"Nona Sari" Jaga Kestabilitas Beras Di NTT
Saat ini kami sedang menjalankan program `Nona Sari`. Tujuannya, agar masyarakat mulai terlatih untuk tidak bergantung hanya pada beras,
Kupang, (AntaraNTT) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), saat ini menggalakan program `Nona Sari` (No Nasi Satu Hari), sebagai bagian dari upaya menjaga kestabilan beras.
"Saat ini kami sedang menjalankan program `Nona Sari`. Tujuannya, agar masyarakat mulai terlatih untuk tidak bergantung hanya pada beras," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Hadji Husen kepada wartawan di Kupang, Senin.
Dia mengemukakan hal itu berkaitan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pangan beras, terutama pada musim paceklik.
Masyarakat kata dia, harus bisa memanfaatkan pangan lokal sebagai pengganti beras untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari karena NTT bukan lumbung beras seperti daerah Jawa Timur, Jawa Barat dan juga Banten.
Dia mengatakan, pihaknya terus melakukan kampanye pangan lokal dengan menggandeng Tim Penggerak PKK provinsi hingga
kabupaten dan dinas kesehatan untuk sosialisasi kepada masyarakat, terutama kaum wanita.
Beberapa pangan lokal yang sering menjadi bahan kampanye, yakni pisang, umbi-umbian, termasuk putak.
Dia jelaskan, pemilihan pangan lokal tersebut sudah melalui penilian dan evaluasi terhadap kandungan gizi dari bahan-bahan tersebut.
Dia menambahkan, kebutuhan beras untuk 5,287 juta jiwa warga di provinsi kepulauan itu mencapai 48.000 ton setiap bulan.
"Secara nasional, setiap orang mengonsumsi sembilan kilogram per bulan. Kalau di NTT berbeda. Satu orang rata-rata konsumsi 11 kilogram beras per bulan," katanya.
Hal inilah yang mendorong pihaknya untuk mengkampanyekan kelebihan dan keunggulan pangan lokal.
Meski tidak lantas mengonsumsi pangan lokal setiap hari, namun secara bertahap bisa mengurangi konsumsi beras.
"Kalau kita kurangi makan nasi, kan kita selalu punya stok, sehingga ketika beras sulit, kita tetap bertahan," katanya.