Kupang (ANTARA) - Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVI Nusa Tenggara Timur (NTT) Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) mengajak pemangku adat di NTT untuk berkolaborasi melestarikan kebudayaan di daerah itu.
"Kami ingin berkolaborasi bersama pemangku adat dengan maksud mendapatkan izin dan petunjuk dalam upaya kita melestarikan kebudayaan yang ada di provinsi NTT ini," kata Kepala BPK Wilayah XVI NTT Direktorat Jendral Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, I Made Dharma Suteda dalam pertemuan dengan para pemangku adat di Kupang, Kamis, (14/9/2023).
Dia mengatakan pihaknya ingin menggali objek-objek kebudayaan NTT yang meliputi tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional.
Menurut I Made upaya pelestarian cagar dan objek kebudayaan NTT itu, membutuhkan database dan kontribusi pemikiran dari para pemangku adat dan akademisi kebudayaan guna menghasilkan program-program yang strategis.
"Sebagai lembaga baru di NTT, kita ingin mendekatkan diri dan mengetahui database kebudayaan yang ada di NTT. Kita ingin tahu cagar atau objek apa yang ada, bagaimana kondisinya, masih terawat atau hampir punah," kata I Made Dharma.
I Made Dharma menambahkan dengan kehadiran BPK wilayah XVI NTT dapat menjadi vasilitator bagi pemangku adat untuk meneruskan kekayaan budaya yang ada di provinsi berbasis kepulauan itu.
Dia juga berharap dapat berkolaborasi bersama komunitas-komunitas pekerja seni NTT untuk menyalurkan kebudayaan NTT tersebut, baik berupa komik dan konten-konten digital seperti film animasi.
Pemangku adat dari Manggarai, Zacharias Angkasa menilai perlu banyak melakukan kolaborasi antara kaum muda dan kaum tua.
"Banyak kebudayaan yang mulai hilang, dan perlu diteruskan ke generasi muda yaitu melalui kerja kolaborasi seperti ini," katanya.
Dia juga mengatakan kebudayaan yang terlupakan perlu dikenalkan kembali dengan diskusi bersama bukan sekedar dengan menafsirkan tanpa mengetahui fakta kebudayaan tersebut.
Pria berusia 76 tahun tersebut mengatakan budaya itu mengajarkan orang untuk bertahan hidup.
Baca juga: Artikel - Merawat goresan karya sastra masa lalu
Dia juga berharap generasi muda tidak hanya menjadi penikmat budaya namun juga harus terlibat dalam menciptakan dan melestarikan kebudayaan tersebut.
Baca juga: Kemendikbudristek dampingi pandu budaya perkuat kemajuan kebudayaan
"Ke depan ada kolaborasi antara generasi tua dan generasi muda dalam membangun kebudayaan masyarakat NTT. Tidak boleh berjalan sendiri agar bisa menyatukan pemikiran kita dalam melestarikan kebudayaan kita bersama," tambahnya.
"Kami ingin berkolaborasi bersama pemangku adat dengan maksud mendapatkan izin dan petunjuk dalam upaya kita melestarikan kebudayaan yang ada di provinsi NTT ini," kata Kepala BPK Wilayah XVI NTT Direktorat Jendral Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, I Made Dharma Suteda dalam pertemuan dengan para pemangku adat di Kupang, Kamis, (14/9/2023).
Dia mengatakan pihaknya ingin menggali objek-objek kebudayaan NTT yang meliputi tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional.
Menurut I Made upaya pelestarian cagar dan objek kebudayaan NTT itu, membutuhkan database dan kontribusi pemikiran dari para pemangku adat dan akademisi kebudayaan guna menghasilkan program-program yang strategis.
"Sebagai lembaga baru di NTT, kita ingin mendekatkan diri dan mengetahui database kebudayaan yang ada di NTT. Kita ingin tahu cagar atau objek apa yang ada, bagaimana kondisinya, masih terawat atau hampir punah," kata I Made Dharma.
I Made Dharma menambahkan dengan kehadiran BPK wilayah XVI NTT dapat menjadi vasilitator bagi pemangku adat untuk meneruskan kekayaan budaya yang ada di provinsi berbasis kepulauan itu.
Dia juga berharap dapat berkolaborasi bersama komunitas-komunitas pekerja seni NTT untuk menyalurkan kebudayaan NTT tersebut, baik berupa komik dan konten-konten digital seperti film animasi.
Pemangku adat dari Manggarai, Zacharias Angkasa menilai perlu banyak melakukan kolaborasi antara kaum muda dan kaum tua.
"Banyak kebudayaan yang mulai hilang, dan perlu diteruskan ke generasi muda yaitu melalui kerja kolaborasi seperti ini," katanya.
Dia juga mengatakan kebudayaan yang terlupakan perlu dikenalkan kembali dengan diskusi bersama bukan sekedar dengan menafsirkan tanpa mengetahui fakta kebudayaan tersebut.
Pria berusia 76 tahun tersebut mengatakan budaya itu mengajarkan orang untuk bertahan hidup.
Baca juga: Artikel - Merawat goresan karya sastra masa lalu
Dia juga berharap generasi muda tidak hanya menjadi penikmat budaya namun juga harus terlibat dalam menciptakan dan melestarikan kebudayaan tersebut.
Baca juga: Kemendikbudristek dampingi pandu budaya perkuat kemajuan kebudayaan
"Ke depan ada kolaborasi antara generasi tua dan generasi muda dalam membangun kebudayaan masyarakat NTT. Tidak boleh berjalan sendiri agar bisa menyatukan pemikiran kita dalam melestarikan kebudayaan kita bersama," tambahnya.