Labuan Bajo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT) memberikan apresiasi kepada organisasi Indonesian Waste Platform (IWP) yang telah membantu penanganan sampah laut dan sampah dari empat pulau di Kecamatan Komodo.
"Kami memberikan apresiasi karena telah membantu pemerintah dalam hal pengurangan dan penanganan sampah di Labuan Bajo," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Manggarai Barat Vinsensius Gande di Labuan Bajo, Sabtu, (15/2).
Ia menjelaskan sejak 2020 lalu IWP telah melakukan penanganan sampah di dua pulau dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) yaitu Pulau Rinca dan Papagarang dan dua pulau di luar TNK yakni Pulau Messah dan Seraya.
"Mereka jemput sampah di pulau lalu bawa ke tempat pengolahan mereka untuk dilakukan dilakukan pemilahan dan daur ulang," katanya.

Ia mengatakan kehadiran organisasi atau komunitas yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah sangat membantu penanganan sampah di Labuan Bajo. Hal tersebut dapat terlihat dari 33 ton sampah yang terkumpul dalam satu hari di Labuan Bajo yakni sebanyak 10 ton sampah ditangani oleh organisasi dan komunitas dan 23 ton sampah lainnya dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Warloka.
"Kalau di pulau praktis pemerintah daerah belum bisa menangani sampah pulau, tapi dengan kehadiran IWP di kepulauan kami merasa terbantu," ujarnya.
Terpisah, Koordinator Indonesian Waste Platform (IWP) Ica Marta Muslin mengatakan program ekonomi sirkular sampah yang telah dijalankan di empat pulau di Manggarai Barat bertujuan untuk mengurangi sampah dan limbah dari warga kepulauan dan aktivitas wisata laut melalui penggunaan ulang, perbaikan, dan daur ulang sampah.
Konsep itu, lanjut dia, dilakukan sebagai upaya mitigasi dampak lingkungan dari perkembangan Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas (DSP) sekaligus upaya mendukung target nasional pemerintah yakni peningkatan daur ulang sebesar 30 persen dan pengurangan sampah 70 persen di tahun 2025.
"Sebagai organisasi, kami melakukan langkah mitigasi, apalagi Indonesia menjadi negara kedua yang menyuplai sampah plastik ke laut nomor dua di dunia pada tahun 2017 berdasarkan penelitian dari Jenna R Jambeck," katanya.
Tidak hanya sampah dari kepulauan dan laut, lanjut dia, IWP juga menangani sampah yang dihasilkan dari kapal wisata, hotel dan bar di Labuan Bajo.
Proses pengolahan sampah diawali dengan pembersihan bersama warga pulau, pembelian sampah daur ulang dari warga, pengangkutan sampah menggunakan kapal motor, hingga pengolahan sampah.
"Untuk barang daur ulang kami padatkan dan kirim ke Surabaya sedangkan sampah kaca karena berat kami jadikan pasir untuk kebutuhan bangunan, seperti pasir, pavin blok, gelas asbak dan produk lainnya, lalu sampah organik dari hotel kami salurkan kepada Asosiasi Peternak Mandiri Manggarai Barat," jelasnya.
Ia menambahkan antusiasme masyarakat kepulauan akan pentingnya manajemen sampah guna kelestarian lingkungan dan laut semakin meningkat dari tahun ke tahun.
"Program ini sejak 2020 sudah menyelamatkan sampah di lautan sebanyak 200 ton. Pada tahun 2024 kami mengumpulkan 83 ton dari kawasan pulau serta hotel, kapal dan bar di Labuan Bajo," katanya.