Labuan Bajo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur memperkuat peran kader kesehatan untuk membentuk jejaring dalam investigasi dini kasus tuberkulosis (TB) di wilayah itu.
"Penguatan kader bertujuan untuk investigasi dini terduga TB dari rumah tangga. Peran kader sangat penting, maka kita bentuk jejaring," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Nagekeo Maria Theresia Toyo ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Kamis, (15/12/2022).
Kapasitas para kader perlu diperkuat karena kader kesehatan berada di lapangan, lebih dekat dengan masyarakat, dan dapat dengan mudah menemukan warga yang memiliki gejala TB.
Ia menyebut penguatan kapasitas para kader TB di Kabupaten Nagekeo telah dilakukan di Mbay, Rabu (14/12) dengan narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT.
"Kita bangun jejaring dengan harapan penemuan kasus TB meningkat," ungkapnya.
Dia menjelaskan penemuan kasus TB di wilayah itu masih rendah. Dari target 482 kasus, baru tercapai 167 kasus. Oleh karena itu upaya membangun jejaring yang dilakukan lewat penguatan kapasitas kader itu dimaksudkan untuk meningkatkan kasus penemuan TB sehingga proses penanganan bisa dilakukan secara terpusat.
Apalagi, katanya, TB adalah penyakit yang ditularkan dengan droplet atau air liur yang terbuang karena berbicara, batuk, atau bersin. Tentu saja para lansia dan anak-anak dapat dengan mudah tertular TB.
"Artinya semakin banyak kita temukan, penularan semakin mudah diputuskan," ucap Maria.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo drg Emerentiana Reni Wahjunigsih menyampaikan penguatan kapasitas pengelola dan kader akan menguatkan jejaring pada Januari 2023 sebagai upaya untuk menjaring sebanyak mungkin para kader untuk mengetahui secara dini TB.
Baca juga: Program eliminasi TB perlu peran aktif komunitas, Kata Menko PMK
Secara internasional, katanya, Indonesia berada pada posisi ketiga dalam kasus TB. Penularan TB terjadi cepat sekali karena ada beberapa kepala keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
Oleh karena itu dinas kesehatan tidak bisa bekerja sendiri, melainkan melibatkan pemerintah desa untuk mengatasi permasalahan TB. Jejaring kader ini tentunya dapat mendukung para tenaga puskesmas untuk bekerja lebih optimal dalam penanggulangan TB di desa-desa.
Baca juga: Tips dokter cegah infeksi TB dan menjaga udara tetap sehat di rumah
"Saya berharap kegiatan itu bermanfaat untuk pengembangan dan peningkatan sumber daya mengetahui TB," katanya.
"Penguatan kader bertujuan untuk investigasi dini terduga TB dari rumah tangga. Peran kader sangat penting, maka kita bentuk jejaring," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Nagekeo Maria Theresia Toyo ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Kamis, (15/12/2022).
Kapasitas para kader perlu diperkuat karena kader kesehatan berada di lapangan, lebih dekat dengan masyarakat, dan dapat dengan mudah menemukan warga yang memiliki gejala TB.
Ia menyebut penguatan kapasitas para kader TB di Kabupaten Nagekeo telah dilakukan di Mbay, Rabu (14/12) dengan narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT.
"Kita bangun jejaring dengan harapan penemuan kasus TB meningkat," ungkapnya.
Dia menjelaskan penemuan kasus TB di wilayah itu masih rendah. Dari target 482 kasus, baru tercapai 167 kasus. Oleh karena itu upaya membangun jejaring yang dilakukan lewat penguatan kapasitas kader itu dimaksudkan untuk meningkatkan kasus penemuan TB sehingga proses penanganan bisa dilakukan secara terpusat.
Apalagi, katanya, TB adalah penyakit yang ditularkan dengan droplet atau air liur yang terbuang karena berbicara, batuk, atau bersin. Tentu saja para lansia dan anak-anak dapat dengan mudah tertular TB.
"Artinya semakin banyak kita temukan, penularan semakin mudah diputuskan," ucap Maria.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo drg Emerentiana Reni Wahjunigsih menyampaikan penguatan kapasitas pengelola dan kader akan menguatkan jejaring pada Januari 2023 sebagai upaya untuk menjaring sebanyak mungkin para kader untuk mengetahui secara dini TB.
Baca juga: Program eliminasi TB perlu peran aktif komunitas, Kata Menko PMK
Secara internasional, katanya, Indonesia berada pada posisi ketiga dalam kasus TB. Penularan TB terjadi cepat sekali karena ada beberapa kepala keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
Oleh karena itu dinas kesehatan tidak bisa bekerja sendiri, melainkan melibatkan pemerintah desa untuk mengatasi permasalahan TB. Jejaring kader ini tentunya dapat mendukung para tenaga puskesmas untuk bekerja lebih optimal dalam penanggulangan TB di desa-desa.
Baca juga: Tips dokter cegah infeksi TB dan menjaga udara tetap sehat di rumah
"Saya berharap kegiatan itu bermanfaat untuk pengembangan dan peningkatan sumber daya mengetahui TB," katanya.