Kupang (ANTARA) - Kelompok belajar Children See Children Do (CSCD) Kupang mengajari anak-anak di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur Bahasa Inggris secara gratis untuk menyambut era industri 4.0.
Pendiri CSCD Kupang, Mira Nassa ketika ditemui ANTARA di Kupang, Rabu (2/10) mengatakan bahwa CSCD dibentuk sebagai wadah perkenalan Bahasa Inggris kepada anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang umumnya tidak mendapatkan mata pelajaran tersebut di sekolah.
"Banyak sekolah dasar yang belum mengajarkan bahasa inggris kepada anak didiknya, nah disana lah kami hadir membuat kelompok belajar sendiri khusus bahasa inggris kemudian mengajarkan kepada anak-anak," katanya.
Mira mengatakan bahwa saat ini di Kupang sudah ada lima lokasi belajar CSCD itu, yang selalu dipenuhi oleh anak-anak untuk belajar bersama. "Beberapa lokasi itu antara lain di Liliba, Maulafa, Oetete, Walikota dan di daerah," tambah Mira.
Baca juga: Hari Berbahasa Inggris Harus Ditinjau Ulang
Baca juga: Sosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS bagi pelajar di Kota Kupang
Mira juga menambahkan, secara keseluruhan, jumlah anak-anak yang mengikuti CSCD sebanyak 60 anak, dengan jumlah pengajar yang sebelumnya 31 orang, kini menjadi 22 orang.
"Anak-anak di CSCD tidak hanya belajar Bahasa Inggris dengan cara menghafal. Mereka juga belajar sambil bermain, menari, dan berolahraga. Kami tidak hanya ingin anak-anak belajar melalui penglihatan, tapi juga sembari melakukan. Itulah kenapa namanya Children See, Children Do," lanjut Mira.
Sebagai inisiator, Mira merasa bahwa Bahasa Inggris merupakan salah satu bekal yang penting dalam menghadapi era Industri 4.0 dan globalisasi dewasa ini, sayangnya pembelajaran ini masih terkesan eksklusif, sehingga Mira berinisiatif untuk membentuk kelompok belajar ini.
Selain fokus kepada pembelajaran Bahasa Inggris, CSCD juga tertarik pada isu lingkungan, khususnya limbah tekstil, sehingga pada Juni 2019 lalu, Mira dan kawan-kawan mendirikan kampanye "Bongkar Pasang", yakni sebuah kampanye yang mengajak masyarakat untuk menyumbangkan pakaian bekas layak pakai untuk dijual, dan turut mendanai kegiatan CSCD.
"Limbah tekstil jadi isu kerusakan lingkungan yang cukup besar. Jadi kami mau pakaian layak pakai yang tidak digunakan lagi, sekiranya bisa dipindahkan ke tangan lain, sehingga produksi tekstil yang menghasilkan limbah bisa sedikit berkurang," tuturnya.
Selain mendapatkan uang, pakaian layak pakai milik "Bongkar Pasang" juga bisa ditukarkan dengan buku-buku bacaan untuk anak-anak, sehingga bisa menambah koleksi buku bacaan milik pustaka CSCD.
Meski pun relawan CSCD semakin berkurang, Mira tetap berharap kelompok belajar gratis ini dapat terus memberikan sumbangsih bagi pengembangan anak-anak, khususnya dalam mempelajari Bahasa Inggris, sebagai bekal masa depan.
Baca juga: Timnas pelajar Indonesia U-16 juara turnamen Gotchia Cup 2019
Baca juga: Timnas U-16 ingin persembahkan Piala Gotchia untuk Kemerdekaan RI
Pendiri CSCD Kupang, Mira Nassa ketika ditemui ANTARA di Kupang, Rabu (2/10) mengatakan bahwa CSCD dibentuk sebagai wadah perkenalan Bahasa Inggris kepada anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang umumnya tidak mendapatkan mata pelajaran tersebut di sekolah.
"Banyak sekolah dasar yang belum mengajarkan bahasa inggris kepada anak didiknya, nah disana lah kami hadir membuat kelompok belajar sendiri khusus bahasa inggris kemudian mengajarkan kepada anak-anak," katanya.
Mira mengatakan bahwa saat ini di Kupang sudah ada lima lokasi belajar CSCD itu, yang selalu dipenuhi oleh anak-anak untuk belajar bersama. "Beberapa lokasi itu antara lain di Liliba, Maulafa, Oetete, Walikota dan di daerah," tambah Mira.
Baca juga: Hari Berbahasa Inggris Harus Ditinjau Ulang
Baca juga: Sosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS bagi pelajar di Kota Kupang
Mira juga menambahkan, secara keseluruhan, jumlah anak-anak yang mengikuti CSCD sebanyak 60 anak, dengan jumlah pengajar yang sebelumnya 31 orang, kini menjadi 22 orang.
"Anak-anak di CSCD tidak hanya belajar Bahasa Inggris dengan cara menghafal. Mereka juga belajar sambil bermain, menari, dan berolahraga. Kami tidak hanya ingin anak-anak belajar melalui penglihatan, tapi juga sembari melakukan. Itulah kenapa namanya Children See, Children Do," lanjut Mira.
Sebagai inisiator, Mira merasa bahwa Bahasa Inggris merupakan salah satu bekal yang penting dalam menghadapi era Industri 4.0 dan globalisasi dewasa ini, sayangnya pembelajaran ini masih terkesan eksklusif, sehingga Mira berinisiatif untuk membentuk kelompok belajar ini.
Selain fokus kepada pembelajaran Bahasa Inggris, CSCD juga tertarik pada isu lingkungan, khususnya limbah tekstil, sehingga pada Juni 2019 lalu, Mira dan kawan-kawan mendirikan kampanye "Bongkar Pasang", yakni sebuah kampanye yang mengajak masyarakat untuk menyumbangkan pakaian bekas layak pakai untuk dijual, dan turut mendanai kegiatan CSCD.
"Limbah tekstil jadi isu kerusakan lingkungan yang cukup besar. Jadi kami mau pakaian layak pakai yang tidak digunakan lagi, sekiranya bisa dipindahkan ke tangan lain, sehingga produksi tekstil yang menghasilkan limbah bisa sedikit berkurang," tuturnya.
Selain mendapatkan uang, pakaian layak pakai milik "Bongkar Pasang" juga bisa ditukarkan dengan buku-buku bacaan untuk anak-anak, sehingga bisa menambah koleksi buku bacaan milik pustaka CSCD.
Meski pun relawan CSCD semakin berkurang, Mira tetap berharap kelompok belajar gratis ini dapat terus memberikan sumbangsih bagi pengembangan anak-anak, khususnya dalam mempelajari Bahasa Inggris, sebagai bekal masa depan.
Baca juga: Timnas pelajar Indonesia U-16 juara turnamen Gotchia Cup 2019
Baca juga: Timnas U-16 ingin persembahkan Piala Gotchia untuk Kemerdekaan RI