Kupang (ANTARA) - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Timur (NTT) Ambrosius Kodo mengimbau warga di provinsi itu agar menghemat pemakaian air bersih sejak awal musim kemarau agar persediaan air tetap cukup sepanjang musim.
"Selama ini warga kita di NTT kebanyakan mulai menghemat air itu saat puncak musim kemarau sehingga rawan mengalami krisis air bersih, semestinya sejak awal musim sehingga persediaan air bisa cukup," katanya ketika dihubungi di Kupang, Selasa, (9/5/2023).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan upaya mengantisipasi dampak musim kemarau tahun 2023 di NTT.
Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kata dia, musim kemarau 2023 ini lebih kering dibandingkan dengan sebelumnya.
Kondisi ini, kata dia, membuat potensi krisis air bersih juga lebih besar terutama di wilayah-wilayah yang selama ini sering kali mengalaminya.
Ia mengatakan, sementara itu puncak musim kemarau juga diperkirakan lebih awal yaitu pada Juli hingga Agustus dari biasanya ada September hingga Oktober.
"Karena itu penggunaan air perlu dihemat. Jangan pada saat puncak musim kemarau baru mulai hemat air," katanya.
Pihaknya juga mengimbau para petani di NTT agar memilih tanaman yang tidak memerlukan banyak air agar bisa dipanen selama musim kemarau.
Jika memang harus membutuhkan air, maka bisa menerapkan teknologi pertanian yang hemat air seperti irigasi tetes dan lainnya, demikian Ambrosius Kodo.
Baca juga: 99 hektare lahan di NTT terbakar selama Januari hingga Maret 2023
Baca juga: BMKG: Empat zona musim di NTT masuki musim kemarau
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BPBD: Warga NTT mesti menghemat air bersih sejak awal musim kemarau
"Selama ini warga kita di NTT kebanyakan mulai menghemat air itu saat puncak musim kemarau sehingga rawan mengalami krisis air bersih, semestinya sejak awal musim sehingga persediaan air bisa cukup," katanya ketika dihubungi di Kupang, Selasa, (9/5/2023).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan upaya mengantisipasi dampak musim kemarau tahun 2023 di NTT.
Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kata dia, musim kemarau 2023 ini lebih kering dibandingkan dengan sebelumnya.
Kondisi ini, kata dia, membuat potensi krisis air bersih juga lebih besar terutama di wilayah-wilayah yang selama ini sering kali mengalaminya.
Ia mengatakan, sementara itu puncak musim kemarau juga diperkirakan lebih awal yaitu pada Juli hingga Agustus dari biasanya ada September hingga Oktober.
"Karena itu penggunaan air perlu dihemat. Jangan pada saat puncak musim kemarau baru mulai hemat air," katanya.
Pihaknya juga mengimbau para petani di NTT agar memilih tanaman yang tidak memerlukan banyak air agar bisa dipanen selama musim kemarau.
Jika memang harus membutuhkan air, maka bisa menerapkan teknologi pertanian yang hemat air seperti irigasi tetes dan lainnya, demikian Ambrosius Kodo.
Baca juga: 99 hektare lahan di NTT terbakar selama Januari hingga Maret 2023
Baca juga: BMKG: Empat zona musim di NTT masuki musim kemarau
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BPBD: Warga NTT mesti menghemat air bersih sejak awal musim kemarau