Jakarta (ANTARA) - Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk Reza Priyambada mengingatkan ketidakpastian ekonomi global masih berlanjut seiring terus memanasnya tensi perang tarif impor antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Terbaru, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menaikkan tarif impor AS terhadap China menjadi sebesar 145 persen dari sebelumnya 125 persen.
"Kami melihat bahwa bukan serta merta risiko ketidakpastian hilang begitu saja karena kebijakan Trump. Jadi, bisa saja sewaktu-waktu berubah," ujar Reza saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Gayung bersambut, Presiden China Xi Jinping pun merespons sikap Trump dengan akan memimpin konferensi kerja pusat mengenai diplomasi dengan negara negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, dan Kamboja.
Selain itu, Perdana Menteri China Li Qiang juga meminta adanya perluasan domestik di China demi menjaga daya beli dan konsumsi kembali meningkat.
"Nantinya, pun dari China bisa jadi sudah mempersiapkan kebijakannya untuk menghadapi hal ini yang bisa saja akan merubah peta perdagangan global ke depannya," ujar Reza.
Dari dalam negeri, Reza menyebut pelaku pasar menantikan kebijakan konkret dari Pemerintah Indonesia untuk dapat menjaga perekonomian domestik.
Menurutnya, kebijakan konkret itu tidak hanya untuk mengantisipasi perang dagang, namun, secara keseluruhan juga dapat menopang makro ekonomi, sehingga target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen year on year (yoy) ke depan tercapai.
"Pemberantasan korupsi dan ekonomi biaya tinggi, kemudahan berinvestasi, keamanan, maupun kemudahan birokrasi paling tidak dapat membantu tumbuhnya ekonomi Indonesia dan ini yang tentunya akan disambut positif pelaku pasar," ujar Reza.
Sementara itu, VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menjelaskan efek negatif memanasnya AS dengan China, di antaranya potensi berkurangnya permintaan komoditas domestik, seperti batu bara dan nikel seiring penurunan aktivitas produksi di China.
Selain itu, potensi terjadinya dumping produk dari China ke Indonesia, khususnya tekstil dan elektronik.
Pada awalnya, Trump menaikkan tarif impor ke China menjadi sebesar 104 persen, yang dibalas oleh Xi Jinping dengan penetapan tarif impor sebesar 84 persen terhadap produk AS.
Kemudian, pada Rabu (10/4/2025), Trump kembali menaikkan tarif impor dari China menjadi sebesar 125 persen di tengah penundaan tarif resiprokal terhadap berbagai negara.
Tidak berhenti di situ, pada Kamis (11/4/2025), Trump merevisi tarif impor ke China menjadi 145 persen, yang merupakan batas bawah atau masih berpotensi meningkat ke depan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pengamat ingatkan ketidakpastian berlanjut seiring tensi AS-China