesisir pantai maupun di dasar laut, kurang lebih mencapai 2.000 kilogram sampah.
Dengan perincian sebanyak 75 kilogram sampah laut dan sisanya adalah sampah yang dikumpulkan masyarakat di pesisir pantai.
Semua sampah yang terkumpul kemudian diangkut oleh Dinas Kebersihan Kota Kupang, lalu dibuang ke tempat pembuangan akhir, lantas dimusnahkan.
Dukungan LSM
World Wide Fund (WWF) Indonesia yang terlibat langsung dalam bersih-bersih sampah tersebut memberikan dukungan karena hal itu berkaitan dengan perlindungan dan pengembangan biota laut di sepanjang perairan wilayah Kota Kupang dan seluruh wilayah di perairan provinsi berbasis kepulauan ini.
Koordinator Monitoring Biota Laut WWF Indonesia Kupang Khaifin mengatakan bahwa sampah plastik adalah salah satu jenis sampah yang tidak bisa diurai. Karena tidak terurai, akan memberikan dampak bagi biota laut, bahkan ikan-ikan akan mengonsumsi sampah yang tidak terurai itu.
"Tentunya akan memberikan dampak buruk jika ikan itu dikonsumsi manusia," katanya.
Dalam konteks itu, WWF Indonesia sangat mendukung kegiatan tersebut dan akan terlibat aktif dalam aksi yang merupakan sebuah momentum penyadaran bagi masyarakat untuk menjaga keserasian hayati dan biota laut yang ada.
Walhi sendiri saat menggelar Festival Perahu Nelayan di Kota Kupang dalam peringatan Hari Bumi, Sabtu (22/4), dengan tema "Selamatkan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil" menjelaskan bahwa kegiatan itu bertujuan agar masyarakat pesisir mengetahui dampak dari kerusakan lingkungan.
"Kami ingin nelayan-nelayan pesisir ini lebih mengenal dan menjaga lingkungan sekitar mereka, tepatnya di pesisir pantai, sehingga tetap terlihat indah dan bersih," kata Direktur Eksekutif Nasional Walhi Nur Hidayati.
Nur Hidayati mengatakan bahwa saat ini telah banyak terjadi kerusakan lingkungan. Kerusakan itu tidak hanya terjadi di wilayah pegunungan, tetapi di wilayah laut. Misalnya, berbagai pengeboman ikan yang merusak lingkungan laut.
Masyarakat pesisir, menurut dia, mempunyai peran dalam menjaga lingkungan laut, mulai dari menjaga kebersihan pesisir pantai agar tetap terlihat indah.
Apresiasi Pemkot
Wali Kota Kupang Jonas Salean mengatakan bahwa secara kelembagaan Pemerintah Kota Kupang memberikan dukungan penuh untuk kegiatan tersebut.
Dukungan itu bukan karena lokasi kegiatan berada di Kota Kupang, tetapi juga karena hal tersebut akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem manusia dan lingkungan, terutama biota laut yang ada.
"Pantai yang bersih tentu akan memberikan dampak indah dan asri serta tentunya akan sehat dan menjadi pilihan warga untuk berkunjung ke pantai itu. Apalagi, rata-rata pantai itu menjadi destinasi pariwisata laut di Kota Kupang," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Kupang Ester Muhu menyampaikan apresiasi kepada aksi bersih pantai yang digagas oleh Balai Konservasi Perairan nasional Kupang tersebut.
Menurut dia, aksi tersebut selain menjadi bagian dari rencana kerja balai tersebut dalam memperingati Hari Bumi, juga telah memberikan dukungan bagi penataan potensi wisata pantai milik Pemerintah Kota Kupang.
"Tentunya kami memberi apresiasi untuk inisiatif balai dalam aksi bersih pantai ini," katanya.
Menurut dia, seluruh lokasi aksi bersih pantai adalah bagian dari kawasan pantai yang menjadi pilihan warga lokal melakukan sejumlah kegiatan wisata lokal.
"Kami berterima kasih kepada pihak balai atas inisiatif ini. Tentu akan memberikan manfaat bagi pantai Kupang," katanya.
Sejumlah lokasi wisata pantai yang sedang dikembangkan Pemerintah Kota Kupang, antara lain, Pantai Batu Kapal, Pantai Namosain di Kelurahan Namosain, Pantai Kupang di Kelurahan LLBK, Pantai Pasir Panjang di Kelurahan Pasir Panjang, Wisata Mangrove di Oesapa Barat, dan Pantai Oesapa di Kelurahan Oesapa Induk.
Jangan Ada Lagi Sampah di Laut
Namun, pagi itu, sebelum sang rembulan hilang dari peraduannya, sekitar pukul 06.00 Wita, ribuan orang di Kota Kupang turun ke pesisir pantai.