Kupang (ANTARA) - Kinerja perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami kontraksi atau penurunan terdalam pada triwulan I-2020 akibat pandemi COVID-19, kata Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT, Lydia Kurniawati Christyana.
"Selama lima tahun terakhir ini ekonomi NTT mengalami kontraksi terdalam pada triwulan I-2020 mencapai -7,62 persen secara q-to-q dan 2,84 persen secara y-o-y," kata Lydia Kurniawati Christyana dalam kegiatan pers rilis terkait kinerja APBN semester I-2020 di Provinsi NTT yang digelar secara virtual di Kupang, Kamis (23/7).
Ia mengatakan, menurunnya perekonomian ini sebagai dampak dari pandemi COVID-19 yang mengakibatkan pelemahan di berbagai sektor ekonomi.
Lydia menyebutkan sejumlah dampak yang terjadi seperti jumlah penduduk miskin di NTT pada Maret 2020 meningkat 24,3 ribu orang terhadap September 2019.
Pada Juni 2020 NTT mengalami deflasi sebesar 0,02 persen yang terindikasi dipengaruhi lemahnya permintaan di tengah pandemi COVID-19.
Sejak Maret 2020, lanjut Lydia, pertumbuhan kredit juga cenderung terjadi penurunan khususnya kredit non-UMKM.
Lydia mengatakan, pihaknya saat ini terus mendorong upaya pemulihan ekonomi di provinsi berbasiskan kepulauan ini, salah satnya mendorong peningkatan belanja pemerintah.
"Belanja pemerintah ini tetap harus menjadi perhatian karena memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap peningkatan PDRB, selain itu kami juga terus mengawal program pemulihan ekonomi lainnya yang saat ini terus berjalan," katanya.
Adapun kegiatan pers rilis secara virtual ini melibatkan pimpinan dari berbagai instansi seperti Kanwil Ditjen Kekayaan Negara Bali dan Nusa Tenggara, Kanwil Ditjen Perpajakan Nusa Tenggara, Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Bali dan Nusa Tenggara, serta sejumlah awak media massa di NTT.
Baca juga: Penyaluran kredit untuk ultra mikro di NTT capai 2.956 debitur
Baca juga: BI perkirakan ekonomi NTT triwulan II turun di 1,3 persen
"Selama lima tahun terakhir ini ekonomi NTT mengalami kontraksi terdalam pada triwulan I-2020 mencapai -7,62 persen secara q-to-q dan 2,84 persen secara y-o-y," kata Lydia Kurniawati Christyana dalam kegiatan pers rilis terkait kinerja APBN semester I-2020 di Provinsi NTT yang digelar secara virtual di Kupang, Kamis (23/7).
Ia mengatakan, menurunnya perekonomian ini sebagai dampak dari pandemi COVID-19 yang mengakibatkan pelemahan di berbagai sektor ekonomi.
Lydia menyebutkan sejumlah dampak yang terjadi seperti jumlah penduduk miskin di NTT pada Maret 2020 meningkat 24,3 ribu orang terhadap September 2019.
Pada Juni 2020 NTT mengalami deflasi sebesar 0,02 persen yang terindikasi dipengaruhi lemahnya permintaan di tengah pandemi COVID-19.
Sejak Maret 2020, lanjut Lydia, pertumbuhan kredit juga cenderung terjadi penurunan khususnya kredit non-UMKM.
Lydia mengatakan, pihaknya saat ini terus mendorong upaya pemulihan ekonomi di provinsi berbasiskan kepulauan ini, salah satnya mendorong peningkatan belanja pemerintah.
"Belanja pemerintah ini tetap harus menjadi perhatian karena memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap peningkatan PDRB, selain itu kami juga terus mengawal program pemulihan ekonomi lainnya yang saat ini terus berjalan," katanya.
Adapun kegiatan pers rilis secara virtual ini melibatkan pimpinan dari berbagai instansi seperti Kanwil Ditjen Kekayaan Negara Bali dan Nusa Tenggara, Kanwil Ditjen Perpajakan Nusa Tenggara, Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Bali dan Nusa Tenggara, serta sejumlah awak media massa di NTT.
Baca juga: Penyaluran kredit untuk ultra mikro di NTT capai 2.956 debitur
Baca juga: BI perkirakan ekonomi NTT triwulan II turun di 1,3 persen