Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Laiskodat telah mengeluarkan surat edaran meminta semua daerah di wilayah provinsi kepulauan ini untuk waspada terhadap masuknya virus demam babi Afrika dari negeri seberang Timor Leste.
"Surat edaran tersebut juga untuk surveillance pengambilan sampel pada beberapa titik lokasi perbatasan, untuk memastikan virus tersebut belum menular ke wilayah NTT," kata Asisten II Setda NTT Semuel Rebo kepada ANTARA di Kupang, Rabu (9/10), terkait ancaman virus tersebut dari Timor Leste.
Dalam kaitan dengan virus demam babi, menurut Samuel, sejauh ini belum ada instruksi gubernur, tetapi ada surat edaran untuk kewaspadaan dini dan sosialisasi pada daerah-daerah perbatasan untuk mengantisipasi masuknya penyakit African Swine Fever (ASF) dari negeri setengah Pulau Timor itu.
Dia mengatakan, para petugas telah mengambil sampel ternak babi milik petani pada beberapa daerah di Pulau Timor bagian barat NTT untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Baca juga: TRC untuk cegah masuknya virus demam babi Afrika ke NTT
Baca juga: Populasi ternak babi NTT tertinggi di Indonesia
Namun, menurut dia, kondisi sampai sekarang belum ada laporan mengenai kasus ternak yang terserang virus demam babi, yang terjadi di provinsi berbasis kepulauan ini.
"Belum ada laporan kasus, tetapi perlu kewaspadaan karena wilayah kita berbatasan langsung dengan negara Timor Leste," katanya.
Mantan Kepala Dinas Peternakan NTT itu menambahkan, telah menggelar rapat koordinasi bersama Karantina Pertanian Kupang, dan instansi terkait setelah menerima laporan bahwa kejadian penyakit ASF semakin meluas, dan mengakibatkan wabah di beberapa negara Asia, termasuk Timor Leste.
Menurut dia, pemerintah juga terkejut dengan laporan media massa bahwa peternakan babi di Timor Leste telah terserang penyakit ASF.
Pengujian terhadap sampel babi yang mati telah dilakukan di Australia untuk mengetahui penyebab kematian massal ini. Dari semua sampel babi yang dikirim untuk diuji, dinyatakan 41 persen positif terserang virus ASF.
"Artinya, saat ini ASF mengancam populasi ternak babi di NTT, mengingat NTT merupakan daerah peternakan babi terbesar di Indonesia," katanya.
Petugas karantina menggunakan pakaian pelindung saat memasuki peternakan babi terkait demam babi Afrika di Paju, Korea Selatan, Rabu (18/9/2019). (ANTARA FOTO/Yonhap via REUTERS/djo)
"Surat edaran tersebut juga untuk surveillance pengambilan sampel pada beberapa titik lokasi perbatasan, untuk memastikan virus tersebut belum menular ke wilayah NTT," kata Asisten II Setda NTT Semuel Rebo kepada ANTARA di Kupang, Rabu (9/10), terkait ancaman virus tersebut dari Timor Leste.
Dalam kaitan dengan virus demam babi, menurut Samuel, sejauh ini belum ada instruksi gubernur, tetapi ada surat edaran untuk kewaspadaan dini dan sosialisasi pada daerah-daerah perbatasan untuk mengantisipasi masuknya penyakit African Swine Fever (ASF) dari negeri setengah Pulau Timor itu.
Dia mengatakan, para petugas telah mengambil sampel ternak babi milik petani pada beberapa daerah di Pulau Timor bagian barat NTT untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Baca juga: TRC untuk cegah masuknya virus demam babi Afrika ke NTT
Baca juga: Populasi ternak babi NTT tertinggi di Indonesia
Namun, menurut dia, kondisi sampai sekarang belum ada laporan mengenai kasus ternak yang terserang virus demam babi, yang terjadi di provinsi berbasis kepulauan ini.
"Belum ada laporan kasus, tetapi perlu kewaspadaan karena wilayah kita berbatasan langsung dengan negara Timor Leste," katanya.
Mantan Kepala Dinas Peternakan NTT itu menambahkan, telah menggelar rapat koordinasi bersama Karantina Pertanian Kupang, dan instansi terkait setelah menerima laporan bahwa kejadian penyakit ASF semakin meluas, dan mengakibatkan wabah di beberapa negara Asia, termasuk Timor Leste.
Menurut dia, pemerintah juga terkejut dengan laporan media massa bahwa peternakan babi di Timor Leste telah terserang penyakit ASF.
Pengujian terhadap sampel babi yang mati telah dilakukan di Australia untuk mengetahui penyebab kematian massal ini. Dari semua sampel babi yang dikirim untuk diuji, dinyatakan 41 persen positif terserang virus ASF.
"Artinya, saat ini ASF mengancam populasi ternak babi di NTT, mengingat NTT merupakan daerah peternakan babi terbesar di Indonesia," katanya.