PT Garam Panen 300 ton di Bipolo

id garam

PT Garam Panen 300 ton di Bipolo

Panen perdana tambak Garam di Desa Bipolo, Kabupaten Kupang, NTT sebanyak 300 ton

"Ada kurang lebih 300 ton yang dipanen," kata Direktur Utama PT Garam Ahmad Budiono..
Kupang (Antara NTT) - PT. Garam panen perdana 300 ton garam di Desa Bipolo, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis.

"Ada kurang lebih 300 ton yang dipanen, dan ini adalah panen perdana setelah dilakukan pengolahan lahan tambak garam di daerah ini," kata Direktur Utama PT. Garam Ahmad Budiono kepada wartawan di Desa Bipolo, 45 kilometer dari Kota Kupang, Kamis.

Ia mengatakan di saat daerah lain seperti pabrik Garam di Madura bisa dikatakan gagal panen garam, wilayah NTT justru menghasilkan garam dengan jumlah yang banyak berkat El Nina.

Sebanyak 300 ton garam tersebut dipanen setelah dilakukan persemaian di atas geomembran yang telah disiapkan oleh PT. Garam sendiri.

"Itu baru 300 ton, nanti dalam waktu dekat akan adalah panen garam lagi dari meja garam diperkirakan mencapai 1.200 ton," ujarnya.

Panen yang dilakukan di atas geomembran tersebut lanjutnya dilakukan secara manual, namun jika hasil garam di meja garam telah siap untuk dipanen, maka nantinya akan dilakukan dengan alat berat.

Ia mengaku puas dengan hasil yang telah PT. Garam capai di tambak garam Bipolo tersebut karena memang, karena dengan hasil uji coba akhirnya memberikan hasil yang bisa dibilang sangat besar untuk proyeksi garam industri.

"Satu musim semenjak kita buka lahan disini, kita beruntung karena ada El Nina sehingga hasilnya juga sangat luar biasa. Untuk saat ini masih uji coba namun pada 2017 nanti akan kita kerjakan secara cepat," ujarnya.

Deputi Sumber Daya Alam dan Jasa (SDAJ) Kementerian Koordinator Maritim Agung Kuswandono yang ikut dalam panen garam tersebut mengaku potensi garam Bipolo bisa menutup impor garam industri untuk Indonesia.

"Bipolo merupakan harapan baru bagi industri garam di Indonesia. Kita berharap agar nantinya Bipolo bisa menutup impor garam yang selama ini diimpor dari luar negeri," tambahnya.

Agung juga merasa kecewa karena sebagai negara Maritim seharusnya Indonesia bisa menjadi negara pengekspor garam, bukan menjadi pengimpor.