Kupang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat pertumbuhan ekonomi provinsi setempat pada triwulan I-2019 sebesar 5,09 persen dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2018 sebesar 5,19 persen.

Kepala BPS Provinsi NTT, Maritje Pattiwaellapea di Kupang, Selasa (7/5), mengatakan pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha perdagangan besar dan eceran termasuk reparasi mobil dan sepeda motor yaitu sebesar 9,58 persen.

Selanjutnya disusul lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 9,52 persen, dan industri pengolahan sebesar 9,22 persen.

"Pertumbuhan ekonomi positif terjadi hampir pada seluruh kategori lapangan usaha, kecuali pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yang mengalami kontraksi," katanya.

Kondisi perekonomian ini berdasarkan besaran produk domestik bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2019 mencapai 24,83 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai 16,23 triliun. Dari sisi pengeluaran, komponen dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah ekspor yang tumbuh sebesar yang tumbuh 19,89 persen.

Selanjutnya diikuti komponen pembentukan modal tetap bruto sebesar 7,76 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 6,52 persen, dan pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga sebesar 4,74 persen.

Baca juga: BPS NTT: Harga tiket pesawat masih gila-gilaan juga

Maritje mengemukakan, sejumlah peristiwa pada triwulan I-2019 yang mewarnai pertumbuhan ekonomi seperti jumlah tamu menginap pada hotel bintang yang mencapai 81.530 orang atau mengalami turun dibandingkan dengan triwulan IV-2018 sebanyak 104.916 orang.

Selain itu, jumlah penumpang angkutan udara yang tiba di NTT pada triwulan I-2019 sebanyak 383.504 orang, berkurang dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 509.638 orang.

Sementara itu, jumlah penumpang berangkat juga mengalami penurunan dari 482.439 orang pada triwulan IV-2018 menjadi 352.016 orang pada triwulan I-2019.

Ia menjelaskan, indeks harga konsumen di provinsi setempat juga mengalami deflasi pada Maret 2019 akibat penurunan indeks harga pada kelompok pengeluaran yang didominasi bahan makanan sebesar 1,36 persen, dan perumahan sebesar 0.15 persen. Sedang, kelompok transpor dan sandang mengalami kenaikan indeks harga, masing-masing sebesar 0,37 dan 0,26 persen.

"Kemudian ditetapkannya status KLB demam berdarah dengue di beberapa Kabupaten Kota di NTT juga berhasil pada kondisi ekonomi karena mendorong peningkatan layanan kesehatan," katanya.

Baca juga: Ekonomi NTT tumbuh 5,13 persen pada 2018
Baca juga: NTT alami inflasi setelah empat bulan deflasi


Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024