Jakarta (ANTARA) - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi menilai bahwa literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia masih belum optimal sehingga perlu didorong lebih jauh oleh pemangku kepentingan.

"Tentunya kita semua masih ingat pesan Bapak Wakil Presiden yang menyampaikan bahwa literasi sangat berpengaruh terhadap pangsa pasar ekonomi dan keuangan syariah nasional sehingga secara paralel kita harus terus mendorong aspek literasi dan inklusi keuangan syariah secara bersamaan," kata Friderica dalam peluncuran "Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023" yang diikuti secara virtual Jakarta, Senin, (26/2/2024).

Friderica mengingatkan bahwa pangsa pasar ekonomi syariah telah mencapai 10,81 persen dari seluruh lanskap keuangan negara. Per September 2023, aset keuangan dalam sektor keuangan syariah Indonesia juga telah mencapai lebih dari Rp2.452 triliun. Prestasi tersebut, kata dia, didorong oleh pertumbuhan yang luar biasa yaitu sebesar 6,75 persen per tahun.

"Keyakinan kita semua tentunya bahwa dengan terus bertumbuhnya sektor ini, pangsa pasar keuangan ekonomi syariah akan terus meningkat di masa yang akan datang," kata dia.

Untuk meningkatkan indeks literasi dan inklusi keuangan syariah, Friderica mengatakan bahwa OJK sendiri telah menyiapkan beberapa arah dan prioritas kebijakan salah satunya termasuk akselerasi dan kolaborasi program edukasi keuangan syariah.

Selain itu, OJK juga berfokus pada pengembangan modal inklusi dan akses keuangan syariah, penguatan infrastruktur dan literasi keuangan syariah, serta dukungan dan aliansi strategis literasi dan inklusi keuangan syariah dengan kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan lainnya.

Dalam mendorong literasi dan inklusi keuangan syariah, imbuh Friderica, OJK juga memiliki sejumlah program salah satunya termasuk pembentukan kelompok kerja literasi dan inklusi keuangan syariah yang melibatkan berbagai perwakilan dari pemangku kepentingan di bidang terkait.

"Agar daya dukung program literasi dan inklusi keuangan oleh OJK dapat semakin efektif, masif, dan merata, kami mengharapkan dukungan seluruh pihak termasuk Bank Indonesia dan seluruh stakeholder ekonomi dan keuangan syariah lainnya," kata dia.

Selain isu literasi dan inklusi keuangan syariah, Friderica juga menyebutkan isu-isu lainnya yang harus dicermati bersama salah satunya yaitu masih belum optimalnya dukungan sektor keuangan syariah terhadap industri halal sehingga belum optimal pula perwujudan dari multiplier effect dalam ekosistem keuangan syariah.

Menurut Friderica, sumber daya manusia (SDM) syariah yang sesuai kebutuhan juga masih belum optimal. Ditambah lagi, kapasitas riset dan pengembangan serta inovasi produk layanan syariah yang masih terbatas.

Dia percaya bahwa ekonomi syariah akan menjadi fondasi pertumbuhan yang sangat kuat bagi masa depan Indonesia. Untuk mengoptimalkan potensi ekonomi syariah di tingkat global, menurut Friderica, Indonesia harus bersiap untuk meningkatkan daya dukung dan kontribusi keuangan nasional.

"Dukungan sektor keuangan syariah tentunya diharapkan ke depan akan terus menguatkan sektor-sektor lainnya, selain industri makanan, fesyen, dan pariwisata yang sudah mendapat pengakuan di dunia," kata Friderica.

Baca juga: OJK dalami kredit macet Investree capai 16,44 persen
Baca juga: Menkeu Sri Muyani bilang tengah siapkan "student loan" untuk bayar uang kuliah tunggal
Baca juga: OJK cabut izin PT SMEFI karena tak dapat disehatkan
Baca juga: OJK berikan sanksi administratif kepada 165 pihak di pasar modal di 2023





 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: OJK: Literasi dan inklusi keuangan syariah masih belum optimal

Pewarta : Rizka Khaerunnisa
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024