Kupang (ANTARA) - Lius M (40) bersantai di teras rumahnya yang hanya berukuran 4X4 meter di Desa Fatuketi, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, pada Minggu (19/5) yang terik.
"Baru habis tofa (bersihkan) rumput di samping rumah. Karena terlalu panas jadi istirahat dulu," kata ayah dua anak itu sambil menyeruput secangkir kopi yang disiapkan oleh isterinya.
Lius mengandalkan hasil mengelola tanah warisan keluarga yang berada tak jauh dari rumahnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, termasuk biaya sekolah anaknya yang duduk di bangku Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.
Lahan milik Lius yang luasnya kurang lebih satu hektare kini kering karena musim penghujan telah berlalu. Selama ini Lius hanya menggarap lahan, menanaminya dengan jagung, pada musim penghujan. Selama musim kemarau dia tidak bisa mengandalkan lahan, tidak bisa menanam karena tanah garapannya kering.
Di samping itu, pada musim kemarau Lius dan warga Desa Fatuketi yang lain kesulitan mendapat air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Ada air PDAM, namun untuk mengambil air saya dan keluarga harus berjalan sejauh dua kilometer. Itu pun air yang digunakan hanya untuk masak dan minum, kebutuhan mandi cari air yang lain," ujar Lius, lalu tersenyum.
Ia sudah 15 tahun lebih tinggal di Desa Fatuketi dan selama itu merasakan betul susahnya mencari air.
Baca juga: Para petani harapkan jaringan irigasi dari Bendungan Rotiklot
Kehadiran Bendungan Rotiklot membawa harapan bagi Lius dan para petani di Fatuketi. Lius berharap selanjutnya tidak harus bersusah payah mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari dan mengelola lahan.
"Bendungan yang sudah jadi dan airnya akan dialirkan itu akan sangat membantu saya, untuk digunakan mengelola lahan perkebunan saya. Tidak hanya jagung tetapi juga tanaman lainnya yang bisa saya panen kelak untuk dijual di pasar," kata Lius.
Jaringan Irigasi.
Setelah pembangunan Bendungan Rotiklot di Dusun Rotiklot, Desa Fatuketi, selesai, kebutuhan selanjutnya adalah saluran irigasi untuk mengalirkan air bendungan ke lahan dan sawah petani.
"Bendungan sudah jadi, tetapi jaringan irigasi belum ada. Kami berharap tahun ini pemerintah pusat bisa segera membangunnya, sehingga air yang ada bisa segera digunakan," kata Kepala Desa Fatuketi, Markus Taus.
"Saya yakin betul, jika jaringan irigasi sudah ada, area persawahan di Desa Fatuketi akan subur sekali," ujar dia.
Kepala Desa Fatuketi Markus Taus. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)
Kalau ada jaringan irigasi, 597 keluarga di Desa Fatuketi akan bisa menikmati air bendungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengolah lahan pertanian atau perkebunan.
Bupati Belu Willy Lay mengatakan kehadiran bendungan itu akan memudahkan warga Desa Ainiba, Fatuketi dan Motadik mendapatkan air, baik untuk memenuhi kebutuhan harian maupun untuk mengairi lahan pertanian.
Bendungan itu, menurut dia, akan mendukung pengembangan potensi pertanian maupun pariwisata daerah. "Daerah Rotiklot akan menjadi daerah potensial karena selama ini warga sekitar sudah memiliki lahan sawah namun hanya sawah tadah hujan," katanya.
Baca juga: Perlu disiapkan jaringan irigasi di Bendungan Rotiklot
Bendungan itu, ia melanjutkan, juga bisa dikembangkan menjadi tempat wisata baru di kawasan perbatasan Indonesia-Timor Leste.
Memaksimalkan Manfaat
Bedungan Rotiklot adalah satu dari tujuh bendungan yang dibangun oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dari ketujuh bendungan itu, dua yang sudah diresmikan, yakni Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang dan Bendungan Rotiklot di Belu.
Bendungan Rotiklot yang berdaya tampung 3,3 juta meter kubik kini sudah penuh terisi air. Bendungan Rotiklot di daerah perbatasan yang dibangun dengan biaya Rp496 miliar itu sudah bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku masyarakat dan mengairi kawasan pertanian menurut Kepala Satuan Kerja Bendungan Rotiklot Balai Wilayah Sungai (BWS) NT II Fery Moun Hepy.
Para petani berharap pemerintah segera membangun jaringan irigasi supaya manfaat bendungan bisa lebih maksimal untuk mendukung usaha pertanian.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono juga ingin pembangunan Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu diikuti dengan pembangunan jaringan irigasi.
"Pembangunan bendungan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani," katanya.
Baca juga: Warga Fatuketi bersyukur adanya Bendungan Rotiklot
Baca juga: Kehadiran Bendungan Rotiklot berguna bagi lahan pertanian
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat peresmian bendungan Rotiklot di desa Fatuketi, Kabupaten Belu, NTT Senin (20/5/2019). Bendungan yang dibangun di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste itu mampu mengairi 139 hektare area persawahan dan 500 hektare tanaman palawija serta mampu mengalirkan 40 liter perdetik kebutuhan air baku bagi warga Kota Atambua. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha).
"Baru habis tofa (bersihkan) rumput di samping rumah. Karena terlalu panas jadi istirahat dulu," kata ayah dua anak itu sambil menyeruput secangkir kopi yang disiapkan oleh isterinya.
Lius mengandalkan hasil mengelola tanah warisan keluarga yang berada tak jauh dari rumahnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, termasuk biaya sekolah anaknya yang duduk di bangku Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.
Lahan milik Lius yang luasnya kurang lebih satu hektare kini kering karena musim penghujan telah berlalu. Selama ini Lius hanya menggarap lahan, menanaminya dengan jagung, pada musim penghujan. Selama musim kemarau dia tidak bisa mengandalkan lahan, tidak bisa menanam karena tanah garapannya kering.
Di samping itu, pada musim kemarau Lius dan warga Desa Fatuketi yang lain kesulitan mendapat air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Ada air PDAM, namun untuk mengambil air saya dan keluarga harus berjalan sejauh dua kilometer. Itu pun air yang digunakan hanya untuk masak dan minum, kebutuhan mandi cari air yang lain," ujar Lius, lalu tersenyum.
Ia sudah 15 tahun lebih tinggal di Desa Fatuketi dan selama itu merasakan betul susahnya mencari air.
Baca juga: Para petani harapkan jaringan irigasi dari Bendungan Rotiklot
Kehadiran Bendungan Rotiklot membawa harapan bagi Lius dan para petani di Fatuketi. Lius berharap selanjutnya tidak harus bersusah payah mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari dan mengelola lahan.
"Bendungan yang sudah jadi dan airnya akan dialirkan itu akan sangat membantu saya, untuk digunakan mengelola lahan perkebunan saya. Tidak hanya jagung tetapi juga tanaman lainnya yang bisa saya panen kelak untuk dijual di pasar," kata Lius.
Jaringan Irigasi.
Setelah pembangunan Bendungan Rotiklot di Dusun Rotiklot, Desa Fatuketi, selesai, kebutuhan selanjutnya adalah saluran irigasi untuk mengalirkan air bendungan ke lahan dan sawah petani.
"Bendungan sudah jadi, tetapi jaringan irigasi belum ada. Kami berharap tahun ini pemerintah pusat bisa segera membangunnya, sehingga air yang ada bisa segera digunakan," kata Kepala Desa Fatuketi, Markus Taus.
"Saya yakin betul, jika jaringan irigasi sudah ada, area persawahan di Desa Fatuketi akan subur sekali," ujar dia.
Kalau ada jaringan irigasi, 597 keluarga di Desa Fatuketi akan bisa menikmati air bendungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengolah lahan pertanian atau perkebunan.
Bupati Belu Willy Lay mengatakan kehadiran bendungan itu akan memudahkan warga Desa Ainiba, Fatuketi dan Motadik mendapatkan air, baik untuk memenuhi kebutuhan harian maupun untuk mengairi lahan pertanian.
Bendungan itu, menurut dia, akan mendukung pengembangan potensi pertanian maupun pariwisata daerah. "Daerah Rotiklot akan menjadi daerah potensial karena selama ini warga sekitar sudah memiliki lahan sawah namun hanya sawah tadah hujan," katanya.
Baca juga: Perlu disiapkan jaringan irigasi di Bendungan Rotiklot
Bendungan itu, ia melanjutkan, juga bisa dikembangkan menjadi tempat wisata baru di kawasan perbatasan Indonesia-Timor Leste.
Memaksimalkan Manfaat
Bedungan Rotiklot adalah satu dari tujuh bendungan yang dibangun oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dari ketujuh bendungan itu, dua yang sudah diresmikan, yakni Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang dan Bendungan Rotiklot di Belu.
Bendungan Rotiklot yang berdaya tampung 3,3 juta meter kubik kini sudah penuh terisi air. Bendungan Rotiklot di daerah perbatasan yang dibangun dengan biaya Rp496 miliar itu sudah bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku masyarakat dan mengairi kawasan pertanian menurut Kepala Satuan Kerja Bendungan Rotiklot Balai Wilayah Sungai (BWS) NT II Fery Moun Hepy.
Para petani berharap pemerintah segera membangun jaringan irigasi supaya manfaat bendungan bisa lebih maksimal untuk mendukung usaha pertanian.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono juga ingin pembangunan Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu diikuti dengan pembangunan jaringan irigasi.
"Pembangunan bendungan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani," katanya.
Baca juga: Warga Fatuketi bersyukur adanya Bendungan Rotiklot
Baca juga: Kehadiran Bendungan Rotiklot berguna bagi lahan pertanian