New York (ANTARA) - Dolar sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), keluar dari level terkuat hari itu, karena selera risiko kembali ke pasar pada sore hari dengan ekuitas AS pulih dari kerugian awal dan imbal hasil obligasi pemerintah memperpanjang kenaikannya.
Investor juga mengkonsolidasikan keuntungan yang dibuat pada mata uang lain dengan mengorbankan dolar menjelang akhir pekan yang panjang di Amerika Serikat. Pasar keuangan tutup pada Senin (15/2/2021) untuk Hari Presiden.
Prospek dolar tetap lebih rendah, menurut Marshall Gittler, kepala penelitian investasi di BDSwiss Group.
Dolar "dianggap sebagai tempat berlindung yang paling aman dan cenderung turun ketika orang tidak mencari tempat berlindung yang aman," kata Gittler. "Dengan pasar reli dan Fed AS bertahan tanpa batas waktu, saya perkirakan dolar digunakan secara luas sebagai mata uang pendanaan, mendorong nilainya turun."
Sementara itu, bitcoin jatuh 1,3 persen menjadi 47.356 dolar AS, setelah mencapai rekor tertinggi 49.000 dolar AS. Bitcoin membukukan keuntungan sekitar 20 persen dalam pekan tonggak bersejarah ditandai dukungan perusahaan besar seperti Tesla Elon Musk.
Mata uang kripto paling populer di dunia itu mencapai rekor tertinggi semalam setelah grup perbankan AS, Bank of New York Mellon mengatakan telah membentuk unit untuk membantu nasabah memegang, mentransfer, dan mengeluarkan aset digital.
Dalam perdagangan sore, indeks dolar naik 0,1 persen menjadi 90,494 setelah volume melemah di Asia karena Tahun Baru Imlek. Pada minggu ini, indeks melemah 0,6 persen, penurunan minggu pertama dalam tiga minggu - dalam apa yang digambarkan analis ING sebagai "suasana konsolidatif" di tengah ketidakpastian tentang kecepatan pemulihan ekonomi AS.
Data klaim pengangguran mingguan AS yang lebih lemah dari perkiraan pada Kamis (11/2/2021) menambah kekhawatiran reli dolar sebelumnya telah memperkirakan rebound ekonomi yang terlalu cepat.
Dolar menguat 0,2 persen terhadap yen pada 104,97 yen. Greenback turun 0,4 persen pada minggu ini, kemerosotan paling tajam sejak pertengahan Desember.
Ada perbedaan pandangan di antara para pedagang sepanjang tahun ini tentang bagaimana paket stimulus fiskal yang direncanakan Presiden AS Joe Biden sebesar 1,9 triliun dolar AS akan memengaruhi dolar.
Beberapa melihatnya sebagai memperkuat mata uang karena seharusnya mempercepat pemulihan AS relatif terhadap negara lain, sementara yang lain menganggap itu akan mendorong narasi reflasi global yang seharusnya mengangkat aset-aset berisiko dengan mengorbankan dolar.
Euro tergelincir 0,1 persen menjadi 1,2116 dolar, tetapi pada minggu ini, mata uang tunggal Eropa naik 0,5 persen.
Pound Inggris naik 0,2 persen terhadap dolar menjadi 1,3848 dolar, meskipun data menunjukkan ekonomi Inggris mengalami rekor penurunan pada 2020, meskipun tumbuh pada kuartal terakhir.
Baca juga: Emas jatuh lagi 3,6 dolar AS
Dolar Australia, proksi untuk selera risiko, menguat dari posisi terendah menjadi diperdagangkan datar pada 0,7753 dolar AS. Dolar Selandia Baru juga memangkas kerugiannya terhadap greenback.