Pilkada 2018 - Antropolog: Materi debat cagub NTT sudah bagus

id Debat

Pilkada 2018 - Antropolog: Materi debat cagub NTT sudah bagus

Debat pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur NTT periode 2018-2023 di Jakarta, Selasa (8/5).

"Saya kira materi debatnya bagus, hanya tidak ada skema dan sketsa tertentu dari paslon ketika menjawab pertanyaan panelis," kata Pater Gregor Neonbasu.
Kupang (AntaraNews NTT) - Antropolog Budaya dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Pater Gregor Neonbasu, SVD PhD berpendapat, materi debat calon Gubernur NTT sudah bagus hanya tidak ada skema dan sketsa tertentu dari calon ketika menjawab pertanyaan panelis.

"Saya kira materi debatnya bagus, hanya tidak ada skema dan sketsa tertentu dari paslon ketika menjawab pertanyaan panelis," kata Pater Gregor Neonbasu kepada Antara di Kupang, Senin (14/5).

Para pengamat politik di NTT umumnya memberi komentar miring terhadap debat terbuka kedua para pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur NTT periode 2018-2023 di layar iNews TV Jakarta pada Selasa (8/5) malam.

Pengamat politik lain juga dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Mikhael Bataona, MA menilai, acara debat calon Gubernur-Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) kedua tidak beda dengan jauh dengan orang membaca injil di gereja.

"Kalau kita masuk pada inti acara debat, hampir semua paslon, terlihat sangat terpaku pada naskah yang disiapkan. Mereka membaca saja dari teks dan membuat debat menjadi seperti orang sedang membaca injil di gereja," kata Bataona.

Baca juga: Pilkada 2018 - Debat cagub NTT mirip orang baca injil

Pater Gregor yang juga Ketua Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi Nusa Tenggara Timur itu mengatakan, materi debat yang disajikan dalam debat empat pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur NTT sudah cukup berbobot hanya tidak ada `skema dan sketsa` tertentu dari paslon ketika menjawab pertanyaan panelis.

"Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya bahwa para paslon hanya tunduk pada visi dan misinya sendiri, dan tidak produktif mengkaji pertanyaan yang diajukan panelis atau moderator," katanya. Mengenai bobot, dia mengatakan, tergantung dari umpan panelis, dan jawaban harus lebih realistis dan tidak perlu merujuk pada visi dan misi yang kaku.

"Debat Cagub NTT tentu tidak bisa menggunakan rujukan dari provinsi lain di Indonesia, karena juga tergantung dari umpan panelis," katanya menambahkan.

Debat terbuka itu diikuti empat pasangan calon yakni Esthon L Foenay-Christian Rotok (Esthon-Chris), Marianus Sae Emilia Nomleni (MS-Emi), Benny K Harman-Benny A Litelnoni(Harmoni) dan Viktor Bungtilu Laiskodat-Joseph Nae Soi(Victory-Joss).