Waingapu (ANTARA) - Waingapu (ANTARA) - Bank Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Timur telah membangun kampung adat Praingu Prailiu di Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur sebagai galeri tenun ikat untuk membangun ekonomi masyarakat setempat.
"Sudah ada sekitar 50 laki-laki dan perempuan yang mengandalkan galeri tenun ikat ini sebagai kekuatan ekonomi rumah tangga kami," kata koordinator Galeri Tenun Ikat di Kampung Adat Praingu Prailiu, Tamu Rambu Eri di Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur, Sabtu (2/3).
Ia menjelaskan, puluhan warga di kampung adat ini melakukan produksi tenun setiap hari untuk dipasarkan secara lokal maupun ke luar daerah melalui galeri ini.
Harga tenun ikat yang dijual bervariasi dari sekitar Rp1 juta per kain hingga puluhan juta untuk kain tenun yang menggunakan pewarna alam dengan berbagai corak warna dan motif yang mengandung nilai-nilai filosofis budaya masyarakat setempat.
"Hasil tenunan kami jual di galeri ini, selain itu juga dikirim ke luar seperti ke Bali, Jakarta, dan dipasarkan melaui pameran-pameran," katanya.
Menurutnya, kehadiran galeri tenun ini telah memberikan manfaat nyata untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga warga yang bergelut di dalamnya.
Tidak hanya bagi para orang tua, lanjutnya namun juga kalangan remaja atau pelajar tingkat SMP dan SMA juga mendapat penghasilan dari hasil menenun kain yang umumnya berukuran kecil.
Baca juga: NTT - Ekuador jalin kerja sama di bidang tenun ikat
"Setiap beberapa hari atau paling lama seminggu pasti ada produk yang terjual sehingga manfaatnya betul-betul kami rasakan sangat membantu ekonomi kami," tambahnya.
Rambu Eri mengemukakan tidak jarang pula galeri itu selalu dikunjungi tamu-tamu domestik maupun mancanegara untuk membeli maupun melihat langsung proses pembuatan tenun ikat Sumba ini.
Ia mengapresiasi pihak BI Perwakilan Provinsi NTT yang menghadirkan galeri tersebut untuk memperlancar pemasaran produk kain tenun yang sebelumnya menjadi salah hambatan yang dialami para pengrajin.
Manager Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan, Kantor BI Perwakilan Provinsi NTT, Andre Asa mengatakan tujuan utama kehadiran galeri itu untuk menguatkan ekonomi rumah tangga warga sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Karena itu, BI NTT melalui program sosial telah mengucurkan anggaran sekitar Rp700 juta untuk menghadirkan galeri tenun ikat ini yang dibangun sejak tahun 2017.
"Kami bersyukur karena ternyata galeri ini menjadi tempat yang representatif bagi para penenun yang sudah merasakan keuntungan ekonomi dari hasil produksi tenun ikatnya," katanya.
Baca juga: Festival Tenun Ikat Sumba berdampak ganda
Baca juga: Mengais Rejeki dari Tenun Ikat Sumba
"Sudah ada sekitar 50 laki-laki dan perempuan yang mengandalkan galeri tenun ikat ini sebagai kekuatan ekonomi rumah tangga kami," kata koordinator Galeri Tenun Ikat di Kampung Adat Praingu Prailiu, Tamu Rambu Eri di Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur, Sabtu (2/3).
Ia menjelaskan, puluhan warga di kampung adat ini melakukan produksi tenun setiap hari untuk dipasarkan secara lokal maupun ke luar daerah melalui galeri ini.
Harga tenun ikat yang dijual bervariasi dari sekitar Rp1 juta per kain hingga puluhan juta untuk kain tenun yang menggunakan pewarna alam dengan berbagai corak warna dan motif yang mengandung nilai-nilai filosofis budaya masyarakat setempat.
"Hasil tenunan kami jual di galeri ini, selain itu juga dikirim ke luar seperti ke Bali, Jakarta, dan dipasarkan melaui pameran-pameran," katanya.
Menurutnya, kehadiran galeri tenun ini telah memberikan manfaat nyata untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga warga yang bergelut di dalamnya.
Tidak hanya bagi para orang tua, lanjutnya namun juga kalangan remaja atau pelajar tingkat SMP dan SMA juga mendapat penghasilan dari hasil menenun kain yang umumnya berukuran kecil.
Baca juga: NTT - Ekuador jalin kerja sama di bidang tenun ikat
"Setiap beberapa hari atau paling lama seminggu pasti ada produk yang terjual sehingga manfaatnya betul-betul kami rasakan sangat membantu ekonomi kami," tambahnya.
Rambu Eri mengemukakan tidak jarang pula galeri itu selalu dikunjungi tamu-tamu domestik maupun mancanegara untuk membeli maupun melihat langsung proses pembuatan tenun ikat Sumba ini.
Ia mengapresiasi pihak BI Perwakilan Provinsi NTT yang menghadirkan galeri tersebut untuk memperlancar pemasaran produk kain tenun yang sebelumnya menjadi salah hambatan yang dialami para pengrajin.
Manager Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan, Kantor BI Perwakilan Provinsi NTT, Andre Asa mengatakan tujuan utama kehadiran galeri itu untuk menguatkan ekonomi rumah tangga warga sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Karena itu, BI NTT melalui program sosial telah mengucurkan anggaran sekitar Rp700 juta untuk menghadirkan galeri tenun ikat ini yang dibangun sejak tahun 2017.
"Kami bersyukur karena ternyata galeri ini menjadi tempat yang representatif bagi para penenun yang sudah merasakan keuntungan ekonomi dari hasil produksi tenun ikatnya," katanya.
Baca juga: Festival Tenun Ikat Sumba berdampak ganda
Baca juga: Mengais Rejeki dari Tenun Ikat Sumba