15 Desain Rancang Jembatan Palmerah

id Palmerah

15 Desain Rancang Jembatan Palmerah

Ketua Ikatan Arsitek Indonesia Nusa Tenggara Timur Donatus Ara Kian (kanan) sedang berjabatan tangan dengan Gubernur NTT Frans Lebu Raya (kiri).

"Ada sekitar 10-15 desain Jembatan Palmerah yang kami siapkan untuk nantinya diserahkan kepada Pemerintah Provinsi NTT," kata Ketua IAI NTT Don Arakian.
Kupang (Antara NTT) - Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menyiapkan sekitar 15 rancang bangun (desain) Jembatan Pancasila-Palmerah (Pantai Palo-Tanah Merah) untuk menghubungkan daratan Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur dengan Pulau Adonara.

"Ada sekitar 10-15 desain Jembatan Palmerah yang kami siapkan untuk nantinya diserahkan kepada Pemerintah Provinsi NTT," kata Ketua IAI NTT Donatus Arakian saat dihubungi Antara di Kupang, Jumat.

Ia mengatakan, dari hasil rapat dengan Dinas Pekerjaan Umum provinsi setempat beberapa waktu lalu, pihaknya tetap dipercaya memberikan gagasan desain melalui mekanisme yang diatur IAI NTT.

Saat ini, katanya, IAI memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk memberikan sebanyak mungkin gagasan desain dan selanjutnya akan diseleksi tiga desain untuk ditindaklanjuti. "Soal tema kami serahkan ke anggota yang ikut memberikan kontibusi gagasannya," katanya.

Dosen Arsitekur di Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang itu mengatakan, secara umum panduan tema diarahkan pada tiga hal pokok yakni Pancasila sebagai nama jembatan yang menunjukkan identitas nasional.

Sementara itu, Palmerah sebagai nama lokasi Pantai Palo di deratan Larantaka dan Tanah Merah di Pulau Adonara serta unsur arsitektur yang menunonjolkan kearifan Nusa Tenggara Timur," katanya.

Menurut Arakian, dari pedoman itu kemudian dibarakan dalam beberapa model desain jembatan dengan panjang sekitar 800 meter itu yang bisa jadi berbeda satu dengan yang lain.

Rencana pembangunan Jembatan Pancasila Palmerah dan pembangkit listrik tenaga arus laut di Selat Gonzalu setempat merupakan bagian dari proyek strategis nasional.

Dinas Pekerjaan Umum Nusa Tenggara Timur menargetkan pencangkulan pertama (groundbreaking) pembangunan jembatan itu bertepatan dengan hari Ulang Tahun (HUT) NTT pada 20 Desember tahun 2017.

"Kami berharap kalau tidak berhalangan targetnya pada Desember tahun ini sudah dilakukan peletakan batu pertama," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum NTT Andre Koreh secara terpisah kepada wartawan di Kupang.

Ia mengatakan, sampai saat ini proses pembangunan jembatan tersebut masih dalam taraf prastudi kelayakan.

Pemerintah provinsi, kata Andre, mengucurkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp1,5 miliar, ditambah dengan bantuan dana dari pemerintah pusat melalui ABPN sebesar Rp10 miliar.

"Studi kelayakan jembatan itu dilaksanakan oleh dua perusahaan yakni PT Buana Archicon dan didukung oleh PT Tidal Bridge Indonesia, yang merupakan perusahaan cabang dari Tidal BV Belanda," ujarnya.

Selain membangun jembatan tersebut, lanjuntya, kedua PT itu juga akan meneliti keberadaan arus bawah laut di Selat Gonsalu yang berada di antara pulau Flores dan Adonara itu untuk dijadikan sebagai pembangkit listrik.

"Informasinya nanti akan ada Kapal yang akan meninjau dan meneliti derasnya arus gonsalu tersebut," ujarnya.