Lewoleba (ANTARA) - Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Wilayah Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah mengidentifikasi 76 titik yang memiliki potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Langkah antisipasi yang kami lakukan yakni memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan patroli pada titik-titik yang berpotensi kebakaran tersebut," kata Kepala KPH Wilayah Lembata Linus Lawe yang ditemui usai rapat koordinasi (rakor) terkait kekeringan dan karhutla di Kantor Bupati Lembata, Selasa, (4/7/2024).
Ia menyampaikan tren karhutla di Kabupaten Lembata biasanya dimulai pada Mei. Dengan potensi angin dan cuaca yang kini telah memasuki musim kemarau, lanjutnya, potensi karhutla akan terjadi hingga bulan November-Desember.
Menurutnya, oenyebab terjadinya karhutla pun lebih didominasi oleh unsur kelalaian manusia seperti perilaku membuang rokok sembarang dan pembukaan lahan berkebun dengan cara membakar lahan lama yang telah kering.
Dengan banyaknya titik sebaran potensi karhutla itu dan penyebabnya, Linus mengatakan pentingnya pemahaman tentang pencegahan dan penanganan atau pemadaman di wilayah yang paling berdekatan dengan titik karhutla, yakni desa.
Untuk itu, lanjut dia, edukasi kepada masyarakat desa terus diperkuat dalam bentuk sosialisasi, sehingga masyarakat juga turut aktif dalam pengendalian karhutla.
"Bergerak bersama bagaimana mengendalikan karhutla," ucapnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan ada satu kejadian karhutla yang terjadi karena aliran lava Gunung Api Ile Lewotolok beberapa waktu lalu. Dari hasil pemantauan, sebanyak 19,5 hektare lahan terbakar yang terdiri dari semak-semak dan pohon jenis lamtoro.
Wilayah yang terbakar pun masuk dalam kawasan hutan lindung Ile Lewotolok dengan desa terdekat yakni Desa Amakaka.
Meski baru satu kejadian yang disebabkan aliran lava, kata dia, namun karhutla bisa meluas apabila kondisi cuaca yang sangat panas dan berangin seperti saat ini. Apalagi potensi kebakaran di lereng Gunung Ile Lewotolok juga sangat besar.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lembata Andris Koban mengatakan Kabupaten Lembata telah berstatus Siaga Darurat Kekeringan dan Karhutla terhitung mulai 1 Mei hingga 30 November 2024.
Baca juga: Badan Geologi imbau warga Amakaka waspada aliran lava Lewotolok
Dalam rakor pemangku kepentingan kebencanaan terkait karhutla, Andris mengatakan ada beberapa rencana aksi yang disepakati untuk dieksekusi pada Juni ini, antara lain sosialisasi dan edukasi bahaya karhutla melalui unsur gereja hingga tingkat rumah tangga, serta pembuatan ilaran api di sepanjang jalan.
Baca juga: Pemkab Lembata buat ilaran api antisipasi aliran lava Ili Lewotolok
Ilaran yakni penyekatan di kawasan hutan atau lahan agar api tidak merambat ke wilayah lain yang lebih luas. "Kami memperkuat rantai komando agar penanganan karhutla dapat lebih intensif," ucapnya.
"Langkah antisipasi yang kami lakukan yakni memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan patroli pada titik-titik yang berpotensi kebakaran tersebut," kata Kepala KPH Wilayah Lembata Linus Lawe yang ditemui usai rapat koordinasi (rakor) terkait kekeringan dan karhutla di Kantor Bupati Lembata, Selasa, (4/7/2024).
Ia menyampaikan tren karhutla di Kabupaten Lembata biasanya dimulai pada Mei. Dengan potensi angin dan cuaca yang kini telah memasuki musim kemarau, lanjutnya, potensi karhutla akan terjadi hingga bulan November-Desember.
Menurutnya, oenyebab terjadinya karhutla pun lebih didominasi oleh unsur kelalaian manusia seperti perilaku membuang rokok sembarang dan pembukaan lahan berkebun dengan cara membakar lahan lama yang telah kering.
Dengan banyaknya titik sebaran potensi karhutla itu dan penyebabnya, Linus mengatakan pentingnya pemahaman tentang pencegahan dan penanganan atau pemadaman di wilayah yang paling berdekatan dengan titik karhutla, yakni desa.
Untuk itu, lanjut dia, edukasi kepada masyarakat desa terus diperkuat dalam bentuk sosialisasi, sehingga masyarakat juga turut aktif dalam pengendalian karhutla.
"Bergerak bersama bagaimana mengendalikan karhutla," ucapnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan ada satu kejadian karhutla yang terjadi karena aliran lava Gunung Api Ile Lewotolok beberapa waktu lalu. Dari hasil pemantauan, sebanyak 19,5 hektare lahan terbakar yang terdiri dari semak-semak dan pohon jenis lamtoro.
Wilayah yang terbakar pun masuk dalam kawasan hutan lindung Ile Lewotolok dengan desa terdekat yakni Desa Amakaka.
Meski baru satu kejadian yang disebabkan aliran lava, kata dia, namun karhutla bisa meluas apabila kondisi cuaca yang sangat panas dan berangin seperti saat ini. Apalagi potensi kebakaran di lereng Gunung Ile Lewotolok juga sangat besar.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lembata Andris Koban mengatakan Kabupaten Lembata telah berstatus Siaga Darurat Kekeringan dan Karhutla terhitung mulai 1 Mei hingga 30 November 2024.
Baca juga: Badan Geologi imbau warga Amakaka waspada aliran lava Lewotolok
Dalam rakor pemangku kepentingan kebencanaan terkait karhutla, Andris mengatakan ada beberapa rencana aksi yang disepakati untuk dieksekusi pada Juni ini, antara lain sosialisasi dan edukasi bahaya karhutla melalui unsur gereja hingga tingkat rumah tangga, serta pembuatan ilaran api di sepanjang jalan.
Baca juga: Pemkab Lembata buat ilaran api antisipasi aliran lava Ili Lewotolok
Ilaran yakni penyekatan di kawasan hutan atau lahan agar api tidak merambat ke wilayah lain yang lebih luas. "Kami memperkuat rantai komando agar penanganan karhutla dapat lebih intensif," ucapnya.