Kupang (ANTARA) - Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sinun Petrus Manuk mengemukakan badan usaha milik desa (BUMDes) Kufeu di Kabupaten Malaka, Pulau Timor telah mengelola daun kelor untuk menghasilkan beraneka produk bernilai ekonomi.
"Ada macam-macam produk yang dihasilkan, seperti tepung kelor, sabun mandi, dan pelembab tubuh yang terbuat dari kelor," katanya kepada Antara di Kupang, Sabtu (25/5).
Ia mengapresiasi peran BUMDes ini berhasil memanfaatkan potensi daerah dengan mengembangkan tanaman kelor secara masif yang diolah untuk menghasilkan berbagai produk unggulan.
Sinun Petrus mengatakan kondisi iklim di Desa Fukeu, Kecamatan Io Kufeu, sangat mendukung untuk pengembangan tanaman kelor karena bisa berproduksi sepanjang tahun.
"Daerah lain di NTT tidak bisa berproduksi kelor saat kemarau karena tidak bertunas, berbeda dengan di Fukeu di bisa bertunas saat kemarau dan musim hujan," katanya.
Usaha kelor BUMDes di Fukeu, lanjutnya, juga sudah dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti rumah pengering dan mesin pengolahan menjadi tepung.
Baca juga: Artikel - NTT meraup manfaat daun kelor
Menurut Sinun, pihaknya fokus memperkuat produksi BUMDes tersebut karena saat ini masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan pasar.
"Dalam waktu dekat kami juga akan kirim tim untuk melakukan pembenahan managemen dan administrasi BUMDes tersebut karena targetnya akan diekspor," katanya.
Ia mengatakan, terus mendorong BUMDes-BUMDes di provinsi yang memiliki 3.026 desa itu agar mengelola potensi di desa untuk usaha yang mampu menghasilkan keuntungan.,
Sesuai arahan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, lanjutnya, ditargetkan akan ada 100 BUMDes yang diperkuat sebagai unggulan dengan beraneka ragam produk.
Baca juga: Menkes sedih dengar NTT ekspor daun kelor ke Australia
Baca juga: Menkes bangga dengan minuman olahan dari daun kelor
"Ada macam-macam produk yang dihasilkan, seperti tepung kelor, sabun mandi, dan pelembab tubuh yang terbuat dari kelor," katanya kepada Antara di Kupang, Sabtu (25/5).
Ia mengapresiasi peran BUMDes ini berhasil memanfaatkan potensi daerah dengan mengembangkan tanaman kelor secara masif yang diolah untuk menghasilkan berbagai produk unggulan.
Sinun Petrus mengatakan kondisi iklim di Desa Fukeu, Kecamatan Io Kufeu, sangat mendukung untuk pengembangan tanaman kelor karena bisa berproduksi sepanjang tahun.
"Daerah lain di NTT tidak bisa berproduksi kelor saat kemarau karena tidak bertunas, berbeda dengan di Fukeu di bisa bertunas saat kemarau dan musim hujan," katanya.
Usaha kelor BUMDes di Fukeu, lanjutnya, juga sudah dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti rumah pengering dan mesin pengolahan menjadi tepung.
Baca juga: Artikel - NTT meraup manfaat daun kelor
Menurut Sinun, pihaknya fokus memperkuat produksi BUMDes tersebut karena saat ini masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan pasar.
"Dalam waktu dekat kami juga akan kirim tim untuk melakukan pembenahan managemen dan administrasi BUMDes tersebut karena targetnya akan diekspor," katanya.
Ia mengatakan, terus mendorong BUMDes-BUMDes di provinsi yang memiliki 3.026 desa itu agar mengelola potensi di desa untuk usaha yang mampu menghasilkan keuntungan.,
Sesuai arahan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, lanjutnya, ditargetkan akan ada 100 BUMDes yang diperkuat sebagai unggulan dengan beraneka ragam produk.
Baca juga: Menkes sedih dengar NTT ekspor daun kelor ke Australia
Baca juga: Menkes bangga dengan minuman olahan dari daun kelor