Kupang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur mendapatkan dana bantuan hibah dari Pemerintah Pusat senilai Rp800 juta yang akan digunakan untuk pengembangan agrowisata perkebunan mete.
"Bantuan hibah ini kami dapat dari Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal untuk pengembangan agrowisata berbasis tanaman mete di wilayah Kodi, Desa Maliti Bondo Ate," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumba Barat Daya, Christofel Horo kepada Antara ketika dihubungi dari Kupang, Jumat (14/6)..
Ia menjelaskan, selama ini hasil tanaman mete milik masyarakat di wilayah Kodi cukup melimpah, namun dikerjakan secara terpisah dan dipasarkan secara gelondongan.
Untuk itu, lanjutnya, dengan dukungan dana hibah tersebut maka lahan-lahan mete akan dikembangkan secara terintegrasi dalam kawasan agrowisata dan menjadi tujuan wisata baru.
"Proses pengembangan agrowisata ini sedang dipersiapkan dan mulai digarap tahun 2019 ini," katanya.
Christofel mengatakan, pengembangan kawasan agrowisata itu akan diikuti dengan aktivitas ekonomi di dalamnya berupa pabrikasi atau pengolahan tanaman mete.
Baca juga: BUMDes Lapale kembangkan agrowisata
Ia mencontohkan seperti pengolahan buah mete menjadi minuman fermentasi buah-buahan, maupun kulit mete yang bisa diolah sebagai bahan baku kampas kendaraan.
"Selama ini kan dijual gelondongan sehingga nanti kalau masuk ke zona agrowisata maka bisa diolah lebih lanjut menjadi barang setengah jadi maupun jadi dengan nilai jual lebih tinggi," katanya.
Ia mengatakan, pihak Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi akan melakukan pendampingan terhadap pengembangan agrowisata tersebut selama tiga tahun.
Christofel menambahkan, dari sisi pariwisata, keberadaan agrowisata tersebut akan memperkaya pilihan wisata bagi tamu-tamu yang datang ke Sumba Barat Daya.
"Apalagi lokasi agrowisata ini juga berdekatan dengan objek wisata bahari di Pantai Ratenggaro, selain adat situs budaya dan tempat atraksi berkuda pasola di sekitarnya," katanya.
Buah jambu mete. (ANTARA FOTO/Ist)
"Bantuan hibah ini kami dapat dari Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal untuk pengembangan agrowisata berbasis tanaman mete di wilayah Kodi, Desa Maliti Bondo Ate," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumba Barat Daya, Christofel Horo kepada Antara ketika dihubungi dari Kupang, Jumat (14/6)..
Ia menjelaskan, selama ini hasil tanaman mete milik masyarakat di wilayah Kodi cukup melimpah, namun dikerjakan secara terpisah dan dipasarkan secara gelondongan.
Untuk itu, lanjutnya, dengan dukungan dana hibah tersebut maka lahan-lahan mete akan dikembangkan secara terintegrasi dalam kawasan agrowisata dan menjadi tujuan wisata baru.
"Proses pengembangan agrowisata ini sedang dipersiapkan dan mulai digarap tahun 2019 ini," katanya.
Christofel mengatakan, pengembangan kawasan agrowisata itu akan diikuti dengan aktivitas ekonomi di dalamnya berupa pabrikasi atau pengolahan tanaman mete.
Baca juga: BUMDes Lapale kembangkan agrowisata
Ia mencontohkan seperti pengolahan buah mete menjadi minuman fermentasi buah-buahan, maupun kulit mete yang bisa diolah sebagai bahan baku kampas kendaraan.
"Selama ini kan dijual gelondongan sehingga nanti kalau masuk ke zona agrowisata maka bisa diolah lebih lanjut menjadi barang setengah jadi maupun jadi dengan nilai jual lebih tinggi," katanya.
Ia mengatakan, pihak Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi akan melakukan pendampingan terhadap pengembangan agrowisata tersebut selama tiga tahun.
Christofel menambahkan, dari sisi pariwisata, keberadaan agrowisata tersebut akan memperkaya pilihan wisata bagi tamu-tamu yang datang ke Sumba Barat Daya.
"Apalagi lokasi agrowisata ini juga berdekatan dengan objek wisata bahari di Pantai Ratenggaro, selain adat situs budaya dan tempat atraksi berkuda pasola di sekitarnya," katanya.