BBKSDA-WSC kerja sama datangkan kura-kura leher ular

id KURA-KURA

BBKSDA-WSC kerja sama datangkan kura-kura leher ular

Kura-kura leher ular (Foto ist)

"Saat ini kami bersama WCS sedang bekerja sama untuk mereintroduksi ke Singapura untuk mendatangkan sejumlah kura-kura leher ular yang memang habitatnya hanya ada di Rote," kata Tamen Sitorus.
Kupang (Antaranews NTT) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur bekerja sama dengan LSM pelestarian lingkungan Wildlife Conservation Society (WCS) mendatangkan kura-kura leher ular asal Pulau Rote yang hanya berhabitat di pulau terselatan NKRI itu.

"Saat ini kami bersama WCS sedang bekerja sama untuk mereintroduksi ke Singapura untuk mendatangkan sejumlah kura-kura leher ular yang memang habitatnya hanya ada di Rote," kata Kepala BBKSDA NTT Tamen Sitorus kepada wartawan di Kupang, Selasa, (30/1).

Kura-kura leher ular merupakan kura-kura yang habitat aslinya ada di pulau Rote, khususnya di beberapa danau yang dimiliki oleh masyarakat di Rote namun tidak diburu oleh masyarakat setempat.

Sebelumnya, pada Juli 2009 upaya restocking populasi di alam pernah dilakukan oleh Departemen Kehutanan bekerja sama dengan PT Alam Nusantara Jayatama dengan melepas 40 ekor anakan kura-kura leher ular di Danau Peto, Kabupaten Rote Ndao.

Danau itu merupakan danau milik Masyarakat Adat Rote dari Marga Pelokila, Ambesa dan Manafe.

Dari hasil monitoring yang dilakukan oleh BBKSDA NTT dan Balai Litbang Kehutanan Kupang, kegiatan tersebut belum menampakan hasil yang menggembirakan. 

"Bahkan sampai dengan saat ini kura-kura yang dilepas itu hilang entah kemana. Oleh karena itu kerja sama ini bertujuan untuk mengembangbiakkan kura-kura itu di pulau Rote lagi," ujarnya.

Upaya mendatangkan kjura-kura itu dilakukan melalui pemilihan dan penyiapan habitat alam yang tepat, prakondisi masyarakat, pengembalian individu-individu hasil perbanyakan yang dilakukan oleh beberapa kebun binatang di luar negeri melalui proses karantina-habituasi, pelepasliaran di alam serta monitoring secara berkelanjutan.

Saat ini sedang dilakukan pula upaya mencari kemungkinan pemanfaatan habitat dan populasinya untuk tujuan wisata yang dikelola oleh masyarakat.

Upaya yang dilakukan oleh BBKSDA NTT dan WCS beberapa tahun ke depan semaksimal mungkin akan melibatkan masyarakat dan pemerintah setempat.

"Pada intinya kami sudah berkoordinasi dengan Bupati di Rote Ndao kemudian dengan masyarakat adat di Rote agar jika nantinya ini dikembalikan ke habitat aslinya maka harus dijaga agar tidak diburu masyarakat," ujarnya.