Labuan Bajo (ANTARA) - Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Frans Teguh menyatakan Kampung Adat Gurusina di Lembah Jerebuu, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi pariwisata di Pulau Flores dan Indonesia.

"Pengembangan desa ini juga sebagai bukti bahwa daya tarik pariwisata tidak hanya bertumpu pada keindahan alam, tetapi juga pada kekayaan budaya," kata Frans Teguh dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Selasa.

Ia menyampaikan hal tersebut dalam kunjungan kerja ke Kampung Adat Gurusina Desa Gurusina, Kecamatan Jerebuu, Kabupaten Ngada guna mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan dan berbasis budaya di Pulau Flores, NTT.

Kampung Adat Gurusina berada di lereng Gunung Inerie atau 21 km dari Kota Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada. Desa Gurusina dikenal sebagai salah satu kampung adat yang masih mempertahankan kearifan lokal dan tradisi leluhur.

Terdapat 32 rumah adat tradisional yang masing-masing mewakili satu suku di kampung tersebut, menjadi simbol keragaman dan kekayaan budaya masyarakat Ngada.

Frans Teguh juga mengatakan Desa Wisata Gurusina merupakan bukti keberagaman warisan Flores, baik dari sisi alam maupun tradisi budayanya.

“Pengembangan desa ini sekaligus menjadi langkah untuk memperkenalkan keragaman budaya Flores kepada dunia,” ujarnya.

Ia menambahkan, Desa Gurusina sebagai salah satu desa binaan BPOLBF telah mengikuti berbagai kegiatan meningkatkan kualitas destinasi untuk mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat desa setempat, sehingga dapat secara mandiri melakukan tata kelola destinasi yang baik dan mengedepankan keunggulan budaya serta potensi ekonomi lokal yang ada.

“Desa Wisata Gurusina merupakan salah satu desa binaan BPOLBF dan juga telah masuk menjadi satu dari 30 Desa Wisata dalam Travel Pattern Desa Wisata Floratama, dimana BPOLBF turut mendorong pengembangan pariwisata berkelanjutan melalui berbagai bentuk dukungan kolaboratif yang telah dan akan dilakukan," katanya lagi.

Frans Teguh menjelaskan BPOLBF akan menyelenggarakan berbagai kegiatan yang juga mengikutsertakan Desa Wisata Gurusina sebagai peserta yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas, daya saing, dan keberlanjutan destinasi wisata di Gurusina, serta memberdayakan masyarakat lokal agar dapat berperan aktif dalam pengelolaan pariwisata berbasis budaya yang berkelanjutan.

"Ke depannya BPOLBF akan menyelenggarakan Webinar Series Penguatan Kapasitas Pelaku Pariwisata di Desa Wisata Floratama, Forum Rapat Koordinasi, Fasilitasi Sarana dan Prasarana Desa Wisata, serta Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengembangan Desa Wisata," ujarnya.

Selain daya tarik budaya, Desa Gurusina juga memiliki potensi ekonomi lokal melalui komoditas unggulan seperti kopi robusta, cengkeh, kakao, dan kemiri.

Lebih lanjut, berdasarkan catatan kunjungan kerja BPOLBF di Desa Wisata atau Kampung Adat Gurusina, desa wisata ini pernah mengalami kebakaran pada 13 Agustus 2018 lalu, yang menyebabkan 27 rumah adat hangus terbakar. Tragedi ini tidak hanya meninggalkan duka, tetapi juga menjadi momentum bagi masyarakat untuk mendorong pentingnya mitigasi bencana serta penguatan aspek keselamatan dan keamanan dalam pengelolaan desa wisata.

Kini, rumah-rumah adat telah dibangun kembali, menjadikan Kampung Adat Gurusina sebagai ikon wisata budaya yang menarik minat wisatawan melalui sejarah dan nilai-nilai adat yang masih terjaga.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BPOLBF sebut Kampung Adat Gurusina sebagai warisan budaya berharga


Pewarta : Gecio Viana
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2025