Pemkab Mabar minta warga laporkan ternak babi yang sakit untuk cegah ASF

id Pemda Mabar, Manggarai Barat, ASF, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, petugas kesehatan hewan, NTT, Abidin, biosekuri

Pemkab Mabar minta warga laporkan ternak babi yang sakit untuk cegah ASF

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Manggarai Barat Abidin. (ANTARA/Gecio Viana)

Kandang ternak babi yang sakit ditutup lalu dirawat petugas dan jika ada ternak babi yang sehat yang berdekatan maka harus dipindahkan agar mencegah terjadi penularan...
Labuan Bajo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT) meminta warga dan peternak melaporkan ternak babi yang sakit ke petugas kesehatan ternak untuk mencegah penularan penyakit African Swine Fever (ASF) di daerah itu.

"Kandang ternak babi yang sakit ditutup lalu dirawat petugas dan jika ada ternak babi yang sehat yang berdekatan maka harus dipindahkan agar mencegah terjadi penularan," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Manggarai Barat Abidin di Labuan Bajo, Senin, (8/7/2024).
 
Ia menjelaskan, terdapat pusat kesehatan hewan di 12 kecamatan di Kabupaten Manggarai Barat yang akan membantu masyarakat jika terjadi kematian ternak babi secara mendadak yang diduga terpapar virus ASF maupun penyakit hewan lainnya.
 
Abidin juga menjelaskan sejak Juni hingga awal Juli 2024 ini tidak ada laporan kematian babi yang terpapar virus ASF dari 12 kecamatan di daerah itu.
 
"Untuk sementara kami masih tutup lalu lintas ternak dan produk olahan ternak babi dari dan keluar Manggarai Barat sejak Februari 2024," katanya.
 
Ia juga meminta agar warga maupun pemilik ternak tidak membuang bangkai babi di sembarang tempat akan tetapi menguburkan bangkai ternak itu untuk memutus mata rantai penyebaran virus ASF.
 
"Kalau babi sakit dan mati harus dikuburkan, ada edaran kami dan tidak boleh dibuang ke tempat-tempat umum atau saluran air," jelasnya.
 
Lebih lanjut, Abidin juga meminta agar warga mengantisipasi dan memperhatikan asal-usul daging babi untuk kebutuhan konsumsi dipastikan berasal dari ternak babi yang sehat.
 
Hal tersebut karena maraknya praktik Julu atau tradisi menjual daging babi di daerah itu yang berpotensi menyebarkan virus ASF.
 
"Penyebab utama penyebaran ASF Julu itu, jadi ternak babi sakit sedikit langsung potong untuk Julu, nah limbah makanan diberikan kepada ternak yang sehat jadinya menyebar ke mana-mana," katanya.
 
Untuk pencegahan penyebaran virus ASF, lanjut dia, warga yang memiliki ternak babi diminta untuk memperhatikan kebersihan ternak babi, kandang, serta peralatan kandang.

Baca juga: Lembata tegaskan larangan lalu lintas babi antar-kecamatan
 
Ia menambahkan, pemerintah daerah melalui petugas kesehatan hewan hingga tingkat kecamatan rutin melakukan sosialisasi biosekuriti kandang melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

Baca juga: Dua sampel babi dari Flores Timur NTT positif ASF
 
"Biosekuriti kandang menjadi salah satu kunci memutus mata rantai penyebaran," katanya.