Kupang (ANTARA) - Organisasi pembangunan nirlaba non-pemerintah, Hivos, telah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan pembelajaran pada sebanyak 35 sekolah yang menyebar di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
"Pengembangan PLTS pada 35 sekolah ini merupakan program percontohan kami di Pulau Sumba sebagai pulau ikonik energi baru terbarukan," kata Koordinator Bidang Evaluasi, Pemantauan, Pembelajaran Program Sumba Iconic Island dari Hivos, Gus Firman, di Kupang, Selasa.
Pengembangan PLTS tersebut, kata dia, menyasar sekolah-sekolah di Pulau Sumba yang selama ini belum terjangkau jaringan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Menurut dia, sekolah menjadi sasaran program tersebut karena dianggap lebih baik dari sisi pengelolaan serta penerima manfaatnya juga lebih terukur.
Firman menjelaskan, untuk pengelolaannya, pihaknya bekerja sama dengan sekolah-sekolah melalui Dinas Pendidikan di tingkat kabupaten dengan memanfaatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Direktur Panas Bumi Ida Nuryatin Finahari (kanan) didamping gubernur NTT Viktor B Laiskodat dan Direktur Hivos Regional Asia Tenggara Biranchi Upadhyaya (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan di Kupang, Selasa (27/11/2018). (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha).
"Jadi kami tawarkan untuk sekolah-sekolah yang sebelumnya menggunakan dana operasional untuk ganset sebagai sumber penerangan dialihkan untuk PLTS," katanya.
"Kami bersama Dinas Pendidikan di empat kabupaten di Pulau Sumba menelaa petunjuk teknis dana BOS dan itu dimungkinkan, akhirnya setiap sekolah menganggarkan dana Rp300 ribu setiap bulan untuk biaya pemeliharaan PLTS," katanya lagi.
Lebih lanjut, Firman mengemukakan, selain PLTS untuk sekolah, pihaknya juga mengembangkan kios energi untuk masyarakat pada desa-desa di Pulau Sumba yang belum berlistrik.
Di kios energi ini, lanjut dia, pihaknya memasang panel surya sehingga bisa dimanfaatkan warga untuk mendapatkan sumber listik seperti mengisi energi lampu dan lainnya.
"Selain itu, ada juga biogas, PLTS tersebar, yang juga coba kami lakukan dalam semangat pengembangan energi baru terbarukan di Pulau Sumba yang memiliki beragam potensi," katanya.
Direktur Hivos Regional Asia Tenggara Biranchi Upadhyaya saat memberikkan keterangan kepada wartawan di Kupang, Selasa (27/11/2018). (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)
"Pengembangan PLTS pada 35 sekolah ini merupakan program percontohan kami di Pulau Sumba sebagai pulau ikonik energi baru terbarukan," kata Koordinator Bidang Evaluasi, Pemantauan, Pembelajaran Program Sumba Iconic Island dari Hivos, Gus Firman, di Kupang, Selasa.
Pengembangan PLTS tersebut, kata dia, menyasar sekolah-sekolah di Pulau Sumba yang selama ini belum terjangkau jaringan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Menurut dia, sekolah menjadi sasaran program tersebut karena dianggap lebih baik dari sisi pengelolaan serta penerima manfaatnya juga lebih terukur.
Firman menjelaskan, untuk pengelolaannya, pihaknya bekerja sama dengan sekolah-sekolah melalui Dinas Pendidikan di tingkat kabupaten dengan memanfaatkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
"Kami bersama Dinas Pendidikan di empat kabupaten di Pulau Sumba menelaa petunjuk teknis dana BOS dan itu dimungkinkan, akhirnya setiap sekolah menganggarkan dana Rp300 ribu setiap bulan untuk biaya pemeliharaan PLTS," katanya lagi.
Lebih lanjut, Firman mengemukakan, selain PLTS untuk sekolah, pihaknya juga mengembangkan kios energi untuk masyarakat pada desa-desa di Pulau Sumba yang belum berlistrik.
Di kios energi ini, lanjut dia, pihaknya memasang panel surya sehingga bisa dimanfaatkan warga untuk mendapatkan sumber listik seperti mengisi energi lampu dan lainnya.
"Selain itu, ada juga biogas, PLTS tersebar, yang juga coba kami lakukan dalam semangat pengembangan energi baru terbarukan di Pulau Sumba yang memiliki beragam potensi," katanya.