Kemendikbudristek data 582 OPK di Alor melalui program SLKL

id Kebudayaan,Kemendikbudristek,Kupang,OPK,SLKL,NTT,Budaya,Pulau,Hilmar Farid

Kemendikbudristek data 582 OPK di Alor melalui program SLKL

Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Sjamsul Hadi (kanan) dan Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid (ketiga kanan) saat menari lego-lego bersama mama-mama penari di kampung adat Mata Lafang di Kabupaten Alor. ANTARA/Kornelis Kaha.

Jika program ini terus berjalan maka saya yakin bisa banyak sekali OPK yang dihasilkan, karena sejatinya masyarakat inilah yang memproduksi pengetahuan yang sangat penting bagi kita sekarang...
Kalabahi, Alor (ANTARA) - Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan (Kemendikbudristek) melalui program Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL), berhasil mendata sekitar 582 objek pemajuan kebudayaan (OPK) di Kabupaten Alor Provinsi NTT.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid kepada wartawan di Kota Kalabahi Kabupaten Alor Sabtu, (14/9) mengatakan, program SLKL di Kabupaten Alor dilaksanakan pada Bulan Juni sampai dengan Agustus 2024, dengan melibatkan 20 pandu budaya dari lima pulau yang meliputi delapan desa.

“Ke lima pulau tersebut adalah Pulau Alor, Pulau Pantar, Pulau Pura, Pulau Buaya, dan Pulau Ternate,” katanya.

Ratusan OPK yang berhasil didata itu terdiri atas 60 tradisi lisan, dua manuskrip, 53 adat istiadat, 39 ritus, 200 pengetahuan tradisional, dan 104 teknologi tradisional.

Selain itu juga seni berjumlah 54 OPK, bahasa ada 10 OPK, permainan rakyat 43 OPK, dan terakhir adalah olahraga tradisional berjumlah 17 OPK.

Menurut Hilmar, program SLKL merupakan program positif yang harus tetap diteruskan, karena dari program itulah tidak hanya masyarakat NTT tetapi semua orang bisa mengetahui dan menimba banyak sekali pengetahuan soal kebudayaan.

“Jika program ini terus berjalan maka saya yakin bisa banyak sekali OPK yang dihasilkan, karena sejatinya masyarakat inilah yang memproduksi pengetahuan yang sangat penting bagi kita sekarang,” ujarnya.

Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Sjamsul Hadi mengatakan bahwa pada tahun 2024 ini program Sekolah Lapang Kearifan Lokal itu dilaksanakan di tiga kabupaten di NTT, seperti Kabupaten Sikka, Kabupaten Flores Timur, serta Kabupaten Alor.

Dia mengatakan bahwa OPK yang berhasil didata itu kiranya bisa menjadi daya dukung untuk menyukseskan revitalisasi kebudayaan yang ada di daerah dengan diterapkannya SLKL tersebut.

“Kita kalau mau merevitalisasi kebudayaan itu sangat beragam dan mana yang menjadi prioritas. Nantinya dari data yang ada dibicarakan dengan masyarakat untuk mengetahui mana yang sudah mati suri dan punah,” ujarnya.

Baca juga: Ditjen Kebudayaan menggandeng kampus di NTT sukseskan program pangan lokal

Kemudian, untuk kebudayaan yang punah, pengetahuannya ada pada orang tua yang bercerita, sehingga dari cerita orang-orang tua itulah dijahit lalu diwujudkan melalui revitasisasi kebudayaan dengan harapan masyarakat pendukungnya masih ada.

Baca juga: Harmony in the Pacific menjadi program belajar bersama RI-Pasifik

Karena itu, dia berharap program SLKL itu perlu dukungan oleh pemerintah daerah setempat, sehingga budaya di suatu daerah tidak hilang oleh perkembangan jaman.