New York (ANTARA) - Harga minyak naik tipis pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan patokan global Brent membukukan kenaikan bulanan keempat, karena permintaan tumbuh lebih cepat dari pasokan dan vaksinasi diperkirakan akan mengurangi dampak kebangkitan infeksi COVID-19 di seluruh dunia.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September yang berakhir pada Jumat (30/7/2021), terangkat 28 sen atau 0,4 persen, menjadi menetap di 76,33 dolar AS per barel. Kontrak yang lebih aktif untuk pengiriman Oktober mengakhiri sesi dengan menguat 31 sen menjadi 75,41 dolar AS per barel.
Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September bertambah 33 sen atau 0,5 persen, menjadi ditutup pada 73,95 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan minyak mencatat kenaikan lebih dari 2,0 persen untuk minggu ini, sementara Brent naik 1,6 persen pada Juli, kenaikan bulanan keempat berturut-turut. WTI tidak berubah untuk bulan ini.
Bahkan dengan kasus Virus Corona yang meningkat di Amerika Serikat, di seluruh Asia dan sebagian Eropa, analis mengatakan tingkat vaksinasi yang lebih tinggi akan membatasi perlunya penguncian keras yang memusnahkan permintaan selama puncak pandemi tahun lalu.
"Kompleks minyak tampaknya telah melihat kedua faktor Virus Corona dalam menentukan bahwa permintaan hanya akan mengalami sedikit penurunan, setidaknya satu yang akan terbukti sangat kecil sehubungan dengan penurunan konsumsi tahun lalu," kata Presiden Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch, di Galena, Illinois.
Analis menunjuk rebound cepat dalam konsumsi bensin dan produksi industri India menyusul lonjakan COVID-19 sebagai tanda bahwa ekonomi lebih tangguh.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan konsumsi minyak meningkat di seluruh dunia.
“Permintaan meningkat, konsumsi meningkat. Tentu saja, virus corona masih ada tetapi … tidak ada penguncian seperti sebelumnya,” katanya kepada wartawan.
Raksasa minyak AS Exxon Mobil dan Chevron melaporkan laba, dan panduan mereka mengindikasikan pasar akan tetap ketat, kata para analis.
Chevron mengatakan pihaknya memperkirakan untuk menambah setidaknya satu atau dua rig di cekungan Permian pada kuartal ketiga atau keempat dan mengatakan pihaknya melihat permintaan untuk sebagian besar produk, selain bahan bakar jet internasional, mulai kembali ke tingkat pra-pandemi.
Jumlah rig minyak AS telah meningkat selama 11 bulan berturut-turut, tetapi turun dua rig menjadi 385 rig minggu ini, menurut data dari perusahaan jasa energi Baker Hughes.
"(Perusahaan) Minyak besar tidak meningkatkan pengeluaran di sumur baru dan fokus pada pengurangan utang, yang seharusnya membuat OPEC+ senang dengan rencana kuat mereka untuk meningkatkan produksi," Edward Moya, analis pasar senior untuk Amerika di OANDA mengatakan.
"OPEC+ tidak kehilangan pangsa pasar ke AS, yang berarti pasar minyak masih siap untuk naik jauh lebih tinggi."
Sebuah survei Reuters menemukan produksi minyak OPEC naik pada Juli ke level tertinggi sejak April 2020, karena kelompok itu semakin mengurangi pembatasan produksi.
Produksi minyak mentah AS naik hanya 80.000 barel per hari pada Mei menjadi 11,23 juta barel per hari, menurut laporan bulanan pemerintah.
Namun, harga minyak akan diperdagangkan mendekati 70 dolar AS per barel untuk sisa tahun ini didukung oleh pemulihan ekonomi global dan pengembalian pasokan Iran yang lebih lambat dari perkiraan, dengan kenaikan lebih lanjut dibatasi oleh varian Virus Corona baru, jajak pendapat Reuters menunjukkan.
Baca juga: Minyak naik lagi, Brent sentuh 76 dolar
Baca juga: Minyak menguat ditopang turunnya persediaan AS
Pengekspor minyak utama Arab Saudi diperkirakan akan menaikkan harga minyak mentah untuk penjualan ke Asia pada September untuk bulan kedua berturut-turut, mengikuti penguatan harga patokan di Timur Tengah, kata sumber perdagangan.