Kupang (ANTARA) - Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Dharma Kartika V dengan panjang 153 meter dan lebar 25 meter sandar di Pelabuhan Tenau Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (12/2).
Kapal jenis roll-on/roll-off (ro-ro) yang mampu menampung 1.002 penumpang ini membuka rute Surabaya-Kupang dengan menyinggahi pulau lain di provinsi berjuluk Negeri Seribu Bukit ini.
Kapal ro-ro adalah jenis kapal penumpang yang dirancang untuk memungkinkan kendaraan bermotor masuk dan keluar dari kapal dengan mudah melalui pintu-pintu yang dibuka secara horizontal.
KMP Dharma Kartika V merupakan milik PT Dharma Lautan Utama (DLU). Untuk wilayah NTT sendiri sudah terdapat tiga kapal milik PT DLU yang beroperasi melayani masyarakat di NTT.
Tiga wilayah itu adalah Rute Surabaya-Kupang PP, Surabaya-Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat PP dan Surabaya-Maumere Kabupaten Sikka PP.
Kehadiran kapal tersebut seperti menjadi angin segar bagi masyarakat NTT khususnya dua pulau besar yang disinggahi yakni Pulau Timor dan Pulau Sumba.
Kehadiran kapal yang mampu menampung 1.002 penumpang tersebut tidak lepas dari perjuangan dari seorang Serena Cosgrova, anak dari mantan Ketua Komisi V DPR RI Farry Djemi Francis yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama PT ASABRI.
Niat tulusnya membangun dan membantu masyarakat NTT sepertinya yang dilakukan oleh ayahnya saat menjadi Ketua Komisi V DPR RI bisa dikatakan menular ke Serena Francis.
Manager Academy Sepak Bola Bintang Timur Atambua (BeTA) di Kabupaten Belu itu, berhasil melobi manajemen PT DLU yang berada di Surabaya untuk kemudian membuka rute baru Surabaya-Kupang dengan menyinggahi pulau lain di NTT.
Tak tanggung-tanggung pihak manajemen pun langsung menerima dan langsung membuka rute tersebut setelah melalui beberapa kajian.
"Jadi awalnya itu saya sempat keliling-keliling ke sejumlah daerah, baik di Sumba dan beberapa daerah lain dan terima keluhan masyarakat dan anak-anak soal tiket yang mahal," ceritanya.
Selain itu juga keluhan berupa pengiriman barang ke Surabaya dengan ongkos yang mahal juga dikeluhkan oleh para pengusaha dan masyarakat yang ada di sejumlah daerah yang dikunjungi.
Serena kemudian membicarakan hal tersebut dengan ayahnya yang mempunyai relasi yang banyak dengan sejumlah orang yang berkepentingan dengan perhubungan darat, laut dan udara.
Dia pun kemudian menceritakan keluhan masyarakat tersebut kepada ayahnya yang juga kenal dekat dengan pemilik dari PT DLU tersebut, karena pernah bersama-sama di Komisi V DPR RI di Senayan.
"Saya kemudian bertemu dengan pemilik dari kapal ini dan saya sampaikan bahwa kita di Kota Kupang khususnya di pulau Timor kesulitan untuk akses transportasi laut, sehingga kalau bisa dihadirkan satu atau dua kapal untuk membantu masyarakat dan puji Tuhan akhirnya terealisasi," ceritanya.
Serena mengaku bahagia karena walaupun belum terpilih menjadi anggota dewan dirinya setidaknya sudah bisa mewujudkan harapan sebagian masyarakat NTT yang membutuhkan akses transportasi yang nyaman dan juga harga terjangkau.
Kehadiran kapal tersebut seperti menjadi angin segar bagi masyarakat NTT khususnya dua pulau besar yang disinggahi yakni pulau Timor dan pulau Sumba.
Tak hanya itu para pengemudi kendaraan truk yang membawa logistik dari pulau Jawa, seperti dari Malang dan Surabaya juga merasa terbantu dengan kehadiran kapal Roro tersebut.
"Terima kasih karena sudah menghadirkan kapal ini, harganya terjangkau dan hanya butuh waktu dua malam tiga hari sudah bisa sampai Kupang," ujar Alex seorang pengusaha yang ditemui di atas kapal.
Provinsi kepulauan
Sebagai provinsi kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai kurang lebih 151.414,05 km2 dan luas daratan hanya mencapai kurang lebih 47.349,9 km2, maka NTT tentu membutuhkan kapal-kapal penumpang yang cukup memadai.
NTT sebagai provinsi kepulauan memiliki 1.192 pulau. Dari jumlah tersebut 432 pulau di antaranya sudah mempunyai nama dan sisanya sampai saat ini belum mempunyai nama.
Sementara itu, dari jumlah itu baru 42 pulau yang dihuni oleh masyarakat sisanya pulau tidak berpenghuni. NTT memiliki empat pulau besar yakni Flores, Sumba, Timor, dan Alor atau yang dikenal dengan sebutan Flobamora.
Dengan banyaknya pulau, NTT butuh lebih banyak transportasi laut yang memadai dan nyaman. Jumlah kapal-kapal feri yang berlayar dari Kupang saat ini hanya ada 12 kapal, dan harus melayani 42 pulau tersebut. Ada juga kapal-kapal Pelni, namun jumlahnya tidak sampai 10 unit yang beroperasi menyinggahi Pelabuhan Kupang.
Pada musim hujan dan cuaca buruk, sejumlah kapal penyeberangan seperti kapal feri milik ASDP dan beberapa perusahaan swasta, tidak bisa beroperasi karena gelombang tinggi bisa mencapai 2,5 meter, sehingga akses transportasi laut antarwilayah NTT bisa terhenti.
Masyarakat yang punya kebutuhan mendesak di kabupaten lain, bisa tertunda. Sedangkan jika menggunakan pesawat, harga tiketnya mahal.
Sebagai masyarakat yang tinggal di daerah kepulauan, pada dasarnya masyarakat NTT sangat membutuhkan transportasi laut yang harga tiketnya terjangkau.
"Tentunya kita berharap PT DLU tidak hanya membuka rute Kupang ke Surabaya, tapi ada juga kapal seperti ini, melayani antarkabupaten atau antarpulau di NTT ini," kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Kupang, Simon B. Baon.
Pariwisata dan perhubungan
NTT dikenal sebagai provinsi yang memiliki banyak potensi wisata menarik, salah satunya adalah Labuan Bajo.
Untuk mendukung hal tersebut, PT DLU telah membuka rute kapal ke Labuan Bajo, dan kini kembali membuka rute baru di NTT Surabaya- Kupang dan menyinggahi Pulau Sumba guna mendukung dan mempromosikan potensi wisata di daerah itu.
Sumba dikenal sebagai pulau yang indah. Budaya dan wisata alam di daerah itu mampu menarik wisatawan mancanegara untuk berkunjung.
Bahkan, tidak mengherankan jika ada wisatawan domestik dan mancanegara rela memesan kamar hotel dengan tarif Rp25 juta per malam hanya untuk menikmati keindahan alam di daerah itu.
Untuk memfasilitasi itu, kapal jenis ro-ro KMP Dharma Kartika V melayani rute Kupang ke Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, dengan tarif Rp250 ribu.
Direktur Operasional dan Bisnis PT DLU Rakhmatika Ardianto mengatakan bahwa kehadiran Kapal Dharma Kartika V ke NTT, khususnya ke Kupang, guna membantu melayani mobilisasi masyarakat serta ikut mempromosikan wisata yang ada di NTT.
Di dalam kapal tersebut bahkan ditampilkan sejumlah lokasi wisata yang ada di NTT. Tak hanya itu, kapal yang didesain mewah tersebut, juga ramah bagi lansia dan kaum disabilitas. Ada lift khusus bagi kaum disabilitas dan lansia jika ingin berjalan-jalan di kapal bagian atas kapal guna menikmati pemandangan yang ada.
PT DLU sejak awal telah konsisten bahwa ketika pertama kali membuka rute baru, fokus mereka adalah memberikan kepuasan kepada masyarakat dalam hal pelayanan kepada masyarakat dengan fasilitas yang ada.
Waktu perjalanan kapal tersebut dari Surabaya-Kupang sekitar 48 sampai 50 jam, yang meliputi rute Surabaya - Lombok 17 jam, Surabaya - Waingapu 35 jam dan Surabaya- Kupang 50 jam.
Pemprov NTT menilai kehadiran KMP Dharma Kartika V di wilayahnya diharapkan akan mampu menjawab keresahan masyarakat NTT soal tingginya harga tiket pesawat antarkabupaten di wilayah tersebut.
Saat ini harga tiket pesawat Kupang-Sumba misalnya, sekitar Rp1,8 juta per orang. Sedangkan jika menggunakan kapal tersebut harga tiket Rp250 ribu per orang dengan waktu tempuh perjalanan satu malam.
Sementara itu, untuk perjalanan Kupang- Surabaya dengan waktu tempuh perjalanan 50 jam, penumpang hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp550 per orang untuk kategori nonseat hingga yang paling tinggi Rp900 ribu per orang untuk kategori VIP.
Tarif tersebut masih cukup murah jika dibandingkan harga tiket pesawat Kupang-Surabaya pada kisaran Rp1,2 juta hingga Rp2 juta per orang.
"Kehadiran kapal ini bisa menjawab keresahan masyarakat NTT selama ini, karena harga tiket pesawat saja kini mahal sekali," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Perhubungan NTT Mahadin Sibarani.
Oleh karena itu, Pemprov NTT mengapresiasi atas upaya dan inisiasi warganya Serena Francis yang telah mewujudkan keinginan masyarakat di NTT untuk menghadirkan transportasi laut tersebut. Kehadiran kapal tersebut diharapkan tidak hanya mampu memberikan dukungan bagi sektor perhubungan tapi juga pengembangan pariwisata di Kota Kupang maupun NTT.
Baca juga: Selama lima tahun terakhir pemerintah NTT bangun jalan raya 947,16 km
Baca juga: Artikel - Cerita dari hotel terapung KM Sinabung
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KMP Dharma Kartika V, dukungan transportasi dan pariwisata bagi NTT
Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Dharma Kartika V dengan panjang 153 meter dan lebar 25 meter sandar di Pelabuhan Tenau Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (12/2).
Tampilannya yang megah dan tinggi cukup menyita perhatian masyarakat yang melintas di sekitar kawasan tersebut.
Kapal jenis roll-on/roll-off (ro-ro) yang mampu menampung 1.002 penumpang ini membuka rute Surabaya-Kupang dengan menyinggahi pulau lain di provinsi berjuluk Negeri Seribu Bukit ini. Kapal ro-ro adalah jenis kapal penumpang yang dirancang untuk memungkinkan kendaraan bermotor masuk dan keluar dari kapal dengan mudah melalui pintu-pintu yang dibuka secara horizontal.
KMP Dharma Kartika V merupakan milik PT Dharma Lautan Utama (DLU). Untuk wilayah NTT sendiri sudah terdapat tiga kapal milik PT DLU yang beroperasi melayani masyarakat di NTT.
Tiga wilayah itu adalah Rute Surabaya-Kupang PP, Surabaya-Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat PP dan Surabaya-Maumere Kabupaten Sikka PP.
Kehadiran kapal tersebut seperti menjadi angin segar bagi masyarakat NTT khususnya dua pulau besar yang disinggahi yakni Pulau Timor dan Pulau Sumba.
Kehadiran kapal yang mampu menampung 1.002 penumpang tersebut tidak lepas dari perjuangan dari seorang Serena Cosgrova, anak dari mantan Ketua Komisi V DPR RI Farry Djemi Francis yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama PT ASABRI.
Niat tulusnya membangun dan membantu masyarakat NTT sepertinya yang dilakukan oleh ayahnya saat menjadi Ketua Komisi V DPR RI bisa dikatakan menular ke Serena Francis.
Manager Academy Sepak Bola Bintang Timur Atambua (BeTA) di Kabupaten Belu itu, berhasil melobi manajemen PT DLU yang berada di Surabaya untuk kemudian membuka rute baru Surabaya-Kupang dengan menyinggahi pulau lain di NTT.
Tak tanggung-tanggung pihak manajemen pun langsung menerima dan langsung membuka rute tersebut setelah melalui beberapa kajian.
"Jadi awalnya itu saya sempat keliling-keliling ke sejumlah daerah, baik di Sumba dan beberapa daerah lain dan terima keluhan masyarakat dan anak-anak soal tiket yang mahal," ceritanya.
Selain itu juga keluhan berupa pengiriman barang ke Surabaya dengan ongkos yang mahal juga dikeluhkan oleh para pengusaha dan masyarakat yang ada di sejumlah daerah yang dikunjungi.
Serena kemudian membicarakan hal tersebut dengan ayahnya yang mempunyai relasi yang banyak dengan sejumlah orang yang berkepentingan dengan perhubungan darat, laut dan udara.
Dia pun kemudian menceritakan keluhan masyarakat tersebut kepada ayahnya yang juga kenal dekat dengan pemilik dari PT DLU tersebut, karena pernah bersama-sama di Komisi V DPR RI di Senayan.
"Saya kemudian bertemu dengan pemilik dari kapal ini dan saya sampaikan bahwa kita di Kota Kupang khususnya di pulau Timor kesulitan untuk akses transportasi laut, sehingga kalau bisa dihadirkan satu atau dua kapal untuk membantu masyarakat dan puji Tuhan akhirnya terealisasi," ceritanya.
Serena mengaku bahagia karena walaupun belum terpilih menjadi anggota dewan dirinya setidaknya sudah bisa mewujudkan harapan sebagian masyarakat NTT yang membutuhkan akses transportasi yang nyaman dan juga harga terjangkau.
Kehadiran kapal tersebut seperti menjadi angin segar bagi masyarakat NTT khususnya dua pulau besar yang disinggahi yakni pulau Timor dan pulau Sumba.
Tak hanya itu para pengemudi kendaraan truk yang membawa logistik dari pulau Jawa, seperti dari Malang dan Surabaya juga merasa terbantu dengan kehadiran kapal Roro tersebut.
"Terima kasih karena sudah menghadirkan kapal ini, harganya terjangkau dan hanya butuh waktu dua malam tiga hari sudah bisa sampai Kupang," ujar Alex seorang pengusaha yang ditemui di atas kapal.
Provinsi kepulauan
Sebagai provinsi kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai kurang lebih 151.414,05 km2 dan luas daratan hanya mencapai kurang lebih 47.349,9 km2, maka NTT tentu membutuhkan kapal-kapal penumpang yang cukup memadai.
NTT sebagai provinsi kepulauan memiliki 1.192 pulau. Dari jumlah tersebut 432 pulau di antaranya sudah mempunyai nama dan sisanya sampai saat ini belum mempunyai nama.
Sementara itu, dari jumlah itu baru 42 pulau yang dihuni oleh masyarakat sisanya pulau tidak berpenghuni. NTT memiliki empat pulau besar yakni Flores, Sumba, Timor, dan Alor atau yang dikenal dengan sebutan Flobamora.
Dengan banyaknya pulau, NTT butuh lebih banyak transportasi laut yang memadai dan nyaman. Jumlah kapal-kapal feri yang berlayar dari Kupang saat ini hanya ada 12 kapal, dan harus melayani 42 pulau tersebut. Ada juga kapal-kapal Pelni, namun jumlahnya tidak sampai 10 unit yang beroperasi menyinggahi Pelabuhan Kupang.
Pada musim hujan dan cuaca buruk, sejumlah kapal penyeberangan seperti kapal feri milik ASDP dan beberapa perusahaan swasta, tidak bisa beroperasi karena gelombang tinggi bisa mencapai 2,5 meter, sehingga akses transportasi laut antarwilayah NTT bisa terhenti.
Masyarakat yang punya kebutuhan mendesak di kabupaten lain, bisa tertunda. Sedangkan jika menggunakan pesawat, harga tiketnya mahal.
Sebagai masyarakat yang tinggal di daerah kepulauan, pada dasarnya masyarakat NTT sangat membutuhkan transportasi laut yang harga tiketnya terjangkau.
"Tentunya kita berharap PT DLU tidak hanya membuka rute Kupang ke Surabaya, tapi ada juga kapal seperti ini, melayani antarkabupaten atau antarpulau di NTT ini," kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Kupang, Simon B. Baon.
Pariwisata dan perhubungan
NTT dikenal sebagai provinsi yang memiliki banyak potensi wisata menarik, salah satunya adalah Labuan Bajo.
Untuk mendukung hal tersebut, PT DLU telah membuka rute kapal ke Labuan Bajo, dan kini kembali membuka rute baru di NTT Surabaya- Kupang dan menyinggahi Pulau Sumba guna mendukung dan mempromosikan potensi wisata di daerah itu.
Sumba dikenal sebagai pulau yang indah. Budaya dan wisata alam di daerah itu mampu menarik wisatawan mancanegara untuk berkunjung.
Bahkan, tidak mengherankan jika ada wisatawan domestik dan mancanegara rela memesan kamar hotel dengan tarif Rp25 juta per malam hanya untuk menikmati keindahan alam di daerah itu.
Untuk memfasilitasi itu, kapal jenis ro-ro KMP Dharma Kartika V melayani rute Kupang ke Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, dengan tarif Rp250 ribu.
Direktur Operasional dan Bisnis PT DLU Rakhmatika Ardianto mengatakan bahwa kehadiran Kapal Dharma Kartika V ke NTT, khususnya ke Kupang, guna membantu melayani mobilisasi masyarakat serta ikut mempromosikan wisata yang ada di NTT.
Di dalam kapal tersebut bahkan ditampilkan sejumlah lokasi wisata yang ada di NTT. Tak hanya itu, kapal yang didesain mewah tersebut, juga ramah bagi lansia dan kaum disabilitas. Ada lift khusus bagi kaum disabilitas dan lansia jika ingin berjalan-jalan di kapal bagian atas kapal guna menikmati pemandangan yang ada.
PT DLU sejak awal telah konsisten bahwa ketika pertama kali membuka rute baru, fokus mereka adalah memberikan kepuasan kepada masyarakat dalam hal pelayanan kepada masyarakat dengan fasilitas yang ada.
Waktu perjalanan kapal tersebut dari Surabaya-Kupang sekitar 48 sampai 50 jam, yang meliputi rute Surabaya - Lombok 17 jam, Surabaya - Waingapu 35 jam dan Surabaya- Kupang 50 jam.
Pemprov NTT menilai kehadiran KMP Dharma Kartika V di wilayahnya diharapkan akan mampu menjawab keresahan masyarakat NTT soal tingginya harga tiket pesawat antarkabupaten di wilayah tersebut.
Saat ini harga tiket pesawat Kupang-Sumba misalnya, sekitar Rp1,8 juta per orang. Sedangkan jika menggunakan kapal tersebut harga tiket Rp250 ribu per orang dengan waktu tempuh perjalanan satu malam.
Sementara itu, untuk perjalanan Kupang- Surabaya dengan waktu tempuh perjalanan 50 jam, penumpang hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp550 per orang untuk kategori nonseat hingga yang paling tinggi Rp900 ribu per orang untuk kategori VIP.
Tarif tersebut masih cukup murah jika dibandingkan harga tiket pesawat Kupang-Surabaya pada kisaran Rp1,2 juta hingga Rp2 juta per orang.
"Kehadiran kapal ini bisa menjawab keresahan masyarakat NTT selama ini, karena harga tiket pesawat saja kini mahal sekali," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Perhubungan NTT Mahadin Sibarani.
Oleh karena itu, Pemprov NTT mengapresiasi atas upaya dan inisiasi warganya Serena Francis yang telah mewujudkan keinginan masyarakat di NTT untuk menghadirkan transportasi laut tersebut. Kehadiran kapal tersebut diharapkan tidak hanya mampu memberikan dukungan bagi sektor perhubungan tapi juga pengembangan pariwisata di Kota Kupang maupun NTT.
Baca juga: Selama lima tahun terakhir pemerintah NTT bangun jalan raya 947,16 km
Baca juga: Artikel - Cerita dari hotel terapung KM Sinabung
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KMP Dharma Kartika V, dukungan transportasi dan pariwisata bagi NTT