Kupang, NTT (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami inflasi sebesar 1,86 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada Maret 2025.
Kepala BPS Provinsi NTT Matamira B. Kale dalam keterangan di Kupang, Kamis, mengatakan inflasi pada Maret 2025 mengalami peningkatan dibandingkan pada Februari 2025.
“Inflasi di NTT pada Maret 2025 sebesar 1,86 persen, meningkat dibandingkan inflasi pada Februari 2025 sebesar 0,47 persen,” kata dia.
Ia mengatakan inflasi pada Maret 2025 (yoy) terjadi karena adanya kenaikan pada delapan dari sebelas kelompok pengeluaran.
“Kelompok pengeluaran dengan andil inflasi (yoy) tertinggi adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,28 persen,” katanya.
Adapun andil deflasi terdalam pada Maret 2025 (yoy), terjadi pada kelompok transportasi sebesar 0,06 persen.
“Jika dilihat berdasarkan wilayah cakupan maka inflasi tertinggi di NTT terjadi di wilayah Maumere sebesar 4,25 persen sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Kupang sebesar 1,19 persen,” katanya.
Sementara itu, pada Maret 2025 inflasi bulanan atau month-to-month (mtm) sebesar 1,24 persen sedangkan inflasi pada Februari 2025 sebesar 0,37 persen (mtm).
“Wilayah yang mengalami inflasi tertinggi (mtm) adalah Kabupaten Ngada sebesar 1,96 persen sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan sebesar 0,61 persen,” katanya.
Ia menjelaskan pada Maret 2025 seluruh wilayah di NTT terdampak inflasi karena tarif listrik yang sudah kembali normal dan adanya peningkatan harga beras di sebagian besar wilayah.
“Pemerintah terus melakukan operasi pasar dan pasar murah sepanjang bulan Ramadhan yang lalu, sehingga mampu menjaga dan mengendalikan harga bahan makanan di wilayah NTT,” katanya.