Kupang (ANTARA) - Kupang, (AntaraNews NTT) - Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup, Kota Kupang mengemukakan hingga saat ini pihaknya masih kekurangan armada pengangkut sampah yang dikumpulkan dari lingkungan masyarakat untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA).
"Setiap hari ada sekitar 40 ton sampai 60 ton sampah yang tidak bisa diangkut ke TPS karena jumlah armada kami yang terbatas," kata Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Kupang Yeri Sabtuhar Padji di Kupang, Selasa, (12/3).
Ia mengatakan produksi sampah di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur mencapai sekitar 250 ton per hari, namun tidak semua diangkut ke TPS yang terletak di Kecamatan Alak.
Dia menjelaskan pemerintah setempat memiliki 36 armada atau truk pengangkut sampah yang tersebar di 51 kelurahan di daerah itu. Dari jumlah ini, lanjutnya, ada dua armada yang disiagakan untuk mengangkut sampah yang terkumpul dari kegiatan-kegiatan yang sifatnya mendadak.
"Dua armada ini juga kondisinya tidak terlalu bagus, sudah tua seperti kebanyakan armada lain yang kami miliki," katanya.
Yeri mengakui persoalan sampah memang masih menjadi masalah utama yang dihadapi pemerintah setempat.
Baca juga: Ratusan warga bersihkan sampah ekowisata mangrove Kupang
Baca juga: Ratusan rumah di Kupang rusak akibat dilanda angin kencang
Selain penanganan dengan pola pembuangan secara teratur dengan dukungan armada yang masih terbatas, pihaknya juga fokus melakukan edukasi kepada masayrakat untuk mengelola sampah dengan sistem 3R(Reuse, Reduce, Recycle).
"Memang agak sulit masalah sampah ini bisa ditangani dengan cepat karena menyangkut perilaku warga kita, sehingga upaya penanganan harus bersamaan dengan edukasi kepada masyarakat," katanya.
Pada kesempatan terpisah, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur Timbul Batubara mengatakan masalah sampah di Kota Kupang sudah masuk dalam status darurat.
Baca juga: Pemerintah cabut status KLB atas DBD di Kota Kupang
Baca juga: Pantai Kupang hasilkan ribuan kilogram sampah
"Bisa dikatakan masalah sampah di NTT, khususnya di Kota Kupang sebagai ibu kota provinsi, sudah masuk dalam status darurat," katanya.
Ia mengatakan secara kasat mata, kondisi lingkungan terutama di jalan-jalan umum Kota Kupang memang tampak bersih, namun jika dipantau menggunakan drone maka wilayah pantai serta beberapa kawasan pertokoan terlihat dipenuhi sampah.
Kupang masih kekurangan armada pengangkut sampah
Warga dari berbagai organisasi dan komunitas menggelar kegiatan bersih-bersih sampah di lokasi ekowisata mangrove Kelurahan Oesapa Barat, Kota Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu (9/3). (ANTARA Foto/Asis Lewokeda)