Kupang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur telah memasang sebanyak 30 unit rambu sebagai peringatan dini terhadap masyarakat tentang adanya potensi bencana pada sejumlah lokasi rawan tanah longsor di daerah itu.
"Kabupaten Manggarai Barat termasuk daerah yang rawan bencana tanah longsor. Pada saat terjadi hujan dengan intensitas lebat selalu diikuti dengan terjadinya tanah longsor," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten Manggarai Barat, Dominikus Hawan ketika dihubungi dari Kupang, Jumat, (10/1).
Ia mengatakan, petugas BPBD Manggarai Barat, telah bergerak ke sejumlah titik rawan tanah longsor di Manggarai Barat untuk memasang rambu-rambu peringatan dini untuk mengingatkan para pengguna jalan agar lebih waspada saat melintasi kawasan rawan longsor itu.
Menurut dia, pada saat terjadi cuaca ekstrem seperti yang melanda Kabupaten Manggarai Barat ujung barat pulau Flores ini, bencana alam tanah longsor selalu terjadi dan menimpa rumah penduduk serta menutup akses transportasi.
Baca juga: Waspadai bencana akibat pergeseran tanah di NTT
Baca juga: Kepala Daerah se-NTT mulai siaga bencana alam
Ia mengatakan 30 unit rambu-rambu peringatan dini itu dipasang di 30 titik rawan longsor. "Apabila ada rambu-rambu peringatan dini seperti itu sehingga masyarakat menjadi lebih waspada saat," tegasnya.
Menurut dia, cuaca buruk yang melanda Kabupaten Manggarai Barat telah mengakibatkan terjadinya tanah longsor di empat desa di Kecamatan Kuwus yaitu di Desa Suka Kiong, Desa Compang Suka, Desa Coal dan Desa Golo Ru’u.
Sedangkan bencana tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Ndoso terjadi di ruas jalan Dahang–Tentang–Siri Mese, tepatnya di kampung Kubur dan ruas Kasong-Raka. Selain itu bencana tanah longsor juga menimpa Kecamatan Boleng terjadi di ruas jalan Kaca-Repes.
Ruas jalan provinsi yang menghubungkan Lando-Golo Welu juga mengalami longsor di beberapa segmen sehingga akses transportasi pada ruas jalan utama lalulintas ekonomi warga Golo Welu itu sempat terputus karena banyak material longsor menutupi jalan, demikian Dominikus Hawan.
Baca juga: Baca juga: Manggarai Barat larang kendaraan 10 tonase lintas di lokasi bencana
"Kabupaten Manggarai Barat termasuk daerah yang rawan bencana tanah longsor. Pada saat terjadi hujan dengan intensitas lebat selalu diikuti dengan terjadinya tanah longsor," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten Manggarai Barat, Dominikus Hawan ketika dihubungi dari Kupang, Jumat, (10/1).
Ia mengatakan, petugas BPBD Manggarai Barat, telah bergerak ke sejumlah titik rawan tanah longsor di Manggarai Barat untuk memasang rambu-rambu peringatan dini untuk mengingatkan para pengguna jalan agar lebih waspada saat melintasi kawasan rawan longsor itu.
Menurut dia, pada saat terjadi cuaca ekstrem seperti yang melanda Kabupaten Manggarai Barat ujung barat pulau Flores ini, bencana alam tanah longsor selalu terjadi dan menimpa rumah penduduk serta menutup akses transportasi.
Baca juga: Waspadai bencana akibat pergeseran tanah di NTT
Baca juga: Kepala Daerah se-NTT mulai siaga bencana alam
Ia mengatakan 30 unit rambu-rambu peringatan dini itu dipasang di 30 titik rawan longsor. "Apabila ada rambu-rambu peringatan dini seperti itu sehingga masyarakat menjadi lebih waspada saat," tegasnya.
Menurut dia, cuaca buruk yang melanda Kabupaten Manggarai Barat telah mengakibatkan terjadinya tanah longsor di empat desa di Kecamatan Kuwus yaitu di Desa Suka Kiong, Desa Compang Suka, Desa Coal dan Desa Golo Ru’u.
Sedangkan bencana tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Ndoso terjadi di ruas jalan Dahang–Tentang–Siri Mese, tepatnya di kampung Kubur dan ruas Kasong-Raka. Selain itu bencana tanah longsor juga menimpa Kecamatan Boleng terjadi di ruas jalan Kaca-Repes.
Ruas jalan provinsi yang menghubungkan Lando-Golo Welu juga mengalami longsor di beberapa segmen sehingga akses transportasi pada ruas jalan utama lalulintas ekonomi warga Golo Welu itu sempat terputus karena banyak material longsor menutupi jalan, demikian Dominikus Hawan.
Baca juga: Baca juga: Manggarai Barat larang kendaraan 10 tonase lintas di lokasi bencana