Labuan Bajo (ANTARA) - Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Frans Teguh mengatakan Komunitas Komunitas Belajar Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) Labuan Bajo dapat memberi peluang untuk menciptakan dan menyatukan keberagaman dalam pengembangan pariwisata di Labuan Bajo. 
 
”Komunitas Bisindo memberikan peluang yang luar biasa dalam mendukung dan menyatukan keberagaman serta inklusifitas di lingkungan masyarakat terutama untuk pengembangan pariwisata di Labuan Bajo Flores," katanya dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Senin (21/10). 
 
Ia menambahkan BPOLBF telah berkolaborasi dengan Komunitas Bisindo Labuan Bajo menggelar Community Talk dalam segmen Belajar Bisindo yang diselipkan pada kegiatan musik Wana Rhapsodya di Natas Parapuar pada Jumat (18/10) lalu. 
 
Segmen ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi pengunjung dan masyarakat untuk belajar bahasa isyarat secara langsung, sehingga komunikasi dengan para penyandang tunarungu dapat terjalin dengan lebih baik. Kegiatan ini juga sejalan dengan upaya BPOLBF untuk menjadikan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata yang ramah bagi semua kalangan. 
 
Adanya komunitas itu, lanjut Frans, dapat menjadi akses para disabilitas dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia kerja menjadi lebih mudah sehingga menambah karakter baru, keunikan, dan kekayaan sumber daya di dunia pariwisata Labuan Bajo.
 
Lebih lanjut, Frans Teguh juga menjelaskan kemampuan untuk berkomunikasi dengan bahasa isyarat adalah upaya menciptakan kesetaraan dalam dunia profesional dan hal ini sejalan dengan pembangunan pariwisata yang inklusif di Labuan Bajo Flores. 
 
”Kemampuan untuk berkomunikasi dengan bahasa isyarat tidak hanya memperkaya kemampuan komunikasi masyarakat, tetapi juga membuka pintu bagi individu tuli untuk berpartisipasi lebih aktif dalam dunia profesional dan ini juga merupakan salah satu langkah memperkaya sumber daya manusia dalam kepariwisataan kita," katanya. 
 
Pihaknya juga mengapresiasi kontribusi komunitas Bisindo yang telah membangun jembatan pemahaman, serta mendorong kesetaraan dan aksesibilitas, sehingga para tunarungu memiliki kesempatan yang setara dalam meraih pekerjaan dan karier yang layak. 
 
"Hal ini juga tentu saja sejalan dan selaras dengan arah pembangunan pariwisata inklusif di Labuan Bajo Flores," katanya. 
 
Ketua Komunitas Tuli Labuan Bajo Ermelinda Salju mengatakan Komunitas Bisindo di Labuan Bajo dibangun untuk membantu semua pihak untuk komunikasi dengan para penyandang tunarungu dan memudahkan para tunarungu dalam sektor pariwisata. 
 
Ia berharap terbentuknya komunitas Bisindo ini dapat menjadi peluang bagi  para penyandang disabilitas dalam mengakses pekerjaan. 
 
"Terbentuknya komunitas Bisindo ini bisa menciptakan peluang yang lebih luas dan baik lagi bagi teman-teman bisu tuli agar mereka bisa mendapatkan kemudahan untuk akses kerja karena begitu banyak teman-teman yang bisu tuli mempunyai skill yang mumpuni, namun karena minimnya pengetahuan orang-orang tentang Bahasa Isyarat Indonesia sehingga membuat teman-teman bisu tuli sulit mendapatkan pekerjaan padahal teman-teman bisu tuli itu memiliki peluang yang sama untuk bekerja," jelas Salju. 
 
Pendiri Komunitas Bisindo Labuan Bajo Silvianus Erlando Tatus mengharapkan semakin banyak orang tergerak untuk belajar bahasa isyarat agar dapat mewujudkan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata inklusif. 

Baca juga: Kemenparekraf apresiasi BPOLBF gelar kegiatan aktivasi di Parapuar
 
“Harapannya semakin banyak orang yang sadar dan tergerak untuk belajar bahasa isyarat sebagai bagian dari upaya mewujudkan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata yang inklusif, yang dapat diakses dan memberi kesempatan yang sama bagi semua orang dan semua kalangan khususnya kaum bisu tuli," katanya. 

Baca juga: BPOLBF: Festival di Keuskupan Ruteng jadi event tingkatkan wisatawan

Pewarta : Gecio Viana
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024