Atambua (Antara NTT) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengagendakan Festival Fulan Fehan yang menampilan 6.000 penari Likurai dari tiga kabupaten di NTT dengan Timor Leste, masuk dalam agenda Festival Indonesiana 2018 bersama dengan 20 daerah lain di Indonesia.
"Sejujurnya kami dari Kemendikbud mendukung penuh Festival Fulan Fehan ini. Oleh karena itu saya ke sini untuk melihat secara langsung bagaimana festival ini digelar," kata Kasubdit Diplomasi dan Budaya Luar Negeri Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Ahmad Mahendra kepada Antara di Atambua, ibu kota Kabupaten Belu, Minggu.
Ahmad Mahendra mengatakan ia akan memperjuangkan agar Festival Fulan Fehan dengan koregrafer Eko Supriyanto itu, bisa masuk dalam agenda Festival Indonesiana 2018 agar festival tersebut bisa menjadi roll model untuk festival kebudayaan lainnya di NTT.
Namun menurutnya ada bebera syarat yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Belu jika ingin festival itu masuk dalam agenda tahunan Kemendikbud.
"Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh Pemda setempat. Yakni soal keseriusannya dengan membuktikan pembangunan jalur infrastruktur ke lokasi Festival Fulan Fehan, sebab saat ini belum terlalu memadai," tuturnya.
Disamping itu juga harus ada sharing dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah 2018 dengan Kemendikbud untuk mengetahui berapa anggaran yang dikeluarkan untuk membangun infratruktur jalan menuju kawasan Fulan Fehan itu sendiri.
Sementara itu, Bupati Belu Willybrodus Lay mengaku telah mempersiapkan anggaran khusus untuk memperbaiki jalur infratruktur jalan menuju kawasan wisata Fulan Fehan yang berada di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknaen, sekitar 40 kilometer dari Atambua.
"Kami sudah rencanakan dalam APBD tahun 2018 nanti. Namun kami belum pastikan berapa anggarannya karena masih dalam pembahasan lagi," tuturnya.
Namun, menurutnya, Pemda Belu sendiri sudah optimis agar festival tersebut dilakukan setiap tahun. Masih banyak kendala yang dihadapi seperti infratsruktur, namun akan diperbaiki untuk tahun depannya.