Kupang (ANTARA) - Sebanyak 14 orang mama-mama yang tergabung dalam kelompok masyarakat (Pokmas) Ita Esa (Kita Satu) mengharapkan bantuan dari pemerintah setempat untuk membuatkan rumah produksi bagi usaha sabun yang dihasilkan dari tumbuhan di pesisir pantai.
Ketua Pokmas Ita Esa Metri Nainatu (42) kepada ANTARA di desa Oeseli, Kabupaten Rote Ndao, Minggu, (25/6/2023) mengatakan bahwa rumah produksi menjadi salah satu syarat agar Pokmas yang semuanya didominasi oleh mama-mama itu bisa mengirim hasil karya mereka ke luar NTT.
“Saat ini kami hanya gunakan salah satu ruangan dari rumah milik warga di desa ini untuk beroperasi,” katanya sambil menunjukkan nama sabun yang diproduksi mereka bernama Minano.
Metri menjelaskan bahwa Sabun Minano karya mama-mama yang sebelumnya berprofesi sebagai petani rumput laut itu sudah dipasok ke beberapa hotel atau penginapan di Desa Bo’a dan Nembrala di Kabupaten Rote yang merupakan daerah tujuan wisata bagi wisatawan lokal dan mancanegara.
Bahkan pokmas tersebut juga sempat mengirim ke Kota Kupang untuk kemudian dijual di sejumlah toko oleh-oleh. Dalam sehari mama-mama tersebut bisa menghasilkan 200 potong sabun Minano.
‘Kami sebenarnya sudah bisa kirim ke luar negeri, seperti Prancis, Belanda dan Inggris. Namun sayangnya belum bisa terpenuhi,” ujar dia.
Tetapi lanjut dia, hal ini bukan karena mereka tak bisa penuhi permintaan pelanggan, tetapi karena izin ekspor untuk sabun yang diproduksi mereka belum keluar hingga saat ini.
Menurut dia izin ekspor tersebut belum keluar karena usaha mikro kecil yang dilakukan oleh mama-mama tersebut tidak memiliki rumah produksi.
Dia menjelaskan bahwa sabun Minano sendiri dihasilkan menggunakan mangrove, rumput laiut dan tumbuhan balakacida yang sering digunakan untuk penyembuh luka.
Mama-mama yang bekerja di kelompok tersebut juga adalah mama-mama yang sebelumnya bekerja di kebun dan di laut.
Namun setelah adanya pokmas tersebut dan hasilnya sudah ada kini mama-mama tersebut sehariannya bisa mencetak adonan untuk membuat sabun.
Harga Sabun juga kata dia bervariasi mulai dari Rp5 ribu per batang sampai dengan Rp15 ribu per batang.
Pemerintah Desa Oeseli pada dasarnya mendukung usaha yang dilakukan oleh mama-mama tersebut. Karena itu pihaknya sempat memberikan bantuan modal senilai Rp5 juta.
“Kita sedang ajukan ke Pemda Rote Ndao agar ada Perda khusus yang mewajibkan hotel-hotel di Rote menggunakan sabun tersebut, sehingga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir,” kata Sekretaris Desa Oeseli Migel Mooy.
Baca juga: Petani rumput laut di Rote keluhkan penurunan harga
Baca juga: Mama-mama di kawasan pesisir olah rumput laut jadi bahan baku sirop
Ketua Pokmas Ita Esa Metri Nainatu (42) kepada ANTARA di desa Oeseli, Kabupaten Rote Ndao, Minggu, (25/6/2023) mengatakan bahwa rumah produksi menjadi salah satu syarat agar Pokmas yang semuanya didominasi oleh mama-mama itu bisa mengirim hasil karya mereka ke luar NTT.
“Saat ini kami hanya gunakan salah satu ruangan dari rumah milik warga di desa ini untuk beroperasi,” katanya sambil menunjukkan nama sabun yang diproduksi mereka bernama Minano.
Metri menjelaskan bahwa Sabun Minano karya mama-mama yang sebelumnya berprofesi sebagai petani rumput laut itu sudah dipasok ke beberapa hotel atau penginapan di Desa Bo’a dan Nembrala di Kabupaten Rote yang merupakan daerah tujuan wisata bagi wisatawan lokal dan mancanegara.
Bahkan pokmas tersebut juga sempat mengirim ke Kota Kupang untuk kemudian dijual di sejumlah toko oleh-oleh. Dalam sehari mama-mama tersebut bisa menghasilkan 200 potong sabun Minano.
‘Kami sebenarnya sudah bisa kirim ke luar negeri, seperti Prancis, Belanda dan Inggris. Namun sayangnya belum bisa terpenuhi,” ujar dia.
Tetapi lanjut dia, hal ini bukan karena mereka tak bisa penuhi permintaan pelanggan, tetapi karena izin ekspor untuk sabun yang diproduksi mereka belum keluar hingga saat ini.
Menurut dia izin ekspor tersebut belum keluar karena usaha mikro kecil yang dilakukan oleh mama-mama tersebut tidak memiliki rumah produksi.
Dia menjelaskan bahwa sabun Minano sendiri dihasilkan menggunakan mangrove, rumput laiut dan tumbuhan balakacida yang sering digunakan untuk penyembuh luka.
Mama-mama yang bekerja di kelompok tersebut juga adalah mama-mama yang sebelumnya bekerja di kebun dan di laut.
Namun setelah adanya pokmas tersebut dan hasilnya sudah ada kini mama-mama tersebut sehariannya bisa mencetak adonan untuk membuat sabun.
Harga Sabun juga kata dia bervariasi mulai dari Rp5 ribu per batang sampai dengan Rp15 ribu per batang.
Pemerintah Desa Oeseli pada dasarnya mendukung usaha yang dilakukan oleh mama-mama tersebut. Karena itu pihaknya sempat memberikan bantuan modal senilai Rp5 juta.
“Kita sedang ajukan ke Pemda Rote Ndao agar ada Perda khusus yang mewajibkan hotel-hotel di Rote menggunakan sabun tersebut, sehingga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir,” kata Sekretaris Desa Oeseli Migel Mooy.
Baca juga: Petani rumput laut di Rote keluhkan penurunan harga
Baca juga: Mama-mama di kawasan pesisir olah rumput laut jadi bahan baku sirop