Kupang (ANTARA) - Pemerintah pusat memastikan bahwa pembangunan hunian sementara (Huntara) dan pembangunan hunian tetap (Huntap) bagi korban erupsi gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) dilakukan dengan mempertimbangkan aspek sosiokultural.

“Kita bersama pemerintah daerah tetap bersinergi untuk mengawal pengungsi agar dilayani secara baik,” kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Praktikno dalam keterangan yang diterima di Kupang, Selasa, (26/11).

Hal ini disampaikan Pratikno saat menggelar rapat bersama Pj Gubernur NTT Andriko Noto Susanto dengan Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya serta Kapolda NTT, Komandan Lantamal, dan pihak lainnya.

Dia mengatakan bahwa pelayanan maksimal kepada para pengungsi akan terus dilakukan. TNI/Polri juga terus mengawal bantuan-bantuan yang datang dan itu akan dikirim ke gudang logistik yang ada di Larantuka.

”Pelayanan tetap dimaksimalkan di lokasi pengungsian yang tersentralisasi maupun di pengungsian mandiri di kerabat-kerabat mereka (pengungs),” ujar dia.

Dia menambahkan bahwa untuk pembangunan hunian sementara (Huntara) bagi para pengungsi, saat ini sedang dibangun oleh BNPB dibantu oleh TNI/Polri. Lokasinya sudah aman dan pembangunan sudah dimulai serta pengangkutan material juga sudah mulai berdatangan ke lokasi.

Pemerintah, ujar dia, terus mengecek pembangunan Huntara seperti pengangkutan material dan lain-lain. “Untuk sarana air bersih juga sedang disiapkan kepastiannya atas koordinasi dari Wamen PU,” jelasnya.

Pratikno menambahkan terkait dengan hunian tetap, masih dalam identifikasi untuk finalisasi lokasinya dengan pertimbangan, di antaranya tidak jauh dengan kampung asal para pengungsi, tidak jauh dari sumber penghidupan (kebun atau lahan pertanian), dan dapat juga diterima oleh masyarakat sekitarnya.

Ia mengatakan komitmen pemerintah untuk merenovasi rumah yang rusak akibat konflik sosial di Adonara. Selain rumah bagi para pengungsi korban erupsi gunung Lewotobi Laki-laki, juga akan ada pembangunan rumah bagi korban konflik sosial di Kecamatan Adonara Barat, Pulau Adonara yang terjadi beberapa waktu lalu.

Baca juga: Kemenimpas kirim bantuan bagi korban erupsi Lewotobi

Ada kurang lebih 52 rumah yang terbakar dan pemerintah pada prinsipnya bersiap dan berkomitmen untuk segera merenovasi dan memperbaiki rumah tersebut.

Baca juga: Government ensures continuous assistance for Mt. Lewotobi refugees

“Kami juga siapkan dari sisi sosioantropologisnya. Kami juga sudah ke desa yang merupakan lokasi konflik, juga menemui tokoh masyarakat dan mendorong untuk menjalin komunikasi agar kembali berdamai, sehingga situasi kembali kondusif,” ucapnya.




Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pembangunan Huntap korban erupsi pertimbangkan aspek sosiokultural

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024