Kupang (ANTARA News NTT) - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unika) Kupang, Mikhael Bataona mengatakan calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo mendominasi di hampir semua segmen Debat Capres putaran dua.
"Jokowi terlihat mendominasi di hampir semua segmen debat karena tampil percaya diri dengan data dan fakta yang begitu sederhana," kata Mikhael Bataona kepada Antara di Kupang, Senin (18/2).
Menurut dia, debat semalam memperlihatkan sebuah ironi tentang filsafat politik yang begitu agung, dikalahkan oleh data dan fakta yang begitu sederhana.
Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto tampil dengan gaya khasnya, mengajukan narasi-nerasi besar dan agung tentang kemandirian atau Berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).
Sebaliknya, Jokowi tampil dengan gaya santai tapi detail dan rinci dengan mengajukan data-data numerik, dan fakta-fakta tentang apa yang sudah dibuat oleh dirinya bersama Jusuf Kalla.
Akhirnya, terlihat bahwa narasi-nerasi besar Prabowo yang basisnya adalah pada filsafat politik yang dianutnya, yaitu tentang anti impor dan anti asing, justru hambar di hadapan data dan fakta yang diartikulasikan dengan sangat detail oleh Jokowi.
Baca juga: Akademisi: Jawaban Prabowo untungkan Jokowi
"Dengan demikian, Jokowi pun terlihat mendominasi di hampir semua segmen debat karena tampil percaya diri dengan data," kata pengajar pada Fakultas Ilmu Politik Unika itu.
Untuk sesi soal infrastruktur dan impor pangan, Jokowi terlihat cukup lihai menghindari "tikaman--tikaman" dari Prabowo.
"Ini membuktikan bahwa Prabowo dan timnya gagal merumuskan ide-ide abstrak menjadi operasional dan membumi, Jika saja Prabowo juga menguasai data, maka jawaban Jokowi bisa dipatahkan dan debat semalam akan lebih sengit " kata Mikhael Bataona.
Baca juga: Akademisi: Joko Widodo tampil lebih membumi
Baca juga: Akademisi: Gerakan ganti presiden tak miliki ideologi
"Jokowi terlihat mendominasi di hampir semua segmen debat karena tampil percaya diri dengan data dan fakta yang begitu sederhana," kata Mikhael Bataona kepada Antara di Kupang, Senin (18/2).
Menurut dia, debat semalam memperlihatkan sebuah ironi tentang filsafat politik yang begitu agung, dikalahkan oleh data dan fakta yang begitu sederhana.
Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto tampil dengan gaya khasnya, mengajukan narasi-nerasi besar dan agung tentang kemandirian atau Berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).
Sebaliknya, Jokowi tampil dengan gaya santai tapi detail dan rinci dengan mengajukan data-data numerik, dan fakta-fakta tentang apa yang sudah dibuat oleh dirinya bersama Jusuf Kalla.
Akhirnya, terlihat bahwa narasi-nerasi besar Prabowo yang basisnya adalah pada filsafat politik yang dianutnya, yaitu tentang anti impor dan anti asing, justru hambar di hadapan data dan fakta yang diartikulasikan dengan sangat detail oleh Jokowi.
Baca juga: Akademisi: Jawaban Prabowo untungkan Jokowi
"Dengan demikian, Jokowi pun terlihat mendominasi di hampir semua segmen debat karena tampil percaya diri dengan data," kata pengajar pada Fakultas Ilmu Politik Unika itu.
Untuk sesi soal infrastruktur dan impor pangan, Jokowi terlihat cukup lihai menghindari "tikaman--tikaman" dari Prabowo.
"Ini membuktikan bahwa Prabowo dan timnya gagal merumuskan ide-ide abstrak menjadi operasional dan membumi, Jika saja Prabowo juga menguasai data, maka jawaban Jokowi bisa dipatahkan dan debat semalam akan lebih sengit " kata Mikhael Bataona.
Baca juga: Akademisi: Joko Widodo tampil lebih membumi
Baca juga: Akademisi: Gerakan ganti presiden tak miliki ideologi