Kupang (ANTARA) - Para petani rumput laut di Pulau Semau, sebuah pulau kecil di wilayah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, ternyata memiliki harga komoditas emas hijau itu sangat bervariasi, meski berusaha di wilayah pesisir pulau seluas 143.42 km persegi.
"Saat ini harga komoditas itu sangat bervariasi, baik untuk rumput laut yang sudah dikeringkan maupun masih dalam bentuk basah. Kalau rumput laut yang sudah dikeringkan harganya berkisar antara Rp23.000 - Rp25.000," kata Frans Lote, salah seorang petani rumput laut asal Desa Letbaun, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, Sabtu (30/3).
Hal ini disampaikannya ketika ditanya terkait perkembangan harga rumput laut di kecamatan itu yang menurut informasi merugikan warga khususnya petani rumput laut di daerah itu.
Frans menyebutkan bahwa untuk di Semau bagian selatan, harga rumput laut yang sudah dikeringkan kini harganya mencapai Rp25.000 per kilogram. Sementara di Semau bagian utara harganya mencapai Rp23.000 per kilogram.
"Perbedaan harga itu karena jarak angkut rumput laut dari daerah Selatan ke dermaga sangat jauh. Sementara kalau dari wilayah utara menuju ke dermaga, jaraknya cukup dekat," ujarnya.
Hal ini juga diakui Samuel Pong, petani rumput laut dari Desa Uiboa, Kecamatan Semau Selatan. ":Harga rumput laut laut di Semau, saya melihat masih terlalu rendah," katanya.
Selain harga rumput laut kering, harga rumput laut basah kini hanya mencapai RP15.000 per kilogram saat diambil oleh tengkulak.
Baca juga: NTT ekspor langsung rumput laut ke Argentina
"Kami rugi kalau harganya seperti itu. Kami mau kalau bisa harganya mencapai Rp20.000 per kilogram rumput laut basah, karena proses pembudidyaannya sangat rumit," katanya menambahkan.
Ia mengemukakan bahwa tahun lalu harga rumput laut basah di pulau itu sempat mencapai Rp20.000 per kilogram. Namun kini turun menjadi Rp15.000 per kilogram. "Kalau harganya tetap pada posisi Rp20.000/kg, dalam sebulan saya bisa dapat Rp5 jutaan," katanya.
"Dengan adanya uang rumput laut tersebut, saya bisa gunakan untuk membiayai pendidikan sekolah anak-anak serta sisanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga," tambahnya.
Ia berharap agar pemerintah dapat membantu para petani untuk bisa membeli rumput laut hasil olahan para petani Pulau Semau.
Gubernur NTT Viktor Laiskodat saat berkunjung ke pulau berpenduduk 8.097 jiwa dengan tingkat kepadatan hanya 56 jiwa/km persegi yang menyebar di delapan desa itu, Jumat (29/3), meminta para petani rumput laut untuk membawa komoditasnya ke rumah jabatan gubernur jika tidak laku dibeli.
"Silakan bawa rumput laut ke rumah jabatan gubernur. Saya jamin pemerintah akan membelinya," kata Gubernur Laiskodat saat mengakhiri kunjungannya di pulau kecil yang terletak di bibir pantai Kota Kupang itu.
Baca juga: Kalau rumput laut tidak laku, bawa saja ke rumah jabatan gubernur
Baca juga: Pengamat: Produksi rumput laut tergantung kondisi perairan
"Saat ini harga komoditas itu sangat bervariasi, baik untuk rumput laut yang sudah dikeringkan maupun masih dalam bentuk basah. Kalau rumput laut yang sudah dikeringkan harganya berkisar antara Rp23.000 - Rp25.000," kata Frans Lote, salah seorang petani rumput laut asal Desa Letbaun, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, Sabtu (30/3).
Hal ini disampaikannya ketika ditanya terkait perkembangan harga rumput laut di kecamatan itu yang menurut informasi merugikan warga khususnya petani rumput laut di daerah itu.
Frans menyebutkan bahwa untuk di Semau bagian selatan, harga rumput laut yang sudah dikeringkan kini harganya mencapai Rp25.000 per kilogram. Sementara di Semau bagian utara harganya mencapai Rp23.000 per kilogram.
"Perbedaan harga itu karena jarak angkut rumput laut dari daerah Selatan ke dermaga sangat jauh. Sementara kalau dari wilayah utara menuju ke dermaga, jaraknya cukup dekat," ujarnya.
Hal ini juga diakui Samuel Pong, petani rumput laut dari Desa Uiboa, Kecamatan Semau Selatan. ":Harga rumput laut laut di Semau, saya melihat masih terlalu rendah," katanya.
Selain harga rumput laut kering, harga rumput laut basah kini hanya mencapai RP15.000 per kilogram saat diambil oleh tengkulak.
Baca juga: NTT ekspor langsung rumput laut ke Argentina
"Kami rugi kalau harganya seperti itu. Kami mau kalau bisa harganya mencapai Rp20.000 per kilogram rumput laut basah, karena proses pembudidyaannya sangat rumit," katanya menambahkan.
Ia mengemukakan bahwa tahun lalu harga rumput laut basah di pulau itu sempat mencapai Rp20.000 per kilogram. Namun kini turun menjadi Rp15.000 per kilogram. "Kalau harganya tetap pada posisi Rp20.000/kg, dalam sebulan saya bisa dapat Rp5 jutaan," katanya.
"Dengan adanya uang rumput laut tersebut, saya bisa gunakan untuk membiayai pendidikan sekolah anak-anak serta sisanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga," tambahnya.
Ia berharap agar pemerintah dapat membantu para petani untuk bisa membeli rumput laut hasil olahan para petani Pulau Semau.
Gubernur NTT Viktor Laiskodat saat berkunjung ke pulau berpenduduk 8.097 jiwa dengan tingkat kepadatan hanya 56 jiwa/km persegi yang menyebar di delapan desa itu, Jumat (29/3), meminta para petani rumput laut untuk membawa komoditasnya ke rumah jabatan gubernur jika tidak laku dibeli.
"Silakan bawa rumput laut ke rumah jabatan gubernur. Saya jamin pemerintah akan membelinya," kata Gubernur Laiskodat saat mengakhiri kunjungannya di pulau kecil yang terletak di bibir pantai Kota Kupang itu.
Baca juga: Kalau rumput laut tidak laku, bawa saja ke rumah jabatan gubernur
Baca juga: Pengamat: Produksi rumput laut tergantung kondisi perairan