Maumere (ANTARA) - Sekretaris Komite Rabies Flores dan Lembata, Asep Purnama menyebut kasus rabies di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur dapat dicegah lewat peningkatan cakupan vaksinasi pada hewan penular rabies (HPR) seperti anjing, kucing, dan kera.
"Rabies mematikan tapi bisa dicegah penularannya dengan vaksinasi HPR, khususnya anjing. Vaksinasi anjing akan mengurangi rabies di Sikka," kata dr Asep Purnama, Sp.PD., dalam In House Training Tatalaksana Gigitan HPR dan Kasus Rabies di RSUD dr T. C. Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Rabu, (24/5/2023).
Kabupaten Sikka telah ditetapkan menjadi daerah dengan kejadian luar biasa (KLB) rabies akibat tingginya kasus gigitan anjing yang terjadi sejak Januari hingga Mei 2023.
Data Dinas Kesehatan setempat mengungkapkan ada 518 kasus gigitan HPR, 10 spesimen positif rabies dari 17 spesimen otak anjing yang diperiksa, dan satu kejadian meninggal.
Menurut Asep yang juga Dokter spesialis penyakit dalam di RSUD dr T. C. Hillers, Maumere, rabies harus menjadi prioritas bersama sehingga ada upaya untuk peningkatan cakupan vaksinasi HPR menjadi lebih kurang 70 persen.
Jika anjing-anjing belum divaksin, lalu menggigit manusia dan dinyatakan positif saat pemeriksaan sampel otak, maka virus rabies tidak akan pernah hilang dari kabupaten tersebut.
Dia menyebut anjing merupakan hewan yang dilepasliarkan. Anjing yang memiliki virus rabies dapat menularkan virus tersebut ke anjing lainnya yang ditemui dalam radius 10 km.
Apabila anjing itu menggigit manusia, maka bisa mengakibatkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat dan cepat.
"Kalau divaksin teratur, ada kekebalan kelompok, maka penyakit bisa hilang. Tapi rabies belum prioritas, padahal cara penularan, pencegahan, sudah tahu ilmunya. Kita mengadvokasi ini agar dianggap prioritas," ungkapnya.
Lebih lanjut Asep mendorong adanya regulasi seperti pemanfaatan dana desa untuk penyediaan vaksin bagi anjing karena keterbatasan anggaran yang ada di dinas pertanian.
Dari perhitungannya, anggaran sebesar Rp15 juta per desa sudah mampu untuk memvaksinasi 55 ribu anjing di daerah tersebut.
"Sudah pernah terbukti beberapa tahun sebelumnya vaksinasi meningkat, bagus, kasus rabies menurun. Itu bisa jadi pembelajaran," katanya mengingatkan.
Baca juga: Dokter tekankan penatalaksanaan tepat gigitan HPR di daerah KLB
Baca juga: Nagekeo lakukan vaksinasi darurat cegah rabies
"Rabies mematikan tapi bisa dicegah penularannya dengan vaksinasi HPR, khususnya anjing. Vaksinasi anjing akan mengurangi rabies di Sikka," kata dr Asep Purnama, Sp.PD., dalam In House Training Tatalaksana Gigitan HPR dan Kasus Rabies di RSUD dr T. C. Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Rabu, (24/5/2023).
Kabupaten Sikka telah ditetapkan menjadi daerah dengan kejadian luar biasa (KLB) rabies akibat tingginya kasus gigitan anjing yang terjadi sejak Januari hingga Mei 2023.
Data Dinas Kesehatan setempat mengungkapkan ada 518 kasus gigitan HPR, 10 spesimen positif rabies dari 17 spesimen otak anjing yang diperiksa, dan satu kejadian meninggal.
Menurut Asep yang juga Dokter spesialis penyakit dalam di RSUD dr T. C. Hillers, Maumere, rabies harus menjadi prioritas bersama sehingga ada upaya untuk peningkatan cakupan vaksinasi HPR menjadi lebih kurang 70 persen.
Jika anjing-anjing belum divaksin, lalu menggigit manusia dan dinyatakan positif saat pemeriksaan sampel otak, maka virus rabies tidak akan pernah hilang dari kabupaten tersebut.
Dia menyebut anjing merupakan hewan yang dilepasliarkan. Anjing yang memiliki virus rabies dapat menularkan virus tersebut ke anjing lainnya yang ditemui dalam radius 10 km.
Apabila anjing itu menggigit manusia, maka bisa mengakibatkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat dan cepat.
"Kalau divaksin teratur, ada kekebalan kelompok, maka penyakit bisa hilang. Tapi rabies belum prioritas, padahal cara penularan, pencegahan, sudah tahu ilmunya. Kita mengadvokasi ini agar dianggap prioritas," ungkapnya.
Lebih lanjut Asep mendorong adanya regulasi seperti pemanfaatan dana desa untuk penyediaan vaksin bagi anjing karena keterbatasan anggaran yang ada di dinas pertanian.
Dari perhitungannya, anggaran sebesar Rp15 juta per desa sudah mampu untuk memvaksinasi 55 ribu anjing di daerah tersebut.
"Sudah pernah terbukti beberapa tahun sebelumnya vaksinasi meningkat, bagus, kasus rabies menurun. Itu bisa jadi pembelajaran," katanya mengingatkan.
Baca juga: Dokter tekankan penatalaksanaan tepat gigitan HPR di daerah KLB
Baca juga: Nagekeo lakukan vaksinasi darurat cegah rabies