Kupang (ANTARA) - Antropolog Budaya dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Pater Gregor Neonbasu SVD PhD menyatakan muak melihat aksi demonstrasi mahasiswa dalam beberapa hari terakhir ini.
"Memang saya muak melihat demo mahasiswa di kota-kota besar saat ini yang tidak ada ujung pangkalnya," kata Pater Gregor Neonbasu kepada ANTARA di Kupang, Kamis (26/9).
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan aksi demo mahasiswa yang masih terus berlanjut, dengan melakukan pembakaran padahal tuntutan mahasiswa sudah dipenuhi, serta kemungkinan ada target untuk menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden.
Menurut Pater Gregor, dirinya memang mengajarkan mahasiswa untuk bersikap kritis, tetapi bukan ikut-ikutan seperti burung beo. "Saya menyayangkan mahasiswa telah diperalat, kampus menjadi ternoda dan kebenaran dibelenggu".
Baca juga: Kegaduhan diciptakan oleh parlemen, ini penjelasannya..
Wartawan yang tergabung dalam Forum Wartawan Sidoarjo (Forwas) menggelar aksi teatrikal di alun-alun Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (26/9/2019). Mereka menolak pengesahan RKUHP yang mengancam kebebasan Pers serta mendesak Kapolri untuk menindak oknum aparat yang melakukan kekerasan terhadap jurnalis saat melakukan peliputan. (ANTARA FOTO/Umarul Faruq/aww).
"Saya ajar mahasiswa untuk bersikap kritis, dan bukan ikut-ikutan seperti burung beo. Sayang, mahasiswa diperalat, kampus jadi ternoda, kebenaran dibelenggu dan otak mahasiswa dikuasai pragmatisme murahan," katanya.
Mahasiswa, kata dia, menjual nama baik almamater dengan demo murahan, demo yang ilogik, serta demo yang disharmoni. Tentang mahasiswa yang bakar-bakar, dia mendukung aparat kepolisian untuk mengusut secara tuntas dan membawa mereka ke pengadilan untuk mempertanggung jawabkan perbuatan mereka.
Dia melihat, ada kelompok lain yang bermain silat dengan menebar api kebencian, sehingga mahasiswa menjual nama baik almamater dengan demo murahan, demo yang ilogik, serta demo yang disharmoni.
"Nampaknya ada target dari demo yang tidak jelas, dan kurang prospektif. Saya mohon dan berdoa agar pihak-pihak yang suka main api, jangan korbankan masa depan mahasiswa," demikian Pater Gregor Neonbasu SVD.
Baca juga: Waspadai pengalihan isu untuk turunkan presiden
Baca juga: Ketika mahasiswa Indonesia bergerak tolak RUU kontroversial
Mahasiswa bersitegang dengan petugas kepolisian berbaju bebas saat berunjuk rasa di depan Gedung DPRD Kalsel, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (26/9/2019). Mahasiswa mmenolak sejumlah RUU serta meminta kepada pemerintah dan DPR untuk mencabut UU KPK yang baru. (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/aww).
"Memang saya muak melihat demo mahasiswa di kota-kota besar saat ini yang tidak ada ujung pangkalnya," kata Pater Gregor Neonbasu kepada ANTARA di Kupang, Kamis (26/9).
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan aksi demo mahasiswa yang masih terus berlanjut, dengan melakukan pembakaran padahal tuntutan mahasiswa sudah dipenuhi, serta kemungkinan ada target untuk menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden.
Menurut Pater Gregor, dirinya memang mengajarkan mahasiswa untuk bersikap kritis, tetapi bukan ikut-ikutan seperti burung beo. "Saya menyayangkan mahasiswa telah diperalat, kampus menjadi ternoda dan kebenaran dibelenggu".
Baca juga: Kegaduhan diciptakan oleh parlemen, ini penjelasannya..
Mahasiswa, kata dia, menjual nama baik almamater dengan demo murahan, demo yang ilogik, serta demo yang disharmoni. Tentang mahasiswa yang bakar-bakar, dia mendukung aparat kepolisian untuk mengusut secara tuntas dan membawa mereka ke pengadilan untuk mempertanggung jawabkan perbuatan mereka.
Dia melihat, ada kelompok lain yang bermain silat dengan menebar api kebencian, sehingga mahasiswa menjual nama baik almamater dengan demo murahan, demo yang ilogik, serta demo yang disharmoni.
"Nampaknya ada target dari demo yang tidak jelas, dan kurang prospektif. Saya mohon dan berdoa agar pihak-pihak yang suka main api, jangan korbankan masa depan mahasiswa," demikian Pater Gregor Neonbasu SVD.
Baca juga: Waspadai pengalihan isu untuk turunkan presiden
Baca juga: Ketika mahasiswa Indonesia bergerak tolak RUU kontroversial